Mohon tunggu...
Tegumi Hiroshi
Tegumi Hiroshi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Game, read some stuff

Selanjutnya

Tutup

Book

Pengembalian Kemurnian Pendidikan

21 Juli 2022   10:32 Diperbarui: 21 Juli 2022   11:09 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Identitas Buku

Judul : Matinya Pendidikan : Redefinisi Nilai-Nilai Sekolah

Pengarang : Neil Postman

Penerbit : Immortal Publishing dan Octopus

Tahun terbit : 2019

ISBN : 978-602-5868-26-9

B. Hasil Book Report

Permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan dan sistemnya seakan selalu menjadi perbincangan yang tiada habisnya untuk dibahas oleh berbagai pihak. Pendidikan merupakan bagian yang sangat krusial dalam tatanan masyarakat untuk membentuk generasi mendatang yang akan meneruskan estafet perkembangan peradaban manusia yang ada. Maka dari itu pendidikan terus menerus dikaji dari waktu ke waktu untuk semakin memperjelas tujuannya bagi tatanan masyarakat yaitu belajar tanpa pernah henti dan terus mencari kebenaran. Namun, semakin berkembangnya zaman semuanya semakin bertambah kompleks. Banyak ideologi-ideologi mulai masuk ke dalam sistem pendidikan. Hal ini pun membuat tujuan dari pendidikan semakin tak jelas arahnya dan cenderung banyak mengarah ke arah yang menyimpang.

Dalam buku ini Neil Postman mengkaji bahwa ada banyak "tuhan-tuhan" baru yang muncul merasuk ke dalam sistem persekolahan. Semuanya memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Bisa saja tuhan-tuhan itu membawa kepada suatu perkembangan yang baik bisa juga menjadi sesuatu yang mendekonstruksi tatanan yang ada menjadi lebih buruk. Neil Postman mengkaji adanya tuhan ekonomi yang mengatur pendidikan sekarang ini. Sekolah yang merupakan salah satu sarana untuk memperoleh pendidikan sekarang sudah banyak mengalami ketidakmurnian. Sekilah dan universitas sering malah menjadi permainan mahal untuk merauo keuntungan sebanyak mungkin bukannya mencetak para pelajar yang terbaik. Harga sekolah ditingkatkan, nilai-nilai yang diperoleh diberikan inflasi, tetapi kualitas yang teraplikasi pada realita adalah sebuah nol besar. Malahan sekarang ini sekolah menjadi ajang untuk memperoleh profesi besar bukannya untuk membangun semangat belajar yang merupakan sikap sangat krusial dibandingkan hanya dengan pengarahan profesi. Sekolah maupun universitas mulai melakukan pelajaran menuju hal- hal yang berupa penjurusan untuk memperoleh profesi yang diinginkan. Pengetahuan umum yang dianggap tidak berkaitan akan ditinggalkan. Padahal semua hal di dalam tujuan utama pendidikan untuk mencari kebenaran adalah menyerap segala kemungkinan untuk menemukan kebenaran di atas kebenaran bukannya meninggalkan apa yang diangggap tidak sesuai dengan keinginan kita. Di sini akhirnya terbentuk pribadi-pribadi yang tidak kritis dan hanya mau menerima apa yang menurutnya benar sedangkan yang ia anggap salah berdasarkan pikirannya sendiri dibuang begitu saja tanpa pernah melihat lebih dalam pada kebenaran sesungguhnya yang tersimpan di dalamnya.

Selain itu terdapat juga tuhan teknologi yang di era modern ini tidak dapat tidak ditolak oleh sekolah maupun universitas. Teknologi seakan sudah menjadi suatu kultus dan bagi siapa saja yang menolak teknologi akan terkena kutukan dan kecaman dari masyarakat. Ada seorang peneliti dari Amerika bernama Dr. Diane Ravitch yang menyatakan bahwa sekarang ini belajar bisa dilakukan dimana saja dengan menggunakan sebuah pemaparan tentang gadis bernama Eva yang tidak bisa tidur dan berpikir untum belajar aljabar di tengah malam melalui akses komputernya. Di sini bagi Neil Postman terdapat keanehan yang sangat jelas yaitu Ravitch bukan hanya menyatakan bahwa belajar bisa diakses dimana saja sehingga sekolah seakan hanya me nambah-nambah tumpukan informasi tapi juga menciptakan suatu spesies aneh yang baru yaitu ketertarikan untuk belajar sesuatu tanpa ada yang memancing keingintahuan suatu pribadi terhadap subjek pembelajaran yang disebutkan di atas. Di sinilah terlihat jelas bahwa sekolah juga sangatlah diperlukan. Peranan sekolah adalah untuk membimbing setiap pelajar dan memancing rasa ingin tahunya pada suatu subjek pembelajaran. Selain itu semuanya yang ada di dalam realita masyarakat tidak selalu berhubungan dengan kemampuan intelektual saja melainkan sosial. Sekolah menjadi penunjang untuk kehidupan bersosialisasi bagi anak-anak sehingga mereka belajar untuk bertumbuh dalam kelompok dan mengalahkan ego mereka. Jika belajar hanya dilakukan melalui komputer saja itu yhanya akan menimbulkan suatu sikap individualistik dan menganggap bahwa dirinya bisa melakukan segala sesuatu hanya dengan satu klik saja. Maka dari itu untuk membangun tatanan masyarakat yang berimbang sekolah diperlukan untuk menyampaikan tujuan pendidikan secara murni.

C. Simpulan

Pendidikan adalah senjata untuk kita bertarung di tengah kegelapan untuk membawa kebenaran kepada dunia. Dengan rasa ingin tahu yang besar banyak orang hebat yang terus belajar mampu membuka tabir opus besar alam dan menunjukkan kebenaran apa saja yang tersimpan di dalamnya. Maka dari itu belajar merupakan cara kita menjelajah dunia ini. Pendidikan bagai kapal yang membawa kita mengarungi lautan aegir dari kehidupan. Ad astra per aspera ad infinitum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun