Mohon tunggu...
Gina Hendro
Gina Hendro Mohon Tunggu... -

ceria, religius, sok serius tapi setia kawan dan sayang keluarga tentunya...

Selanjutnya

Tutup

Money

Produk Lokal Mengglobal, Siapa Takut?

25 Juni 2014   08:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:08 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mendengar sebuah produk dengan brand “Spicy Granny”? Belum pernah? Bagaimana jika disebutkan nama “Maicih”? Tentu langsung terbayang sebungkus keripik dengan level kepedasan hingga angka 20, bukan?

Per September 2013 lalu, Spicy Granny sudah resmi berekspansi di pasar pertamanya yaitu negara tetangga, Singapura. Target berikutnya Australia, Malaysia, Thailand, Uni Eropa, Cina, Amerika, Jepang dan Korea Selatan.

Untuk menyukseskan  brand Spicy Granny di kancah internasional, Founder sekaligus Presiden Maicih, Reza Nurhilman (26) yang akrab dipanggil AXL , menggandeng Wardour and Oxford sebagai global business development agency.

“Kami tentunya bangga dapat bekerjasama dengan AXL yang memiliki pandangan bisnis yang visioner. Ia juga punya keinginan yang kuat dan berkomitmen sehingga dapat memperlancar semua kerjasama yang ada. Impian AXL membawa Spicy Granny ke dunia internasional yang lebih luas lagi sudah di depan mata dan kami yakin dapat mewujudkannya,” tutur Wempy sang founder Wardour and Oxford saat mengkomentari produk Maicih yang mulai mendunia.

Sekarang, bagaimana dengan Sour Sally, frozen yogurt brand yang merupakan produk lokal dan sukses membudaya di kalangan anak muda? Di Indonesia nama Sour Sally tidak asing. Produk yang sering diidentikkan franschise dari luar negeri ini, ternyata merupakan produk yang benar-benar milik Indonesia.

Siapa pemiliknya? Dialah Donny Pramono. Seorang anak muda yang memulai bisnisnya dari ide sang bunda, saat melihat gerai penjualan produk yogurt beku di luar negeri. Selain itu, Donny sendiri juga seorang penyuka yogurt.

Melalui inovasi, Sour Sally hingga kini terus berkembang pesat. Target market anak muda disasar melalui promosi di sosial media, seperti lewat facebook dan fanspagenya. Dalam hal produk, Sour Sally senantiasa memunculkan rasa baru setiap 6 bulan sekali, atau memberi kejutan pada konsumen dengan memunculkan rasa lama yang mereka favoritkan.

Langkah Sour Sally melakukan ekspansi ke luar negeri menurut Donny sudah sangat tepat, apalagi dengan menggandeng Wardour and Oxford sebagai rekan kerja. Donny Pramono semakin serius untuk mengembangkan sayap bisnisnya yang tidak kalah bersaing dengan produk lain di dunia.

“Dalam sebuah bisnis, membutuhkan komitmen untuk terus mengembangkannya. Dan mengembangkan bisnis tidak bisa sendirian, untuk memasuki pasar internasional saya mencari patner yang bisa membantu saya. Memilih partner Wardour And Oxford bukan tanpa pertimbangan, tapi karena Wempy sebagai Global CEO Wardour and Oxford sudah membuktikan kepiawaiannya membawa merek Indonesia ke luar negeri. Karena itu menurut saya, di Indonesia tidak ada expert untuk membuka pasar internasional selain Wempy,” ujar Donny.

Sementara Wempy Dyocta Koto menyatakan produk Sour Sally yang berkualitas ini menjadi daya jual untuk menjadikannya bisnis masa depan. “Saya melihat Sour Sally, bukan hanya sebagai penjual yogurt, tapi Donny orang yang visionary, ambisius, dan sangat dinamis. Dia juga memiliki keinginan yang kuat bagaimana pembeli yogurtnya bisa merasa puas dan loyal akan produk yang dia beli. Komitmen ini yang mahal dalam bisnis saat ini.”

Wempy sangat optimis Sour Sally bisa menjadi perusahaan global yang tangguh dan menjadi inspirasi bagi pengusaha muda lainnya. “Jadi, yang segera mencoba kelezatan Sour Sally bukan saja masyarakat Indonesia, dalam waktu singkat seluruh dunia segera bisa menikmati rahasia lezatnya,” ucap Wempy.

Ada sebuah nama lain, Double Dipps. Merk usaha yang bergerak di sektor food & beverage ini telah memiliki lebih dari 125 outlet di 21 kota besar di seluruh Indonesia dan bersiap merambah ke manca negara. Berdiri sejak 2008, Double Dipps, awalnya merupakan jaringan waralaba yang menyajikan Donut dan Coffe.

Dalam perkembangannya, Subagio sebagai founder Double Dibbs berambisi untuk menembus pasar internasional. Maka, digandenglah Wardour Oxford, sebagai konsultan pengembangan bisnisnya.

“...Kami yakin, produk kami layak dan memiliki daya jual di pasar internasional. Saya juga mengajak para pelaku usaha untuk melakukan ekspansi ke luar negeri, guna memperlihatkan kehebatan bangsa ini.”, tutur Subagio optimis.

“Untuk cafe-style, saya rasa negara Filipina, Thailand, Singapura bahkan Eropa, masih menjadi idola. Untuk itu, konsep dan strategi Double Dips telah kami persiapkan, antara lain melalui diraihnya ISO 9001:2008, tentang standarisasi internasional untuk manajemen sistem, sertifikasi hahal MUI dan sejenisnya. Tak lupa SOP yang mudah diaplikasikan serta SDM yang terlatih..

Nama lain, semisal Kebab Turki Baba Rafi, Ayam Bakar Mas Mono, Piramizza serta Bebek garang, juga siap go internasional menembus batas negara dan kepuasan lidah penduduknya.

Pertanyaannya kini adalah, siapakah sebenarnya sosok dibalik suksesnya semua perusahaan itu? Dia adalah Wempy Dyocta Koto. Seorang konsultan manajemen yang berpengalaman global dan telah memimpin beberapa tim meluncurkan produk dan layanan global untuk American Express, Sony, Nokia, Citigroup, Samsung, SAP, LG Electronics, Palm, Lenovo, BP, Nokia dan Microsoft.

Wardour and Oxford yang dipimpinnya,  adalah sebuah konsultan pengembangan bisnis yang membantu para pengusaha dan perusahaan-perusahaan Fortune 1000 di Amerika dalam meluncurkan bisnis, merek dan produk mereka secara internasional. “Wardour And Oxford aktif terlibat dalam pengembangan momentum usaha harian. Termasuk didalamnya, generasi memimpin global, penjualan, pemasaran, komunikasi digital dan offline, hubungan masyarakat, peristiwa, pengaturan perjanjian tingkat tinggi  dan menghubungkan klien dengan bisnis, politik, kreatif, hiburan dan koneksi kerajaan di Benua Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, Eropa dan Afrika,” ujar Sarjana Komunikasi dari University of Technology, Sydney (1998 ) dan M. International Studies, University of Sydney (1999).

Wempy dilahirkan di Indonesia, kemudian dibesarkan di Australia dan pernah tinggal dan bekerja di Singapura, Hong Kong, London, San Fransisco dan New York. Wempy saat ini tinggal di Jakarta, mengabdikan karirnya untuk meluncurkan serta mengembangkan merek-merek Indonesia ke dunia internasional.

Radal (25'06'14) 13.40

[caption id="attachment_344651" align="alignleft" width="252" caption="illustrasi: investor.co.id"][/caption]

[caption id="attachment_344652" align="alignleft" width="194" caption="illustrasi: swa.co.id"]

14036360441843062912
14036360441843062912
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun