Euforia perubahan karena pengaruh teknologi dikumandangkan seperti adzan magrib saja,dimana-mana sekarang orang rajin broadcast apa saja yang ditulis oleh orang-orang yang mengaku pakar tentang sharing economy,aplikasi online,dsb . Segala opini terkait perubahan di sajikan berbagai ragam,ada yang memberikan inspirasi terkait perubahan model bisnis sampai kepada mengejek yang tidak mau berubah.Â
Mencermati hal itu,sebenarnya kalau mau fair apa sich yang tidak berubah di dunia ini...? Semua telah berubah..! Tidak ada satupun negara di dunia ini yang sekarang tidak berubah,tetapi tentu saja ada yang berubah cepat,dan ada juga yang berubah lambat. Tetapi intinya dunia sudah berubah,apalagi dengan berkembangnya teknologi informasi,semua telah berubah...!
Ketika eforia perubahan itu menjadi sangat penting dan menjadi sebuah keharusan,bahkan Presiden Jokowi mengambil kata "REVOLUSI" sebagai bentuk keinginan untuk sebuah perubahan yang cepat,secara khusus dalam hal "MENTAL" sehingga disebut sebagai "Revolusi Mental" dalam mendukung program kerjanya ; Maka tak ada satu pun yang berhasil membendungnya.Â
Dengan dukungan teknologi informasi,perubahan dibuat sedemikian cepat,bahkan segala macam aturan yang berlaku untuk mengatur sebuah sistem birokrasi dan dulu dibilang sebagai sarana untuk melindungi rakyat akan dibilang sangat lamban bila tidak bisa menyesuaikan dengan keinginan masyarakat yang ingin cepat berubah. Pejabat negara,pemimpin perusahaan atau siapa pun yang bergerak untuk melakukan kontrol atas sub ordinat hingga ke rakyat sebagai user lebih memilih alternatif teknologi sebagai alat untuk mendapatkan akses informasi dengan cepat. Turba atau turun ke bawah atau bertatap muka dengan masyarakat dianggap sebagai pemborosan dan tindakan pencitraan belaka.
Masyarakat dibuat tidak perlu lagi bertatap muka dengan pemimpinnya,cukup dengan menyampaikan segala sesuatu melalui aplikasi online yang dibuatnya. Demikian segala sesuatu yang berbau bisnis bisa dibuat lebih cepat dengan segala aplikasi online yang dibuat oleh para programmer canggih. Orang juga dibuat lebih mudah menyampaikan pendapat tanpa perlu menyaring pikirannya dan isi hatinya ; Maka tak heran,apa yang ada di pikiran dan isi hatinya saat itulah yang disampaikan melalui media sosial. Segala sesuatunya diungguh di medsos tanpa peduli yang terima dan membacanya sakit hati atau tidak. Dampak dari semua itu,lahir segala macam istilah gaul dan bullying lewat medsos ; Orang-orang yang sakit hati dan tidak bisa menerima bully kemudian menuntut secara hukum melalui UU ITE.
Terus dimana perubahan itu menjadi baik?Â
Namanya saja perubahan secara cepat,atau revolusi! Maka tak ada satu pun yang sanggup menyaring apakah perubahan itu baik atau jelek ; Semua diserahkan oleh waktu yang akan menentukan apakah perubahan secara cepat itu baik atau jelek. Eforia perubahan yang begitu cepat tidak bisa dibendung dengan anti perubahan. Sebab anti revolusi berarti dianggap menentang hukum alam,bahkan akan dikatakan sebagai dinosaurus,dsb. Luar biasa cara-cara berpikir yang sedemikian radikalnya. Tetapi itulah fakta yang terjadi dengan eforia perubahan yang begitu cepat,tak ada lagi menjaga perasaan orang lain,semuanya dianggap sebagai benda,bukan manusia yang berakal budi lagi.
Manusia lupa bahwa dunia pernah mengalami apa yang disebut sebagai REVOLUSI atau perubahan yang begitu cepat. Indonesia juga pernah dibawa ke kancah revolusi Presiden Soekarno. Tetapi sejarah mencatat,bahwa semua perubahan yang begitu cepat akan berdampak luar biasa terhadap segala aspek kehidupan di masyarakat. Dampak luar biasa bisa berujung kepada dampak negatif dan dampak positif. Tidak semua perubahan yang berlangsung cepat berdampak positif,juga tidak semuanya berdampak negatif.
Oleh karena itu,manusia kemudian memilih kata evolusi,sebuah perubahan yang tidak berlangsung cepat sebagai sebuah pilihan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan memilih dampak negatif yang seminimal mungkin. Aspek-aspek kehidupan dalam politik,sosial,budaya,dan ekonomi dipikirkan secara mendalam untuk ber-evolusi,bukan revolusi! Kenapa demikian?
Sebab perubahan yang cepat dengan didukung teknologi informasi akan membuat manusia akan kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Revolusi Industri di bidang teknologi informasi pada abad 17 yang melahirkan surat kabar konvensional sampai ke percetakan surat kabar konvensional di seluruh kota di penjuru dunia membuat cara berpikir manusia berubah secara drastis. Segala paham atau isme mengalir begitu cepat ke segala penjuru dunia. Keyakinan beragama mulai banyak ditinggal, free sex berkembang secara cepat, bahkan paham "Sodom & Gomora" mulai bermunculan. Dan kenyataannya pada era teknologi informasi berkembang lebih cepat, tidak konvensional lagi seperti abad ke-20, semua yang disebutkan diatas sudah di legalisasi di negara-negara maju. Tak ada satu pun lagi yang mampu mengkontrol,semua yang ada di dunia ini patut dinikmati bersama,gratis dan yang penting semua happy.
Apakah itu yang diharapkan dari "revolusi mental" Presiden Jokow? Pernahkah semua itu terpikirkan di benak Presiden Jokowi terkait kata "revolusi" yang sekarang di adopsi oleh publik dan sebagian besar anak-anak muda serta orang-orang yang menganut aliran atau isme liberal sebagai keinginan sebuah perubahan yang cepat...? Kalau membaca komentar-komentar yang bersifat bullying di media sosial,semua perubahan yang begitu cepat memang menjadi keinginan banyak anak-anak muda dan orang-orang yang beraliran liberal. Dan semuanya mengacu kepada kata "revolusi mental" yang digagas oleh Presiden Jokowi.
Sekarang sudah semakin sulit sekali membedakan mana yang benar dan mana yang salah, karena ternyata banyak yang dulu dianggap benar sekarang menjadi salah,dan sebaliknya. Sebaiknya hati-hati menggunakan kata "perubahan" ,sebab pilihan berubah itu hanya dua,yaitu revolusi atau evolusi. Kalau mau revolusi,asalkan siap...siapa takut..? Kalau tidak siap,maka siapa yang takut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H