Mohon tunggu...
Telly J. Triyono
Telly J. Triyono Mohon Tunggu... Lainnya - belajar membaca Indonesia

bergabung dalam multiverse maya. Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempat aku bekerja.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

QRIS, Menggenggam ASEAN dalam Satu Gawai

31 Maret 2023   19:25 Diperbarui: 9 Juni 2023   22:22 2291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi QR code. (SHUTTERSTOCK/Bloomicon via kompas.com) 

"QRIS yang sejatinya lahir untuk memfasilitasi pembayaran kode QR di Indonesia, QRIS diluncurkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI)"

Mengutip laman cnnindonesia.com tanggal 29 Maret 2023, Filianingsih Hendarta, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia dalam gelaran ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM) di Nusa Dua Bali tanggal 28 Maret 2023, mengungkapkan Bank Indonesia mengakui sulit untuk menerapkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) antarnegara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) karena tantangannya mulai dari biaya tinggi, keterbatasan akses hingga transparansi.

Bicara mengenai QRIS, QRIS merupakan serangkaian kode yang memuat informasi. Biasanya identitas pedagang/pengguna, nominal pembayaran, dan mata uang. Informasi tersebut dapat dibaca dengan bantuan ponsel (dibaca gawai). 

QRIS digunakan untuk transaksi pembayaran. Sebelum bicara mengenai QRIS. Mari mundur sejenak ketika peradaban manusia dimulai dari  barter barang untuk memenuhi kebutuhan. 

Selanjutnya dikenalkan komoditas garam, teh, tembakau, biji-bijian, hewan ternak, cangkang kerang, imitasi kerang dari logam, potongan kulit rusa putih, dan sampai pada uang kertas sebagai alat pembayaran. Proses transaksi ini sering disebut sistem pembayaran tunai.

Tidak berhenti disitu. Muncullah alat pembayaran menggunakan kartu, cek, bilyet giro, nota debit, hingga uang elektronik. 

Lebih jauh dan revolusioner, konsumsi masyarakat pun bergeser dan pembayarannya dapat dilakukan melalui web, mobile, Unstructrured Supplementary Service Data (USSD) dan Sim Toolkit (STK). Terakhir adalah fenomena virtual currency sebagai uang digital yang penuh risiko.

Kembali ke QRIS yang sejatinya lahir untuk memfasilitasi pembayaran kode QR di Indonesia, QRIS diluncurkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) pada 17 Agustus 2019. 

Sebelum adanya QRIS, jika kita membeli makanan di toko (merchant) menggunakan GoPay yang ada di gawai, maka Kode QR berasal dari Gopay dan jika membayar memakai Ovo, maka Kode QR dari Ovo. 

Nah, dengan adanya QRIS, kita bisa bayar memakai GoPay maupun Ovo karena Kode QR sudah  distandardisasi menjadi QRIS. Dan kelahiran QRIS pun disambut oleh masyarakat.

Berdasarkan data Bank Indonesia, tiga tahun sejak diperkenalkan, pengguna QRIS di Indonesia mencapai 28,8 juta dengan 22,7 juta merchant. Jumlah tersebut sudah bertambah 15,95 juta pengguna dibandingkan pada akhir tahun lalu dengan jumlah transaksi  993 juta senilai Rp98,45 triliun. 

Berdasarkan laporan dari perusahaan riset Data Reportal, jumlah ponsel yang terkoneksi di Indonesia mencapai 370,1 juta, tentunya ini untuk di Indonesia sendiri potensinya sungguh besar yang saat ini baru 7-8% pengguna QRIS.

Bukan hanya itu, QRIS juga sudah dapat digunakan di Thailand, diuji coba di Singapura,diimplementasi interoperabilitas di Malaysia dan dipersiapkan penggunaannya di Filipina. 

Begitu juga sebaliknya, Kode QR ketiga negara tersebut yakni Thai QR Payment milik Thailand, DuitNowQR milik Malaysia dan SGQR milik Singapura dapat melakukan transaksi pembayaran di lebih dari 30,5 juta merchant. 

Bagaimana cara penggunaannya? Ternyata mudah, ketika kita belanja di Thailand di merchant yang sudah menggunakan Thai QR Payment, ketika kita akan membayar, QR tersebut kita scan dan masukkan harga sesuai yang tertera, misalnya 5 bath. Kemudian harga tersebut akan berubah menjadi Rupiah secara otomatis. dan lanjutkan transaksinya.

Sedikit menyinggung kawasan Asia Tenggara, saat ini sudah ada organisasi yang menaungi negara-negara dengan nama ASEAN. Mengutip laman ASEAN, 8 Agustus 1967 lalu, lima Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand duduk bersama di aula utama gedung Departemen Luar Negeri di Bangkok, Thailand. 

Mereka menilai perlu ada suatu organisasi bersama antarnegara di kawasan Asia Tenggara untuk memudahkan proses kerja sama di berbagai bidang, khususnya setelah lepas dari penjajahan bangsa asing. Dan lahirlah sebuah dokumen. Dari dokumen itu, lahirlah Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kamboja pada 13 November 2022 lalu, Indonesia mendapatkan mandat untuk memegang Chairmanship ASEAN 2023. 

Mengusung tema ASEAN Matter: Epicentrum of Growth, periode Chairman (Keketuaan) Indonesia di ASEAN, Indonesia siap memegang mandat tersebut selama 1 tahun sejak 1 Januari  dan berakhir pada 31 Desember 2023. 

Indonesia sendiri telah empat kali memegang keketuaan ASEAN, yaitu di tahun 1976, 1996, 2003, dan terakhir di tahun 2011. 

Di Indonesia sendiri, secara resmi dilakukan  seremoni pemukulan rebana oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Bundaran Hotel Indonesia pada Minggu pagi, 29 Januari 2023.

Dengan  populasi ASEAN yang lebih dari 500 juta jiwa jadi pasar potensial untuk persebaran QRIS. Ditambah lagi masih ada 6 negara dari 10 negara yang belum dijangkau oleh QRIS. 

Dari penggunaan internet sebanyak 460 juta pengguna tahun 2022 dan lebih dari 90% mengakses internet tersebut melalui ponsel  sehingga QRIS yang penggunaannya menggunakan ponsel sangat mungkin terus tumbuh.

Diluar itu semua, melihat wilayah daratan seluas 4,46 juta km² yang luas wilayah laut  tiga kali lipat dari luas wilayah daratan, tentunya isu keterjangkauan internet dan perangkat ponsel menjadi hal yang penting. 

Untuk kota-kota besar yang akses internetnya baik tentunya keberhasilan transaksi menggunakan ponsel dengan melakukan scan QRIS lebih baik daripada kota-kota kecil. Pekerjaan rumah adalah menyiapkan infrastruktur jaringan dan konektivitas.

Selain itu, isu perlindungan data saat kita menggunakan QRIS patut diperhatikan. Apalagi penggunaan QRIS di luar Indonesia yang tentunya perlu diatur lebih lanjut antarnegara. 

Tentunya pengaturan tersebut tidak saling merugikan pengguna QRIS. Jangan dilupakan juga kejahatan siber. Kerugian besar jika server dapat diretas dan data-datanya dimiliki oleh pihak lain. 

Jangan lupa, faktor biaya ketika menggunakan mata uang negara lain yang terkonversi menjadi mata uang Rupiah tentunya ada biaya. Jangan sampai merugikan pengguna QRIS.

Terakhir, saya bisa berandai-andai, ketika keliling ASEAN maka yang akan saya jaga adalah ponsel saya harus tetap hidup agar bisa berbelanja menggunakan QRIS. 

Dan yang penting, QRIS ketika di Indonesia diucapkan "Kris" dan ketika diluar Indonesia diucapkan "Qyuris". Dan yang terpenting, ASEAN ada dalam satu genggaman ponsel saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun