duhai Imelda
dimana kau berada
kau menghilang tanpa kabar berita
aku mengenang senyummu
senyum manis seorang gadis
yang melupakan isak tangis
aku bahagia saat kau bercerita
tentang tumpukan koran yang kau jadikan sarapan dan makanan harian
kau cintai kertas yang penuh kata berkelas
kau rindui cerita dari surat kabar yang kini tak lagi beredar seperti wajahmu berpendar dalam ingatanku yang memudar
duhai Imelda
langkah kakimu kerap terbata
terguncang hebat saat melangkah walau satu dua
timpang yang kau derita tak membuatmu berduka
kaulah wanita yang berhati baja
ditengah berjuta tempaan luka tetap saja terlihat bahagia
duhai Imelda
masihkah kau ingat
saat sebuah tanya terlontar
di Bis wisata yang bergetar
apa yang terjadi dengan sebelah kaki,
kau menjawab semenjana
dan pipimu masih tetap merona
;polio mengalahkanku
senyummu Imelda kurindukan
tawamu Imelda kunantikan
binar matamu Imelda tak terlupakan
tak kusimpan fotomu
tak kucatat alamatmu
namun kenangan tentangmu
terekam kuat dalam ingatan
akankah kita bersua kembali dan matamu masih bersinar mengalahkan cahaya terang mentari pukul dua nanti
Cuitan rinduku, kepada Imelda Tanjung (1987-1990)Â
Bandung, 12 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H