Waktu merambat pelan meninggalkan aku di ujung malam. Ketika ku buka lembaran kisah usang yang sudah mulai kusut dimakan waktu.
Pikiranku terlalu telanjang untuk menyusuri rangkaian makna yang terlalu sulit untuk di cerna.Â
Seperti untaian mimpi yang terlepas dari angan-angan. Mungkin aku butuh beberapa waktu untuk merabanya. Sampai merasa jenuh datang menghampiri.
Tersandar aku di dinding malam. Tanpa seutas cahaya menyinari. Kusandarkan semua harapanku pada titik sadarku. Walaupun sekarang tak kunjung datang.
Setidaknya aku masih mempunyai harapan untuk merengkuh mimpi.
Detik demi detik memaksaku untuk memahami. Walaupun sedikit sulit untuk menerka.Â
Lewat dinginnya malam ini luhantarkan sebuah resah. Dari jiwa yang selalu berputar. Seperti jarum jam yang mengitari waktu. Walaupun waktu itu tak terbatas.Â
Di ujung malam ini aku menyentuhmu. Halus rasamu mulai meresap ke dalam hati. Begitu lembut tak pernah bisa aku bayangkan sebelumnya.Â
Di ujung malam ini aku bersimpuh mendekatimu. Untuk sejenak tertunduk. Aku hanya sebuah debu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H