Menurut hemat saya, Idris Apandi tidak bisa disejajarkan dengan pejuang literasi yang menjajakan dagangan sambil membawa buku keliling kampung ataupun disetarakan dengan sopir angkot yang menyediakan buku-buku di dalam mobilnya. Idris Apandi telah berjuang membumikan literasi dengan bekal keilmuan yang mumpuni sehingga ia menggelorakan semangat berliterasi dari “akar” pendidikan itu sendiri yaitu guru. Hal ini bisa dipahami sebab pendidikan memegang peranan penting mengubah sebuah bangsa menjadi bangsa literat, dan di tangan gurulah sejarah pendidikan akan berganti arah ataupun stagnan.
Semoga apa yang dilakukan Idris Apandi menginspirasi kita semua untuk melakukan berbagai ikhtiar sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Semoga pula sebutan bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar selalu tertanam di hati kita dengan manifestasi sikap mulia berupa penghargaan terhadap sekecil apapun karya dan manfaat yang telah diberikan oleh orang lain.
Idris Apandi teruslah berjuang untuk literasi di Bumi Pertiwi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H