Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Putriku dan Sang Pelamar Nekat

11 Februari 2019   00:03 Diperbarui: 12 Februari 2019   07:50 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba kuingat lagi. Memiliki seorang adik yang terbelakang mentalnya, tanpa kedua orangtua dan tak lulus SMA. Bagaimana ini? Mana bisa aku menyerahkan anak perempuanku satu-satunya pada Ibrahim dengan catatan seperti itu. Jangan-jangan kepergian kedua orangtuanya pun mengerikan.

Saling bunuh?

Entah wajahku seperti apa mereka saksikan. Rasa sangsiku bertambah.

Astaghfirullah hal'adzim!

Ghania... oh Ghania... kau tak tahu apa yang Ibu rasakan sekarang.

"Ibu tunggu Bu Meita, eh, Bude Metia saja yang menjelaskan. Untuk saat ini pembicaraan tentang lamaran kita sudahi." kata-kata pamungkas meluncur cepat. Keputusan diambil paling cepat seminggu lagi.

Kedua anak muda saling pandang, mereka kebingungan. Cinta memang belum terbangun kokoh. Untuk kawin lari jauh sekali dari pikiran mereka. Tapi, guratan luka yang membuat memar rasa hati kedua insan mulai jelas jejaknya. Tinggal do'a yang dilantunkan mereka, sanggupkah mengubah rasa hati sebuah jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun