Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Tujuh Fragmen Tersembunyi

24 Oktober 2018   22:19 Diperbarui: 25 Oktober 2018   03:11 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari dan hujan tak pernah membuat babak baru, kisah mereka tercatat sejak bumi lahir ke dunia. Tetap sama walau tak serupa. 

fragmen pertama
seseorang bertanya pada matahari apakah mengenal merah si pemberani
matahari hanya tersenyum kecut
ternyata manusia selalu menutup mata,
ia menanggung beban dengan ketundukan yang sempurna
merah adalah jiwanya yang menyala dirinya adalah jutaan ledakan dalam  sekedipan mata
kemarahannya hanyalah untuk kehangatan bumi manusia
inilah ketersembunyian yang pertama

fragmen kedua
jingga datang setelahnya
warna senja dan temaram adalah warna penyeimbang
meredam terik yang membakar
menawarkan damai menyambut gelap
tetap saja tersembunyi dalam pandangan manusia
jingga bukan lagi waktu damai bagi mereka
hanya perpanjangan hari untuk tetap menyibukkan diri menghabiskan sisa energi dan sesegera mungkin mati

fragmen ketiga 
memberi tanda paling terang bagi hidup manusia
kehati-hatian dalam seluruh fase kehidupan
tapi ternyata tetap saja tersembunyi
manusia lalai dan pongah atas kehidupan setelah kematian

fragmen keempat 
matahari dan hujan berpadu menumbuhkan lembaga dan tunas
menghijaukan bumi dalam kehidupan yang menyejukkan pandangan mata
manusia tetap tak mau paham
di tanah, akar-akar beton berwarna kehitaman mereka pupuk dengan semen
babak ini kehilangan makna kehidupan, rusak dan tanpa kesetimbangan

matahari membiarkan biru memenuhi langit dan lautan
fragmen kelima yang penuh keindahan
namun yang nampak hanyalah asap kehitaman serta hingar bingar bunyi memekakkan telinga
biru tersembunyi dalam hawa nafsu keserakahan manusia

fragmen keenam 
nila adalah peringatan
pembentuk kesadaran bagi yang ingat
pengingat bagi yang lupa
kehidupan berjalan dengan kecepatan yang sama
dalam garis edar yang tak pernah begeser sesikutpun
bagi manusia peringatan sepertinya tersembunyi oleh kebutaan mata dan hati
secepat mungkin memperkaya diri
selama mungkin menginjak si miskin

fragmen terakhir
benar-benar fragmen tersembunyi dalam TanganNya yang mulia
misteri berwarna ungu melingkupi singgasanaNya
hingga manusia lebih memilih surga dunia
dan kekalnya neraka

Tuhanmu tak pernah menyediakan kesia-siaan dalam setiap fragmen kehidupan

Bandung, 24 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun