Orang-orang diatas adalah orang yang paling getol menyuarakan Anti NKRI dan ingin menegakkan Khilafah di Negara ini, dengan cara merusak Ideologi Pancasila.
Tidaklah sulit sesungguhnya melacak portofolio orientasi dab gerakan politik mereka. Yang membingungkan jika aparat keamanan terus saja membiarkan mereka terus mempropagandakan slogan anti Pancasila dan NKRI.
Tidakkah seharusnya mereka ditindak, bahasa halus dari ditumpas, jika menentang konsensus nasional yang dikobarkan lewat semangat Proklamasi 17 Agustus 1945?
Saya mendengar Panglima TNI menyatakan akan menumpas gerakan apapun yang menentang Pancasila dan NKRI.Â
Janganlah jadi perang slogan, karena penentangan mereka sudah bukan lagi semata slogan tapi sudah sering berwujud tindakan. Dan itu harus ditindak, kalau tak mau saya sebut ditumpas.
Mengganti Pancasila dan NKRI itu berarti mengganti dasar negara.Â
Rumah yang diganti fundamennya, sama saja merubuhkan rumah yang sudah ada lalu menggantikannya dengan rumah baru dengan fundamen berbeda.
Kenapa mereka yang ingin negara Islam tidak pindah saja ke Arab Saudi, misalnya. Ketimbang rakyat lain yang mayoritas dipaksa ikut serta dalam keinginannya. Toh mereka tidaklah banyak.Â
Sore ini saya menyeruput teh pahit ditemani kurma. Kurma tak pernah membuat saya jadi seorang arab. Sama seperti menjadi seorang muslim tidak serta merta membuat saya jadi harus butuh negara Islam.
Kurma, arab dan Islam tidaklah harus selalu diposisikan satu. Dari tempatnya berada, nenek moyang saya yang tidak diragukan ke-islamannya tersenyum. Karena setidaknya saya dipandang mampu memahami makna agama yang mereka warisan dan ajarkan pada anak keturunannya.
Saya memang bukan Islam kagetan.