Buru-buru Nana menyapa dan menjelaskan, "Ma'af mbak... Tadi kacamatanya terjatuh, jadi saya pindahkan. Ini!"Â
Nana berujar sembari menunjuk kacamata dengan ibu jarinya.
"Oh ya siapa nama mbak? Perkenalkan saya Nana Suryana." Tangan Nana ditangkupkan ke dadanya. Ia berusaha bersikap sesantun mungkin.Â
Alih-alih menjawab pertanyaan Nana, gadis itu malah tersenyum lebar dan mengangkat kedua jempolnya. Ia celingukan mencari sesuatu. Gadis itu menunjuk pulpen yang terselip di saku bajunya.Â
Nana dengan sigap menyerahkan pulpen ke tangan gadis itu. Ia mencoret telapak tanggan dengan beberapa huruf.Â
Tangan mungil dan halus itu dibuka lebar-lebar dan dihadapkan ke arah Nana segera.
"Oh, Mbak Fitria!" Seru Nana
Fitria tersenyum dan menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Salam  kenal." Nana tersenyum. Hanya itu yang sanggup ia perbuat. Ternyata Fitria bisu.Â
Luar biasa! Pantas saja dari tadi tidak ada sepatah kata pun terlontar padahal beberapa kali Fitria menatap tajam ke arah dirinya.Â
Nana menghela nafas, ia pikir gadis ini cukup berani berpergian sendirian dengan kondisi seperti itu.