Di media sosial belakangan muncul hashtag #SaveAhok terkait perseteruan antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta. Tentu saja kemunculan #SaveAhok dilakukan oleh orang yang bersimpati terhadap Ahok dan ingin mencari dukungan seluas-luasnya bagi apa yang telah dilakukan oleh Ahok terkait rencana Hak Angket yang digulirkan oleh 106 anggota DPRD DKI Jakarta.
Bagi banyak orang Indonesia,tentu saja isu korupsi adalah isu yang laris manis dan hot untuk dijadikan komoditas menyerang sebuah institusi atau politisi  Indonesia yang sudah terkenal imej-nya buruk. Tak heran,orang pun cukup gencar memberi perhatian terhadap #SaveAhok,namun tak sedikit pula yang mencibir #SaveAhok,terutama lawan politik Ahok yang memang dari dulu tidak menyukai sepak terjang Ahok.
Tulisan ini bukan untuk mencibir #SaveAhok,tetapi lebih melihat urgensinya dan kepribadian Ahok yang selama ini ditunjukkan kepada publik. Dari segi analisis urgensi,#SaveAHok terlalu berlebihan,karena Hak Angket DPRD DKI Jakarta bukan untuk melakukan pemazkulan Ahok,tetapi hak anggota DPR(D) untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah. Dengan demikian,apanya yang perlu di "SAVE" Â terhadap Ahok....? Kalau Ahok merasa tidak bersalah dengan kebijakannya sebagai Gubernur DKI Jakarta,maka dirinya tidak perlu merasa terancam dengan Hak Angket dari 106 anggota DPRD DKI Jakarta tersebut.
Dari apa yang dilakukan oleh Ahok selama ini dengan lantang akan membongkar kasus korupsi yang terjadi di Pemerintahannya dan DPRD DKI Jakarta hingga melaporkan ke KPK,sah saja Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta melakukan itu. Lagipula Ahok dalam setiap pernyataannya selalu mengatakan tidak takut dan siap mati untuk semua yang dilakukannya. Jadi buat apa #SaveAhok...? Bukankah Ahok sudah punya bukti-bukti dan siap melawan...?
Ahok adalah seorang politisi yang tidak punya basis partai politik saat ini,sehingga dirinya berusaha menggunakan media sosial untuk menarik dukungan terhadap apa yang dilakukan dengan isu-isu korupsi yang selalu dilontarkan. Popularitas dirinya adalah karena Ahok selama ini dikenal sebagai pejabat negara yang terus bersuara nyaring terhadap isu-isu korupsi yang diduga terjadi pada pejabat-pejabat yang bekerja di pemerintahan DKI Jakarta dan juga "kongkalikong" anggota DPRD dalam penyusunan anggaran. Rakyat sangat senang karena ada pejabat negara yang terbuka terhadap apa yang dimilikinya,seperti laporan kekayaan dan pendapatan yang diterimanya selama menjadi pejabat.
Namun,semakin lama semakin terlihat bahwa Ahok tidak bisa mengendalikan diri dalam hal bersikap sebagai seorang pemimpin dan pejabat negara . Harusnya Ahok mampu menunjukkan kemampuannya memimpin para pejabat yang ada dibawahnya dan lobby politik yang harus dilakukan terhadap anggota Dewan yang memang bertugas mengkontrol setiap kebijakannya. Selama ini Ahok terus saja menyerang bawahannya dan berusaha menarik popularitas dirinya seolah paling bersih dengan ambisi bertahan di kekuasaan demi motivasi untuk menolong rakyat Indonesia,itulah kesan yang selama ini terlihat pada diri Ahok setiap dirinya berbicara ke publik. Artinya memang Ahok butuh popularitas saja,bukan bekerja membenahi manajemen birokrasi untuk menolong Jakarta ini bebas dari korupsi.
Akibat perilaku Ahok yang senantiasa menyerang bawahannya dan para anggota DPRD,kesan utama pada diri Ahok adalah ingin selalu populer. Ini tentu saja membuat gerah para pejabat dan anggota DPRD karena dikesankan tolol dan korup oleh Ahok. Akibatnya tahu sendiri,semua anggaran tidak terserap dengan baik dan tata kelola pemerintahan DKI Jakarta menjadi amburadul sebab semua lebih baik "diam" daripada kena omel sang Gubernur.
Berkali-kali dan sudah cukup banyak orang yang menasehati Ahok untuk sikap dan tutur kata serta perilaku kepepimpinannya tersebut,tetapi sepertinya watak Ahok memang sulit berubah. Bisa jadi dirinya memang baik dan tulus,tetapi gaya kepemimpinan Ahok tidak tepat untuk menjadi seorang pemimpin birokrasi di negara Indonesia. Kalau ini terus diteruskan,maka suasana akan terus menjadi gaduh dan akan memicu kerawanan sosial baru.
Terus kenapa harus #SaveAhok....???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H