Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jurkam (2)

29 September 2018   10:20 Diperbarui: 30 September 2018   11:44 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian sebelumnya: Ceu Eti paham segera saja ia berujar, "Tenang saja, Sahrini aman, dia tanggung jawab saya." 

Bardi mendengarkan penjelasan Ceu Eti dengan seksama. Dia tak ingin ada hal yang terlewatkan yang membuat rencana ini kacau dan akhirnya merugikan wanita cantik yang sangat dihormatinya. Sembari menghembuskan asap rokok perlahan, Bardi menyimak perkataan yang keluar dari bibir Ceu Eti dengan konsentrasi penuh. Bardi mengangguk-anggukan kepala tanda setuju dan paham atas  rencana besar Ceu Eti.

"Jadi, satu-satunya yang harus kau lakukan saat ini membantuku memenangkan suara untuk Calon Kades Pak Jamrowi. Mengalahkan Pak Kades Caringin Opat. Minggu depan Bendahara Partai Demokrasi Indonesia Bersatu, mengucurkan dananya untuk pemenangan."Ceu Eti berkata sambil mengacungkan kelima jarinya yang lentik.

Senyum Bardi mengembang, ia sangat menghargai keinginan Ceu Eti. Lima Milyar bukan uang yang sedikit, sangat banyak untuk mewujudkan rencana mereka.

"Baik Ceu, saya paham, mulai besok kita akan jalankan sesuai rencana. Pilkada tinggal sebulan lagi. Waktu kita tak banyak. Kita juga butuh tempat yang cukup strategis sebagai markas. Markas Partai DIB kurang representatif, juga agak sulit dijangkau." Seru Bardi menganggukkan kepala sembari mengepalkan tangan. 

Semangatnya tumbuh. Bardi semakin menaruh hormat pada Ceu Eti. Padahal pendidikannya yang sudah ditempuhnya jauh lebih tinggi. Gelar doktor yang disandangnya seakan Tak ada artinya dipikiran wanita berkarakter yang ada dihadapannya kini.

"Tenang saja, warung kopi Bi Tuti adalah tempat kita berkumpul nanti. Markas utama sudah dijanjikan oleh Pak Jamrowi, di gedung kesenian yang terletak depan jalan  utama, milik isterinya. Sangat strategis!" Jawab Ceu Eti sambil tersenyum simpul.

"Kades petahana bagaimana? Ia pasti tersinggung kalau Ceu membela Pak Jamrowi. Padahal Ceu tahu sendiri sikapnya selama ini. Dia pasti sangat gusar. Bisa-bisa warung Ceu digusur oleh para centeng  pongah itu!" Nada khawatir terbaca diraut wajah Bardi.

"Ceu Entin kan tahu, betapa berkuasanya Pak Kades Jurman, semua aparat dikuasainya. Semuanya tunduk!" Seru Bardi geram sampai gemeletuk giginya terdengar oleh Ceu Eti.

"Jamrowi sama saja sebenarnya." Lanjut Badri,"Dia memang tak pernah terlihat kejam dan selalu tampak bersih dihadapan masyarakat desa, keluarganya juga nampak harmonis. Tapi..." Suara Bardi tertahan, telunjuk Ceu Eti memberi isyarat agar ia diam. Lagi-lagi Bardi dibuat kagum oleh ketegaran wanita itu. Wanita yang sangat cerdas dan penuh perhitungan.

Bardi hapal betul kecenderungan Ceu Eti pada Pak Guru Kamal yang sangat sederhana itu. Bardi tahu Pak guru tak akan menang melawan Pak Jamrowi apalagi Kades Jurman. Selain dana kampanye yang minim, Kang Kamal bakal mendapatkan tekanan luar biasa dari kepala sekolah yang terang-terangan membela Kades Jurman.

Bardi akan melaksanakan seluruh rencana sesuai yang diperintahkan, sampai detail arah jalan arak-arakan pawai, bila Jamrowi menang. Termasuk menyediakan becak yang akan ditumpangi beliau sesuai dengan citra dirinya mempedulikan penduduk miskin, termasuk profesi penarik becak.

"Sempurna!" desis Bardi sambil memperlihatkan senyum sinisnya pada Ceu Eti.

"Aku berharap campur tangan Tuhanku, Allah. Yang Maha Sempurna." Timpal Ceu Eti sambil berbisik.

 Ceu Eti bergegas meninggalkan ruang tamu setelah menaruh sejumlah uang di meja kayu berbentuk oval di sampingnya.

__o0o__

Warung Kopi Bi Tuti ramai di kunjungi simpatisan dan para kader Partai DIB. Beberapa langganannya para pemuda yang berpikir idealis, tak pernah menampakkan batang hidungnya lagi. Mereka berlima kecewa, Ceu Eti pujaan sekaligus guru spiritual mereka ternyata hanya pandai bersilat lidah tanpa bisa mempertanggungjawabkan perkataannya selama ini. Idris, Dodi, Eki, Arbi, dan Tirta menyesal telah mendengarkan ceramah Ceu Eti tentang kemajuan pendidikan, kemajuan ekonomi dan kebangkitan pemuda dalam menjunjung tinggi agamanya. Bullshit! Omong kosong kaleng rombeng, semua cercaan keluar dari mulut mereka.

Jamrowi menang telak, tujuh puluh sembilan persen suara diperoleh tanpa kesulitan berarti. Semua berkat Ceu Eti dan Bardi. Ia sangat bahagia, apalagi isterinya yang sangat ingin disebut Bu Kades. Menjadi kades sebenarnya cita-cita isterinya. Ia hanya mengikuti kemauan isterinya tanpa syarat. Jamrowi sangat takut bila isterinya minta cerai jika tak memenuhi permintaannya. Ia bersikap sangat lembut dan patuh pada Kalina, isterinya. Selain cantik juga sebagai hartawati yang memodalinya menjadi  Kades Caringin Opat.

Disisi lain Jamrowi merasa senang bisa menjadi Kades yang berkuasa terhadap bawahannya. Ia dengan mudah melampiaskan kekesalannya pada para centengnya. Senyum bahagia menghiasi wajah Jamrowi yang nampak tirus dan berkumis tipis. Tubuhnya yang jangkung tipis memang terkesan kurang berwibawa. Makanya dirinya memelihara kumis agar tampak sedikit sangar.

Jamrowi menandatangani surat hibah tanah dan gedung kesenian sebagai bonus untuk Ceu Eti dan menyerahkan kunci mobil, BPKB Dan STNK pada Bardi. Sesuai perjanjian atas persetujuan Kalina.

Pawai berlangsung meriah, penduduk Desa Caringin Opat tumplek mengikuti iring-iringan puluhan delman dan becak yang dihiasi berbagai macam bunga. Semuanya tampak  bahagia, kecuali lima pemuda penuh idealisme. Tirta bahkan meludahi jalan yang akan dilalui kades terpilih. Kades petahana kalah telak, hanya mendapat sepuluh persen suara, sisanya memilih Pak Guru Kamal. Unggul satu persen suara, dari Kades Jurman.

Jalan yang dilalui tidak begitu mulus banyak bebatuan dan tanah yang licin akibat hujan semalam. Tiba-tiba saja becak yang ditumpangi Kades terpilih, Jamrowi, tergelincir dan terbalik. Ia tersungkur, bagian belakang punggungnya tertimpa becak yang ditumpanginya sampai terdengar bunyi tulang patah. Jamrowi pun pingsan seketika. Semua berteriak dan iring-iringan pawai menjadi kacau.

Gawai ditangan Ceu Eti bergetar, telpon masuk dari Bardi langsung diangkat olehnya. Kabarnya cukup menggembirakan sekaligus mengejutkan, diluar dugaan. Tuhannya ternyata mengabulkan do'a-do'anya. Sembari melepaskan mukena, Ceu Eti bergegas menuju Rumah Sakit Umum Daerah yang diberitahukan oleh Bardi bahwa Pak Jamrowi mengalami kecelakaan, tulang punggungnya patah.

__o0o__

Pak Guru Kamal dilantik sebagai Kades Caringin Opat menggantikan posisi Pak Jamrowi yang masih dua bulan lagi berada di rumah sakit. Mengalami kelumpuhan pada kaki dan tak bisa mengeluarkan suara karena ada gangguan pada syarafnya. 

Pelantikan berlangsung sederhana dan khidmat tak ada pesta sama  sekali sebagai bentuk rasa bela sungkawa atas kejadian pawai meriah berujung petaka.

Ceu Eti membawa seluruh uang sisa kampanye jumlahnya hampir empat milyar, surat tanah dan semua uang bonus dalam satu ransel  besar ditemani Bardi menuju ke kantor desa. Pak Kades Kamal sudah menunggu dengan beberapa tokoh ulama dan tokoh masyarakat.

"Ini semua sumbangan dari Pak Jamrowi dan Bu Kalina, harap diterima dan bisa dipakai untuk membuat sekolah baru di desa kita." Tutur Ceu Eti sambil menyerahkan ransel berisi uang dan surat tanah.

"Kunci mobil ini juga semoga bermanfaat." Sambung Bardi sembari tersenyum.

Pak Kades Kamaluddin Jamal tersenyum. Bu Kalina mengucurkan air mata tanda haru. Betapa ia baru menemukan wanita semulia Ceu Eti.

Tamat.

Link Jurkam Bag. 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun