Mohon tunggu...
Telly J. Triyono
Telly J. Triyono Mohon Tunggu... Lainnya - belajar membaca Indonesia

bergabung dalam multiverse maya. Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempat aku bekerja.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Simpan Uang Tidak di Bank: Risiko Uang Rusak

23 Mei 2023   07:33 Diperbarui: 23 Mei 2023   08:11 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengan nama Ronald Read? Morgan Housel dalam The Psychology of Money menuturkannya dengan apik. Bernama lengkap Ronald James Read yang dikenal oleh mereka yang kenal, tidak banyak yang bisa diceritakan. Hidupnya sangat bersahaja. Tukang memperbaiki mobil di pom bensin 25 tahun. Menyapu lantai JCPenney 17 tahun. Punya rumah dengan 2 kamar dan hidup disana sampai meninggal. Ditinggal istri dan hidup sendiri diumur 50 tahun. Hobinya memotong kayu bakar.

Di saat meninggal umur 90 tahun di tahun 2014, barulah diketahui, Read meninggalkan wasiat. Anak tirinya mendapatkan 2 juta dolar. Rumah sakit dan perpustakaan mendapatkan 6 juta dolar. Uangnya dari mana? Ternyata hanya menabung. Berapa pun. Dan investasi di saham. Puluhan tahun menunggu. Dari tabungan kecil hingga berlipat menjadi 8 juta dolar. 

Mirip-mirip dengan kisah Read. Di Serang, seorang kakek. Sarneli namanya. Kerjanya angon bebek dan peminta-minta. Menyisihkan uangnya dibawah tempat tidur. Di dalam kardus dan ember. Uang yang terkumpul tidak tanggung-tanggung. Lebih dari 100 juta rupiah selama lebih dari 10 tahun. Namun sayang seribu sayang. Uang yang disimpan bukannya bertambah. Malah berkurang. Beberapa uang jadi rusak. Sebagian membusuk. Ada juga uang yang sudah tidak berlaku lagi. Ada uang koin dan uang kertas. Cerita detilnya ada di laman cnnindonesia.com.

Lantas kenapa uang bisa disimpan di dalam kerdus dan ember? Meskipun keberadaan uang sebagai alat transaksi jual beli sudah dikenal sejak abad ke-6 SM, tradisi menyimpan uang di masyarakat Indonesia bermula pada zaman Majapahit. Masih ingat kalo kita mau menyimpan uang di celengan. Benda berbentuk binatang ini yang berongga ada lubang kecil untuk memasukan uang. Disimpan di perutnya yang gendut. Celeng atau babi dalam bahasa Jawa merupakan lambang kemakmuran. Belakangan hewan celeng diganti dengan hewan ayam. Mungkin pengaruh masuknya Islam di Indonesia.

Dan perkenalan masyarakat Indonesia dengan bank saat ini kurang menggembirakan. Data Bank Dunia 2021 menunjukkan, ada lebih dari 35% orang dewasa dari total penduduk 273,88 juta di Indonesia yang masuk kategori unbanked alias tidak memiliki rekening di bank. Dengan 97,74 juta unbanked yang lumayan banyak, Indonesia termasuk peringkat ke-4 dunia. Meskipun memiliki 98.130 unit atm, 32.531 kantor bank umum, 6.530 kantor BPR, 50,4 juta pengguna e-banking, penduduk unbanked Indonesia masuk dalam peringkat ke-4 di dunia.

Kembali ke cerita Kakek Sarneli, ternyata uang rusak dan uang lusuhnya mencapai 70 juta rupiah. uang-uang tersebut dapat ditukar. Bisa melalui bank dengan cara disetor. Tentunya Kakek Sarneli harus punya rekening di bank. Kalau belum punya, dapat membuka rekening dan uangnya bisa langsung disetor. Selain di Bank, bisa juga dengan cara ditukar di kantor Bank Indonesia terdekat. Berdasarkan laman bi.go.id, Bank Indonesia salah satu tugasnya adalah memberikan layanan penukaran uang terhadap masyarakat. Penukaran uang tersebut bisa berupa uang yang sudah lusuh, uang yang rusak, atau bisa juga menukarkan uang dari pecahan besar menjadi pecahan kecil. 

Khusus uang rusak, penukarannya akan mendapat penggantian sesuai dengan nominalnya. Syaratnya adalah fisik uang yang tidak rusak lebih dari 2/3 ukuran asli uang dan ciri-ciri keaslian uangnya dapat dikenali. Jika 2/3 ukuran asli uang atau kurang, uang rusak tersebut tidak mendapat penggantian. Atau uangnya merupakan gabungan dari 2 uang yang disambung tentu ini juga tidak mendapat penggantian. 

Tidak hanya uang kertas. Uang koin yang rusak bisa ditukar asal kerusakannya kurang dari 1/2 bentuk aslinya. Bagaimana jika uangnya terbakar? Dapat juga mendapat penggantian asal dapat dikenali ciri-ciri keaslian uang rupiah. Tentunya ini melalui penelitian oleh Bank Indonesia tentunya. Jika diperlukan dapat menyertai tambahan dokumen yaitu surat keterangan dari kepolisian atau kelurahan setempat. Adalah uang rusak yang tidak mendapat penggantian? Ada. Uang yang rusaknya disengaja  tidak diganti.

Hal yang jarang diketahui, ternyata penukaran uang bisa dilakukan melalui Pos. Tinggal isi formulir penukaran uang. Diisi saja nama, no. KTP/SIM, alamat, no. kontak yang dapat dihubungi. Isi juga uang pecahan berapa yang mau ditukar di kolom keterangan uang rusak jika kita mau menukarkan uang rusak disertai penyebab kerusakannya. Ada pilihan metode penggantian apakah tunai atau tranfer.  Setelah diisi lengkap, amplopnya diberi tulisan Penukaran Uang Rupiah, kirim ke Bank Indonesia terdekat. Lengkapnya ada di sini ya.

Untuk datang ke kantor pusat dan 45 kantor perwakilan Bank Indonesia, penukar uang dapat mendaftar terlebih dahulu melalui laman pintar.bi.go.id. Jika kebetulan sedang ada diluar, Bank Sentral yang saat ini dinakhodai oleh Perry Warjiyo, juga ada layanan kas keliling. Jadwalnya diumumkan di laman bi.go.id. atau twitter @bank_indonesia. Jangan sampai terlewat. Ayo tukerin uang rusaknya dan simpan uang di bank. Uangnya akan tumbuh dan berkembang. Cekidot. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun