Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

JURKAM

28 September 2018   22:34 Diperbarui: 29 September 2018   00:01 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa sadar Ceu Eti menggeleng-gelengkan kepala. Ia merasa prihatin dengan kondisi menjelang pilkada. Situasi selalu saja panas dan kadang berakhir dengan tindakan anarkis bila Kades unggulan mereka tidak terpilih. Pilkada sebelumnya saja, kantor desa sempat di bakar untungnya api masih bisa dipadamkan sebelum menjalar dan memakan korban jiwa.

Ceu Eti tersenyum kecil. Dibenaknya timbul ide yang dirasa cukup brilian. Uang dua puluh juta ia simpan sisanya ia masukkan dalam tas tangan putih aseli kulit pemberian dari Pak Haji Burhan. Tadinya sebagai hadiah bila ia bersedia menjadi isteri kedua. Seperti biasa, hadiah tetap diterima namun pinangan ditolak tanpa membuat Pak Haji terluka. Ceu Eti memang punya kemampuan luar biasa bernegosiasi macam ini. 

Semua lelaki yang hendak meminangnya, baik dari mulai perjaka hingga yang sudah beristeri tiga, tidak pernah merasa kecewa ditolak oleh Ceu Eti. Para gadis, ibu-ibu dan juga janda-janda berlomba-lomba menjodohkan dirinya dengan anggota keluarganya bahkan dengan suaminya sendiri. Kalau dengan wanita lain, para isteri akan sangat cemburu namun dengan Ceu Eti lain perkara. Mereka malah merasa terhormat bila suaminya berhasil menikah dengan Ceu Eti. 

Ceu Eti berdandan rapi, mengenakan jilbab putih bercorak garis diujung-ujungnya serta kemeja dan rok yang padu padan dengan kerudungnya. Ia bersiap menemui Ujang Bardi, tokoh pemuda yang cukup disegani. Ia harus segera bergerilya agar rencana yang disusunnya berhasil.

"Kang Bardi yang saya hormati..." Sapa Ceu Eti lembut, saat memulai percakapan, "Pembicaraan ini sangat rahasia." Lanjutnya setengah berbisik. Hanya akang dan beberapa orang yang saya pilih yang boleh tahu."

"Bila bocor..." Suara Ceu Eti tertahan dan mulut terkatup rapat, matanya saja yang melebar terlihat bengis.

Bardi bergidik, baru kali ini ia melihat wanita secantik Ceu Eti bisa membuatnya ngeri. Nada suaranya memang terasa dalam, intonasinya sangat pas dan mampu menggetarkan perasaannya. Bardi tak mungkin menganggap remeh wanita ini. 

Sambil melihat ke arah jendela Bardi sejenak mengira-ngira apakah Sahrini pembantu Ceu Eti yang diajak serta untuk menemani kemanapun pergi, menguping percakapan mereka.

Ceu Eti paham segera saja ia berujar, "Tenang saja, Sahrini aman, dia tanggung jawab saya."

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun