Mohon tunggu...
Fikri Mustaqim
Fikri Mustaqim Mohon Tunggu... Freelancer - penulis magang

nulis aja terus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilema UNBK di Indonesia

3 Mei 2017   09:16 Diperbarui: 3 Mei 2017   09:26 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ujian nasional merupakan syarat utama kelulusan seorang siswa. Tak jarang, banyak siswa yang merasa begitu cemas ketika hari pelaksanaan sudah hampir tiba. Di lain sisi, banyak pula siswa yang berusaha mencurangi sistem ujian dengan memanfaatkan kunci jawaban yang beredar dan juga dengan menggunakan contekan. Hal inilah yang lantas mendorong pemerintah untuk membuat sebuah sistem Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

Seperti dimuat pada laman http://unbk.kemdikbud.go.id, UNBK singkatan dari Ujian Nasional Berbasis Komputer yang berasal dari istilah Computer Based Test (CBT).

UNBK adalah sistem pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai lembar ujian siswa pengganti kertas. Dalam pelaksanaannya, UNBK berbeda dengan sistem ujian nasional berbasis kertas atau Paper Based Test (PBT) yang saat ini masih berjalan untuk ujian lokal di sekolah.

Penyelenggaraan UNBK pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014 secara online dan terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Hasil penyelenggaraan UNBK pada kedua sekolah tersebut berhasil dengan baik dan semakin mendorong untuk meningkatkan literasi siswa terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Namun hingga saat ini UNBK menggunakan masih menggunakan sistem semi-online yaitu soal dikirim dari server pusat secara online melalui jaringan (sinkronisasi) ke server lokal (sekolah), kemudian ujian siswa dilayani oleh server lokal (sekolah) secara offline. Selanjutnya hasil ujian dikirim kembali dari server lokal (sekolah) ke server pusat secara online (upload).

Yang menjadi kendala saat ini adalah ketersediaan perangkat komputer. Meski banyak sekolah yang mengaku siap, namun kondisi perangkat dan jaringan belum sepenuhnya beroperasi dengan baik. Masih banyak sekolah yang tidak mempunyai cukup perangkat komputer yang layak.

Untuk itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyarakan kepada para kepala dinas di daerah masing-masing, untuk meminjam komputer dari lembaga lain. Perguruan tinggi dan sekolah SMK yang mempunyai ruang dan perangkat komputer yang layak, namun tak melaksanakan ujian nasional bisa digunakan untuk UNBK. (fik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun