Mohon tunggu...
TEMPUS DEI CHANNEL
TEMPUS DEI CHANNEL Mohon Tunggu... Freelancer - host

Saya suka menulis dan jalan-jalan. Saya sudah terbitkan beberapa buah buku kumpulan tulisan. Saya juga suka membaca puisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Imajinasi Hanya Setembak Air Kencing

6 Desember 2024   06:35 Diperbarui: 6 Desember 2024   06:35 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Emanuel Dapa Loka

Ada yang menarik dari pengamatan Hanna Arent terhadap perangai Adolf Eichmann di ruang persidangan atas kejahatan Eichmann pada perang dunia ke-2.

Wartawan The New Yorker itu  dalam beberapa kali persidangan antara 11 April 1961 sampai 14 Agustus 1961 di Yerusalem menemukan bahwa Eichmann adalah orang biasa yang sama sekali tidak nampak kejam. Sebaliknya, dia adalah warga negara yang patuh pada hukum.

Sebagai prajurit, tugas utama Eichmann adalah mengatur transportasi jutaan orang Yahudi dari seluruh Eropa ke kamp-kamp konsentrasi buatan Nazi. Dan, dia melakukan dengan baik.

Yang Hanna Arent temukan sejalan dengan pandangan Seyla Benhabib seorang filsuf Amerika kelahiran Turki.

Menurut Seyla, pikiran yang kejam tidak diperlukan untuk melakukan suatu kejahatan yang brutal. Atau, kejahatan yang brutal  bisa mengambil rupa wajah orang baik-baik, orang-orang biasa.

"Fenomena Eichmann" tersebut tidak jarang terhampar di sekitar kita. Lihatlah para koruptor---pelaku extraordinary crime atau pelaku kejahatan berstadium "Luar biasa" itu. Wajah mereka bening nan kiclong. Senyuman manis mereka pun bisa membuat jantung kita berdebar-debar.

Begitu dahsyatnya senyum mereka itu, orang tidak menduga bahwa di balik senyum dan wajah itu bercokol kelakuan busuk (corruptio).

Ternyata di balik wajah dan batok kepala mereka itu tidak ada daya selam yang cukup. Jangkauan pikiran dan imajinasi orang-orang hanya sejauh tembakan air kencing mereka. Mereka tidak mampu berimajinasi tentang akibat jauh dari tindakan mereka.

Bayangkan! Ketika diinterogasi oleh dua orang polisi, Eichmann  mengatakan bahwa penyesalan terbesarnya adalah tidak dipromosikan ke tingkat yang lebih tinggi di SS Nazi Jerman pada masa itu. Dia sama sekali tidak punya bayangan atas kejahatannya.

Menyangkut imajinasi, petinju legendaris Muhammad Ali mengatakan The man who has no imaginations, has no wings to fly, manusia yang tidak memiliki imajinasi, tidak memiliki sayap untuk terbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun