Mohon tunggu...
Yumoko Ginto
Yumoko Ginto Mohon Tunggu... -

pemerhati carutmarut

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dan Revolusi Mental

22 Oktober 2014   22:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:05 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selamat kepada Bapak Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Yusuf Kalla

Seiring banyaknya diskusi, wawancara dan kampanye beliau berdua tentang cita-cita semangat yang tentunya bermuara pada meningkatnya kesejahteraan rakyat seluruh Indonesia yang telah lama kita impikan bersama, tentunya beliau telah menemukan titik kelemahan kita berbangsa selama ini. Telah banyak kita dengar tapi saya masih berharap mengerti dan paham tentang strategi cara upaya rinci yang akan diterapkan.

Mungkin sudah banyak yang memberi ulasan tentang apa yang menjadi cita-cita rakyat dalam kehidupan kita berbangsa. Beberapa kondisi selama ini yang masih jauh dari ekspektasi kita sebagai rakyat kecil kalau bisa di garis bawahi adalah sektor keamanan masyarakat, pangan, industri kreatif dan budaya korupsi.

Pemerintahan terdahulu dengan presentasi pemerintahan SBY karena merupakan pemerintahan terlama sejak reformasi 98 sudah berupaya mencanangkan keberhasilan dalam banyak hal seperti swasembada pangan, swasembada daging sapi, bebas korupsi, UKM, KUK, KUR, pemanfaatan lahan dan air. Upaya lain pemerintah SBY melakukan Reformasi birokrasi dengan kawasan bebas korupsi disetiap kementerian dsb. Harus diakui dana uang rakyat sudah banyak yang digelontorkan lewat APBN belum lagi yang melalui APBD, DPRD- DPR-MPR , PNS-TNI-POLRI-GURU dengan tambahan Tunjangan Kinerja dst-dst. Tapi hasilnya belum sesuai harapan kita bersama, budaya korupsi kalau tidak bisa dikatakan semakin merajalela, tapi bisa disebut sama saja, tidak ada perubahan!

Apa yang salah dari seluruh program dan usaha pemerintah? semua program tampak baik, hasilnya kalau tidak bisa dikatakan tidak ada hasil tapi bisa disebut hasilnya tidak sesuai dengan nilai modal usahanya. Untuk memodali usaha ini pemerintah SBY memberi warisan hutang  sekitar Rp1.232,31 triliun atau naik 94,82 persen hingga Agustus 2014  (data DJPU Kementerian Keuangan, di Jakarta, Senin (22/9/2014).

Secara singkat dapat kita telisik kondisi keamanan masyarakat  terkini; kriminalitas di lingkungan kita sendiri menunjukkan tidak adanya perubahan sejak reformasi 98. Kepolisian tidak bisa mengklaim bahwa angka kriminalitas menurun hanya berdasarkan jumlah laporan. Masyarakat yang mendapat musibah belum tentu mau melaporkan kasusnya karena belajar dari pengalaman takut pada peribahasa "Sudah jatuh tertimpa tangga pula, lepas dari mulut singa masuk ke mulut buaya" bukan rahasia lagi. Demikian pula kondisi korupsi , pangan, industri dst tidak bisa dikatakan sudah mengalami perbaikan yang berarti.

Pastilah Jokowi-JK saat mencalonkan diri menjadi presiden sudah mengerti, paham masalah-masalah kebangsaan dan sudah mempersiapkan jurus jitu untuk mengatasinya. Hanya saja jika Jokowi-JK mengatasi masalah ini secara partial maka dapat dipastikan kegagalan terulang kembali. Contohnya akan membahas kenaikan BBM, maka jelas akan terjadi blunder yang sama, masuk lubang yang sama, kebodohan yang sama, menghabiskan energi dan waktu serta terakhir akan menuai badai.

Dari telaah diatas maka sudah dirumuskan sejak 98 bahwa diagnosa akar penyakit bangsa ini adalah KKN, hanya saja setelah berganti 4 presiden pasca 98 belum ditemukan obat yang ampuh. Jika kita mempercayai bahwa KKN adalah akar sumber penyakit permasalahan bangsa maka bisa kita diskusikan tentang seluruh masalah rakyat maka dipastikan terdapat benang merah dengan KorupsiKolusiNepotisme. Yang menarik dari Jokowi-JK saat berkampanye adalah ide melakukan Revolusi Mental. Tapi bagaimana gambaran pelaksanaanya, itu belum jelas. Beberapa diskusi, beliau mengimplementasikan Revolusi Mental lewat sektor pendidikan.

Saya memahami Revolusi Mental haruslah mengandung unsur percepatan, sedikit pemaksaan, sedikit chaeos, dan shockterapi baik yang akan dirasakan secara perorangan maupun kelompok. Sanggupkah presiden melakukannya?, ditujukan kepada siapa?, bagaimana caranya?. Jika presiden akan menerapkan RM via sektor pendidikan dengan menyasar pada pelajar mahasiswa maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan belum tentu berhasil menghasilkan generasi emas. Salah apa dengan pelajar dan pelajaran? Banyak pengamat yang menyalahkan kurikulum pendidikan selama ini, terbukti setiap menteri diknas melakukan perubahan kurikulum, terakhir terbit kurikulum 2013. Jelas-jelas salah sasaran dan  salah cara, mana mungkin menghasilkan generasi emas kurikulum integralistik 2013 jika kapabilitas para gurunya tidak memadai dan banyak bermasalah dengan integritas.

Untuk mencari obat mujarab KKN ini kita harus banyak merenung, mengetahui modus mekanisme KKN jelas bermanfaat untuk penyembuhannya bukan hanya berguna untuk dibawa ke meja hijau. Siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran Revolusi Mental, mengapa dan bagaimana melakukannya? Yang pasti kita harus mengidentifikasi dahulu jenis bakteri,virus, mikroorganisme penyebab KKN. Presiden-Menteri-Legislatif bukan merupakan sumber KKN sebab waktu mereka terbatas maksimal 10 tahun dan selalu berganti. Siapakah sesungguhnya yang memiliki waktu yang lama dan tidak pernah berganti malah cenderung meningkat kariernya.  KKN tentu saja dilakukan oleh Birokrat-Aparat karena merekalah yang mengemban pelaksanaan kebijakan yang menyebabkan kerugian negara. Semua kasus KKN jelas melibatkan Birokrat-Aparat, sedangkan legislatif dan pengusaha merupakan stakeholder saja, mengapa? karena Birokrat-Aparat memiliki kemampuan melakukan KKN sendiri tanpa legislatif dan pengusaha.

Tapi bagaimana caranya? dengan makna Revolusi Mental tersebut diatas maka satu-satunya cara meminimalisir dampak negatif adalah dengan menurunkan seluruh pejabat struktural yang ada dari struktural tertinggi sampai terendah dari eselon tertinggi sampai terendah (lihat saja komposisi sekarang) dari PNS-TNI-POLRI-HAKIM-JAKSA bahkan sampai GURU. Jelas akan terasa pesan yang terkandung didalamnya sehingga hasilnya sebagai REVOLUSI MENTAL.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun