Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andakah Pemilik WhatsApp Group Sebanyak 40+?

28 Januari 2019   07:54 Diperbarui: 28 Januari 2019   08:09 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sempat juga dibuat pusing oleh WhatsApp Group (WAG) yang berjumlah lebih dari empat puluh sebagian besar masih aktif dan sangat aktif. 

Bila tak sempat membukanya barang sehari atau dua hari jumlah chat di grup bisa mencapai ribuan. Apalagi jika sedang ada acara yang digelar di grup. Maka grup akan penuh dengan kiriman chat bukan saja percakapan melainkan berupa foto dan video. Bukan main!

Bila semua grup anteng tak beraktivitas aktif layaknya anak Krakatau bulan kemarin, sepertinya tak masalah bila memiliki banyak grup. Karena rata-rata grup hanya akan memakan sedikit data. Yang repot jika grup ramai, utamanya dengan video, bisa membuat sang gawai kelimpungan. 

Banyak tips yang saya baca agar bisa mengatur WhatsApp lebih efektif. Dari mulai me-reset network usage hingga posisinya kembali 0 (nol) hingga menghapus seluruh chat yang ada di grup tertentu, dengan memberi tanda bintang bila ada data yang masih sangat diperlukan agar tidak ikut terhapus nantinya.

dokpri
dokpri
Sebagai informasi untuk me-reset network usage cukup mudah. Tinggal buka WhatsApp kemudian klik tanda titik berjumlah tiga buah yang terletak pojok kanan atas, klik setting pilih Data and storage usage tekan, lalu setelah muncul Network usage tekan, pilih Reset Statistics yang terdapat di bagian paling bawah. Setelah di-klik maka seluruh angka akan berubah jadi nol tanpa menghapus semua data yang ada.

Pengaruhnya sih sampai saat ini buat saya tak terlampau kentara. Tapi setidaknya mengurangi beban aplikasi WhatsApp. 

Bila ada event dadakan yang memerlukan WhatsApp grup tambahan maka saya segera menghapusnya setelah grup tersebut selesai. Tentunya dengan berbasa-basi terlebih dahulu sebelum left group. Kita bisa basa-basi tentang tujuan pembuatan grup yang sudah tercapai dan dapat tetap berhubungan dengan memberikan nomor kontak bagi yang memerlukan.

Seiring berjalannya waktu dan keterbatasan yang dimiliki handphone, ternyata membentuk budaya baru lebih menghemat kata dan menyetop kiriman video yang tidak terlalu diperlukan. Hingga akhirnya grup-grup yang dibentuk kini lebih efektif. Apalagi grup yang satu arah. Hanya admin yang bisa berkomunikasi, biasanya tidak terdapat chat yang sia-sia. Bagaimana dengan nasib WAG milik Anda?

Bila anda masih hendak mempertahankan grup dan data-data anda tetap selamat tanpa banyak menghapus, bisa juga memakai WhatsApp Web yang menggunakan Personal Computer (PC) saat membuka aplikasi ini. Langkah-langkahnya cukup mudah untuk menghubungkan gawai dengan PC bisa buka link berikut: bantuan WhatsApp.

Setidaknya ada beberapa alasan yang membuat saya masih harus bertahan dengan aplikasi WhatsApp. Selain cara yang paling praktis agar terhubung dengan keluarga, rekan kerja dan komunitas lain juga lebih irit biaya ketimbang menelpon menggunakan pulsa. Lagi pula WhatsApp makin lama makin kreatif, apapun yang kita inginkan seakan bisa tersalurkan, mau bertelepon ria bisa, video call gampang, share tulisan juga mudah ditambah emoticon yang kian variatif. WhatsApp semakin menjerat kita dengan kuat. 

Meminjam kata dari Pak Giri Lumakto kita sedang ada dalam 'Penjara Digital' padahal saat ini Phubbing Effect seharusnya mulai diwaspadai.

Apakah Anda mengalami hal yang sama? Apa solusi Anda?

Bandung, 28 Januari 2019

Sumber: 1I  2 I 3 I 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun