Hampir satu tahun ini isu tentang kebangkitannya PKI (Partai Komunis Indonesia) terus saja diberitakan di media cetak maupun media online,baik yang situs resmi (mindstream) maupun situs-situs yang sering menyampaikan berita-berita "HOAX" ; Entah memang benar-benar bangkit atau sekedar mempunyai tujuan politis tertentu,publik pun sering bertanya-tanya,"...apa iya PKI (bisa) bangkit kembali...?" .
Tentu saja masyarakat masih percaya tentang kekuatan militer NKRI yang memang sejak dulu sudah dikenal sebagai "anti PKI" ,sehingga isu kebangkitan PKI dalam bentuk apapun dipastikan sudah di antisipasi dengan baik oleh pihak intelijen TNI ; Oleh karena itu,isu kebangkitan PKI hanya menjadi isu yang sia-sia bilamana itu ditujukan untuk sebuah tujuan politis menggoyang pemerintahan Jokowi-JK.
Tetapi lebih dari itu,yang patut mendapatkan perhatian luas dari masyarakat dan Pemerintahan Jokowi-JK bukan isu kebangkitan PKI,melainkan adalah kebangkitan ideologi komunisme yang tanpa bentuk nyata sebagai "organisasi" yang sudah dilarang keras untuk "hidup kembali" di NKRI. Kebangkitan ideologi komunisme di era "Proxy War" bukan lagi secara nyata dalam bentuk organisasi,tetapi perorangan yang mempunyai paham & pemikiran komunis dan merasuk ke posisi-posisi penting di negara ini.Â
Celakanya adalah,paham komunis sudah sulit untuk dimengerti oleh generasi muda bangsa Indonesia,karena mereka memang tidak belajar sejarah dan ideologi tersebut secara mendalam,sehingga membedakan mana paham & pemikiran komunis dengan pemikiran-pemikiran ideologi Pancasila sudah tidak bisa dipahami dengan benar. Akibatnya,kerancuan ideologi bagi generasi muda bangsa Indonesia bisa dikatakan memasuki tahap kritikal ; Oleh karena itu,tidak heran dalam beberapa waktu ini mulai diwacanakan pelajaran ideologi Pancasila (seperti P4 dalam era Orba/Soeharto dulu) Â untuk dihidupkan kembali.
Paham komunis dari Karl Marx dan filsafat "Materialisme" yang dicetuskan oleh Ludwig Feuerbach bercampur menjadi satu dan mengalami modifikasi pada era sekarang ini. Contoh keberhasilan kedua paham tersebut bisa dilihat oleh semua negara di dunia ini,yaitu apa yang terjadi pada negara Republik Rakyat Tiongkok (China) Â ; Pembangunan fisik yang luar biasa sejak Kamerad Deng Xiaoping membuat terobosan tidak peduli "kucing hitam atau putih,yang terpenting bisa menangkap tikus" telah membuat negara RRT mengalami kemajuan pembangunan yang luar biasa. Semua negara di dunia memandang RRT sebagai kekuatan ekonomi baru yang disegani oleh seluruh negara di dunia,bahkan Amerika Serikat pun mengakui hal tersebut.Â
Kehidupan materi yang berlimpah dari warga negara RRT yang melakukan perjalanan-perjalanan wisata ke negara-negara Eropa & Amerika dengan berbelanja barang-barang "branded" yang sering dipertontonkan di situs youtube atau media online mengundang decak kagum banyak orang. Tetapi benarkah kehidupan materi yang begitu berlimpah dari rakyat RRT membuat mereka "lebih percaya" kepada Tuhan...? Justru ternyata tidak demikian,sebagaimana yang diajarkan oleh Karl Marx & Ludwig Feuerbach, paham Komunisme & Materialisme yang berhasil akan membuat masyarakatnya benar-benar "melupakan" Tuhan.Â
Orang menjadi "atheis" dan lebih mempercayai bahwa sebuah keberhasilan dalam pembangunan fisik adalah bukan karena Tuhan yang membuat semuanya menjadi berhasil,tetapi adalah karena kompetensi & kapasitas yang ada dalam Sumber Daya Manusia itu sendiri. Semakin berhasil & semakin sukses serta berlimpah materi,maka orang pun "lupa" bahwa keberhasilan itu karena "seijin" dari Tuhan.
Pemikiran-pemikiran "komunisme & materialisme" jauh lebih berbahaya daripada bentuk organisasi seperti PKI. Sebab orang-orang yang berpaham "komunisme & materialisme" akan membawa masyarakat Indonesia kedalam masyarakat yang materialis dan lamban laun meninggalkan Tuhan. Keberhasilan Indonesia dalam menangkis paham komunis pada era perang dingin lebih banyak disebabkan karena kekuatan masyarakatnya yang religius. Semangat toleransi dalam memegang keyakinannya masing-masing dengan penuh semangat gotong royong dapat menghalau paham-paham tersebut. Kebutuhan akan materi dapat diselesaikan dengan semangat gotong royong atas dasar kasih,bukan pembangunan fisik yang dapat membuat masyarakat hidup "bergantung" pada pemberian negara.Â
Di negara komunis,penggusuran yang memisahkan komunitas-komunitas masyarakat dengan menjauhkan dari tempat-tempat ibadah yang bernilai sejarah dari komunitas masyarakat tersebut juga merupakan bagian strategi pemerintahan negara komunis agar rakyatnya "terpisah" dari semangat religius. Sebuah Gereja atau Mesjid kuno yang bernilai sejarah akhirnya hanya menjadi tempat kunjungan wisata,bukan tempat berkumpulnya komunitas masyarakat yang dulu pernah menggunakan tempat ibadah yang bernilai sejarah tersebut.Â
Memang komunitas masyarakat yang tergusur dibangunkan sebuah pemukiman yang layak & "wah" secara materi,tetapi mereka kehilangan spirit komunitas yang religius karena kedekatan hatinya dengan tempat ibadahnya. Itulah cara yang dipakai oleh pemerintahan negara-negara komunis dalam menyingkirkan komunitas masyarakat religius yang ada. Pemahaman yang diberikan kepada masyarakat luas dengan iming-iming materi dan kehidupan sosial yang lebih baik tanpa memperhatikan kehidupan religius akan membuat cara pandang masyarakat terhadap nilai-nilai komunitas akan semakin hilang. Sikap individualisme akan semakin meningkat,sehingga kekuasaan menjadi lebih langgeng.
Di negara komunis,bukan berarti tidak ada rakyatnya yang "naik haji" ke Mekah atau ber-ziarah ke tanah suci atau ke Vatikan sebagai Pusat agama Khatolik ; Bahkan kadang pemerintahnya pun terlibat dalam memfasilitasi individu yang ingin melakukan ibadahnya tersebut. Namun,jangan salah sangka...bahwa itu dilakukan juga demi kelanggengan kekuasaan dan bukan untuk karena supaya masyarakat yang lain menjadi lebih religius. Kehidupan beragama tidak dibatasi,tetapi menjadi slogan untuk melanggengkan kekuasaan yang ada. Itulah cara-cara dan pemikiran komunisme & materialisme yang patut di waspadai .