Mohon tunggu...
Liem Ann
Liem Ann Mohon Tunggu... karyawan swasta -

idem

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Review Novel Aradea (karya Rudie Chakil)

2 September 2016   11:56 Diperbarui: 2 September 2016   12:08 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dongengbudaya.wordpress.com

Pertama, membuat kagum pada Aradea. Bagian ini menurut saya sangat sukses dilakukan oleh Mas Rudhie. Dalam buku ini digambarkan dengan baik bagaimana sosok Aradea yang berperawakan tenang, memiliki pengendalian diri yang bagus, dan misterius. Perhatian Aradea pada orang sekitarnya meski hanya menyangkut hal-hal kecil sekali pun, bisa membuat saya kagum dan menjadi contoh moral yang bagus. Ditambah lagi, saking misteriusnya, sampai bisa membuat saya penasaran apa yang akan dilakukan Aradea nanti. Dua jempol untuk bagian ini.

Kedua, membenci Wahyu. Bagaimana tidak benci? Meski tokoh ini digambarkan sebagai lelaki ganteng dan mapan, tapi wataknya sangat bejat: Egois, munafik, mesum, dan ..... (isilah titik-titik dengan kata lain yang menunjukkan sifat jelek). Untuk bagian ini memang cukup sukses disampaikan oleh Mas Rudie. Saya memang membencinya, meski tidak sampai mengeluarkan sumpah-serapah mengutuk dia, tapi yah, benci, mengharapkan hal buruk terjadi padanya. 

Ketiga, simpati pada Lina. Bagian inilah yang membuat saya deg-degan saat menulis review kacangan ini. Kalau ada kekuarangan dari buku ini, menurut saya terletak pada karakter Lina. Sekali lagi, ini pandangan subjektif. Saya tidak bisa menaruh simpati pada tokoh ini meski banyak derita menimpanya. Bukan banyaknya jumlah derita atau bencana yang diterima yang akan membuat saya simpati, tapi seberapa besar sepak terjang tokoh itu berusaha meski berujung pada derita dan kegagalan.

Segala kemalangan yang diterima Lina menurut saya memang sesuai dengan tindakan dia. Lina tidak melakukan usaha untuk membuat kebahagiaannya, yang dilakukan hanya mengeluh, pergi mencari orang lain yang simpati di saat dia tengah kesulitan, berharap orang lain itulah yang memberi kebahagiaan untuknya. Tidak terlihat adanya usaha yang membuat greget. Bahkan untuk mencoba membuka hati pada orang yang dijodohkan untuknya pun harus disarankan dulu oleh ibunya. Sebagai protagonis sentral tempat permasalahan berkutat, alangkah baiknya bila tokoh Lina ini memiliki terobosan di luar pemikiran saya. Sayangnya saya tidak menemukan itu dari tokoh Lina.

Sampai sini saja tumpahan pemikiran saya untuk review kacangan ini. Kesimpulan saya di akhir: Buku Aradea ini cukup banyak memberikan nilai positif, bukan hanya nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya saja, tapi juga cocok untuk bahan pelajaran, terutama bagi orang-orang yang ingin belajar menulis seperti saya. Sampai di sini saja review kacangan ala saya, semoga berkenan di hati para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun