Mohon tunggu...
SITI RODIAH
SITI RODIAH Mohon Tunggu... Guru - Founder Taman Baca Rubadubi - Owner Dubi Chips

Aktivis Pendidikan di daerah 3T, Praktisi Dakwah, kegiatan Sosial, dan Literasi. Pegiat Studi Islam, Tafsir, Feminisme, dan Enterpreneurship. Hobby Traveling dan nulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kreatif! Warlok inisiasi UMKM Keripik Tornado Pertama di Indonesia

27 Februari 2024   23:14 Diperbarui: 27 Februari 2024   23:31 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.instagram.com/dubichips

Situasi covid-19 yang sempat melanda Indonesia 3 tahun silam menyisakkan kenangan buruk dan duka mendalam bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hal ini karena musibah tersebut menyebabkan banyaknya korban jiwa, terpisah dari keluarga, akses kegiatan yang dibatasi, sampai pada PHK besar-besaran untuk mengatasi kerugian perusahaan. Namun rupanya dibalik musibah selalu ada hikmah, demikian yang ditunjukkan oleh Teh Dedeh, seorang mahasiswi Magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta justru mengambil banyak hikmah dari peristiwa covid-19. 

Sumber: www.instagram.com/dubichips
Sumber: www.instagram.com/dubichips

Suasana Lockdown memaksa teh dedeh meninggalkan asrama kampus untuk kembali pulang ke kampung halaman yang berada di kecamatan tenjo, bogor barat. Setelah 2 minggu berada di kampung halaman, Dedeh merasa prihatin dengan kondisi masayarakat di lingkungannya, yang tak bisa beraktifitas normal kendati hanya untuk berdagang menghidupi keluarganya. Alih-alih putus asa, ia justru mulai mencari ide untuk memberikan solusi dan jalan keluar bagi masyarakat dalam menghadapi kondisi covid-19 kala itu. Hampir setiap hari, ia melakukan riset kecil-kecilan untuk melihat potensi yang ada di kampung halamannya, produk yang belum ada di pasaran, mempelajari langkah-langkah memulai bisnis, hingga belajar membuat design kemasan secara otodidak. 

setelah hampir 1 tahun melewati covid-19 dengan mempelajari bisnis, dedeh menemukan keripik yang kerapkali dibuat oleh warga saat menyelenggarakan perayaan hari besar Islam. warga menyebutnya dengan "keripik lidah kucing", bentuknya unik, rasanya otentik, renyah, dan selalu bikin ketagihan. Sayangnya, bagi dedeh,  nama yang disandingkan pada keripik tersebut tidaklah tepat, karena pada umumnya orang mengenal "lidah kucing" sebagai kue tipis dari adonan putih telur. 

Sumber: www.instagram.com/yoyoubakery
Sumber: www.instagram.com/yoyoubakery

Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Dedeh kemudian menyematkan nama "keripik tornado" karena bentuknya yang melingkar-lingkar seperti angin tornado. selain itu, nama tornado dipilih karena mendekati akhiran kata "tenjo" yang merupakan nama kecamatan tempat ia tinggal. sehingga misinya bukan saja mengenalkan keripik melainkan juga identitas kampung halamannya kepada masyarakat luas. Ditambah lagi, hasil risetnya menunjukkan bahwa belum ada satupun produk cemilan di Indonesia yang menggunakan nama "keripik tornado", istilah yang baru ada hanyalah "kerupuk tornado".

Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh

setelah berhasil menemukan nama paten produk yaitu "keripik tornado asli tenjo" dan melibatkan 6 ibu rumah tangga (IRT) dalam tim produksi, dedeh akhirnya melaunching produk ini pada tanggal 21 Oktober 2021 silam, dengan pilihan rasa pedas dan original. Adapun nama brandnya sendiri adalah "Dubi Chips", Dubi merupakan singkatang dari "Dungus Biuk" yaitu nama kampung yang menjadi tempat diproduksinya keripik tornado tersebut. Harapannya brand dubi chips di masa depan juga dapat memproduksi jenis keripik atau camilan yang lebih beragam.

screenshot-2024-02-27-223830-65de022ec57afb74657d2fe2.png
screenshot-2024-02-27-223830-65de022ec57afb74657d2fe2.png
                                                                                             Sumber: www.instagram.com/dubichips

Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh

Mengembangkan bisnis bukanlah hal yang mudah, terlebih daerah tenjo sejak dulu dikenal sebagai tempat produksi dodol terbaik di kabupaten bogor. sehingga setiap kali mengikuti pelatihan UMKM di kabupaten bogor, banyak yang terheran-heran karena dedeh membawa produk yang tidak familiar dari tempatnya berasal. bahkan salah satu pemangku kepentingan mengatakan bahwa "sebetulnya tenjo akan difokuskan sebagai kecamatan penghasil dodol, karena dodol tenjo sudah menjadi identitas oleh-oleh kabupaten bogor". Dedeh hanya menjawab dalam hati bahwa "gagasan tersebut seharusnya tidak menutup pintu bagi pelaku umkm lain untuk berinovasi", terlebih tujuannya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi warga lokal. 

Tentu tidak mudah menjual produk yang masih asing di telinga konsumen. Karena itu, dedeh gencar memberikan tester gratis kepada teman-temannya, sekaligus meminta feedback sebagai bahan evaluasi produksi. Selain itu, sebagai pebisnis awal, ia juga kerap kali mendapat masukan, mulai dari ukuran keripik yang tidak konsisten (ada yang besar & kecil), "kurang pedas", "terlalu pedas", "keasinan", "kurang asin", dan lain-lain. Pada awalnya, dedeh dan tim produksi berusaha mengikuti semua saran dan masukan yang ia terima, namun setiap dijual pada konsumen yang berbeda selalu mendapat respon yang berbeda pula. 

Dedeh akhirnya menyadari bahwa feedback memang penting sebagai bahan pertimbangan, namun bukan rujukan untuk menjadi landasan perubahan. karena itu, agar rasa konsisten dan sesuai dengan lidah konsumen, penting bagi pelaku umkm untuk membuat standar rasa yang paling banyak disukai oleh konsumen. Dari latar belakang inilah kemudian lahir varian rasa baru dan peningkatan kualitas varian sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar. 

keripik tornado akhirnya memiliki 5 varian rasa meliputi original, ekstra pedas, keju, rumput laut, dan varian coklat yang terbuat dari tepung talas bogor. inovasi ini ditujukan untuk mengangkat identitas bogor sebagai salah satu daerah penghasil talas terbesar di Indonesia. pada dasarnya, tepung talas memang sudah memiliki kandungan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan sebagai bahan baku utama pada keripik tornado varian coklat. Sedangkan untuk 4 varian lainnya menggunakan bahan baku tepung terigu dan tapioka. Keripik tornado varian original, ekstra pedas, keju, dan rumput laut memiliki slogan "Renyah, gurih, Bikin Nagih" yang ditulis di bagian depan kemasannya. sedangkan slogan untuk varian coklat taro adalah "Lezatnya paling jago". slogan tersebut dipilih sesuai dengan karakteristik masing-masing keripik, sehingga bisa menggambarkan cita rasa yang dimilikinya. 

Jenis umkm ini dipilih karena proses produksinya dikuasai oleh masyarakat sehingga menjadi lapangan pekerjaan yang efektif bagi mereka. selain itu, pemilihan bahan baku utama yang melimpah dapat mengurangi potensi "berhenti produksi" karena kehabisan bahan baku. Sekarang, setelah 2 tahun produksi, produk keripik tornado sudah tersedia di marketplace dan toko oleh-oleh bogor.

Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh

Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh
Sumber: Dokumentasi Teh Dedeh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun