Mohon tunggu...
Gina Hendro
Gina Hendro Mohon Tunggu... -

ceria, religius, sok serius tapi setia kawan dan sayang keluarga tentunya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesal di Penghujung Ramadhan

24 Juli 2014   15:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:22 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ramadhan, bulan penuh pengampunan, keberkahan dan rahmat bagi umatNya yang beriman. Sebab, Allah hanya memanggil hambaNya yang beriman, untuk meraih limpahan pahala di bulan yang hanya setahun sekali datangnya itu. Begitu banyak orang beriman yang menantikannya, namun tidak semua kan mendapatkan syafaat ramadhan. Banyak yang melaksanakan shaum ramadhan hanya memperoleh lapar dan dahaga semata, betapa meruginya mereka. Audzubillah min dzalik.

Di dalam ramadhan, terdapat sebuah malam yang dikenal sebagai malam seribu bulan, letaknya sepuluh hari akhir ramadhan. Allah meminta hambaNya untuk bermunajat dengan bersungguh-sungguh di penghujung ramadhan, sebab Allah telah menempa mereka dua puluh hari lamanya dan sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat kritis. Saat penentuan, apakah pahala shaum seorang  hambaNya diterima atau tidak. Sebab Allah sendiri telah mengingatkan dari awal, bahwa “Ibadah Shaummu itu untuk-Ku” . Kelak jika lulus, kita berhak mendapatkan syafaat dari ibadah shaum di yaumul kiyamah, hari di mana hanya amal kita yang mampu meringankan  beratnya perjalanan di hari penentuan.

---------

Lailatul Qodr, malam seribu bulan, yang setara dengan 83 tahun. Betapa di malam itu Allah menurunkan ribuan malaikatnya ke atas bumi untuk mengatur semua urusan, termasuk menentukan takdir hambaNya sehari, sepekan, sebulan, setahun, sewindu ke depan, bahkan taqdir akhir hayat yang kelak kan didapatkan.

Taqdir atau ketentuan Allah memang ada yang dapat dirubah (qodha) dan yang tidak dapat dirubah (qodr). Lailatul qodr, merupakan salah satu sarana yang Allah berikan bagi manusia untuk merubah taqdirnya tersebut. Maka, perbanyaklah berdoa, membaca qur’an dan berbagai ibadah sunnah lainnya, terutama di sepuluh akhir penghabisan ramadhan. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah swt. Man Jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan  berhasil dan Allah hanya perlu berfirman “Qun fayaqun”, jadilah maka terjadilah....

---------

Kembali ke cerita Ismail. Sebagai seorang da’i, Abah memang selalu menekankan betapa pentingnya bulan ramadhan bagi kehidupan seseorang. Sedari anak-anak kecil, Abah bercerita, bagaimana Allah mengabulkan semua do’a hambaNya yang beriman, dengan cara yang kadang tak terduga. Abah memberikan contoh dari kejadian-kejadian yang beliau alami sendiri, dan memang benar, ketika anak-anaknya mempraktekkan saran Abah, ternyata banyak permintaan mereka yang dikabulkan Allah.

Dari sekedar permintaan sederhana, seperti ingin memiliki baju dan sepatu yang bagus, hingga ingin sekolah di sebuah pesantren terkenal di Jawa Timur. Sebagai seorang da’i, penghasilan Abah memang tidak pernah pasti setiap bulannya. Namun kehidupan yang bersahaja, dengan sembilan anak, tidak pernah merisaukan mereka. Sebab keluarga bahagia ini, yakin Allah yang Maha Kaya, yang akan mencukupi mereka. Hidup berlebihan, bukanlah keinginan yang harus diperjuangkan. Namum, hidup di bawah ridho Ilahi, itulah yang terpenting.

Enam dari sembilan putra-putrinya, berhasil masuk ke pondok pesantren yang terkenal, tanpa test dan semua mendapatkan beasiswa penuh. Kemudahan itu, diperoleh sebab mereka selalu berdo’a dengan penuh harap di sepuluh hari terakhir ramadhan. I’tikaf di sebuah mesjid di kawasan puncak, sudah menjadi tradisi di keluarga ini, sejak belasan tahun yang lalu dan bahkan menjadi candu. Sehingga ketika ramadhan tiba, adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Bukan karena di akhir ramadhan mereka akan mendapatkan angpau dari sanak keluarga dan tetangga, mendapatkan baju dan sepatu baru dan menyantap hidangan lezat sepuasnya. Bukan! Mereka lebih berharap hadiah yang lebih besar dari Allah yang maha Pengabul Segala Do’a dan mereka sudah sering membuktikannya.

---------

Bagaimana dengan kita? Apakah di akhir penantian ini masih diisi dengan berbagai keinginan duniawi yang tak akan ada habisnya. Masihkah di penghujung ramadhan kali ini, sibuk dengan berbagai persiapan lebaran? Thawaf di mal dan pasar yang tak berkesudahan? Menghadiribuka bersama di resto terkenal,  yang terkadang magribpun terlewatkan? Bahkan, sibuk berdesak-desakan dan bermacet-macetan demi berkumpul dengan orang-orang terkasih, di moment lebaran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun