Mohon tunggu...
Telyawar Amarduan
Telyawar Amarduan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tetap Bercahaya

Bintang dari Kepulauan Tanimbar Suka Menulis Puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semut Pekerja Keras

12 Oktober 2023   22:59 Diperbarui: 12 Oktober 2023   23:05 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam aku sedang mendengar buku berbicara padaku dengan tatapan yang tajam, sudah tenggelam begitu dalam sepanjang perjalanan menuju puncak masalah dan hampir tiba pada akhir kisah dari buku yang sembilan puluh halaman itu. sekali lagi aku tak akan berpaling sampai akhir.

aku di gigit lelaki nan gagah berani, sedang mencari mangsa sebelum pulang tidur pada kasur lembutnya di pojok kamar. aku lagi-lagi tidak tahan entah yang datang ini ayah atau kakek, aku sudah lama menahan, menggaruk pahaku yang memerah karena di gigit lelaki tak berkumis yang punya antena ini.

aku berkelahi dengannya dan sungguh aku yang raksasa ini membinasakan satu kehidupan dan juga sedang mengawal kejahatan tidak merajalela ke kamar lain.

sudah kulupakan tapi kuabadikan agar ia abadi juga pada matamu dan ingatan mu, ia kamu yang sedang membaca tulisan ini, tapi tidak mengapa kita sama-sama menyukai hewan kecuali lelaki yang bergigit tajam dan racun ini. ia sering di pakai juga di pusat kesehatan masyarakat, atau rumah sakit untuk membujuk anak-anak atau orang yang trauma pada suntik. tidak, tidak apa-apa, cuman seperti di gigit semut saja.

sudah kukatakan ia terkenal jadi jika kematian sudah di tangan kita maka, biarkan ia abadi dalam mulut dokter, perawat, mantri dan perawat.

puisi ini kuceritakan agar kau paham bagaimana rasanya menjadi tersangka tuduhan pembunuhan atas satu nyawa berharga bagi keluarga semut, sudah pasti kau tidak memikirkannya karena mereka tidak punya ruang hukum dan juga bebas kita berkeliaran, mereka pun berkelompok bila mengejar kita dan makanan yang kita punya. 

abadikan mereka yang pekerja seperti semut begitu susah, sebab semut bekerja untuk perut mereka dan hidup mereka yang beberapa hari. tapi kita terus mencari setiap hari untuk perut kita yang tidak tahu akan batasnya sampai mana.

kita jatuh, mereka pun begitu.

apakah kita sama dengan semut?

buatlah kesimpulan mu sendiri dan biarkan jawaban itu datang padamu setiap kali kau di gigit semut.

Aru, 12 Oktober 2023 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun