Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Tesmak Bathok" Nasihat Leluhur untuk Menumbuhkan Rasa Malu

19 April 2020   19:54 Diperbarui: 19 April 2020   19:54 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh rasa malu adalah refleksi dari kejujuran hati seseorang. Rasa malu juga menggambarkan bahwa seseorang itu memiliki akhlak yang sangat bagus. Rasa malu akan menahan seseorang dari berbuat yang tidak pantas. 

Rasa malu juga menggambarkan sebuah penyesalan seseorang dari sebuah kesalahan yang diperbuatnya. Ini sangat penting sekali sehingga seseorang akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya. Bayangkan apabila tidak memiliki rasa malu, maka apapun kesalahannya tidak akan pernah menyesalinya, bahkan kemungkinan akan mengulangi kesalahannya lagi, begitu seterusnya. itulah kenapa dalam Islam selalu menekankan pentingnya rasa malu.

Makna peribahasa tesmak bathok

Tesmak dalam bahasa Jawa berarti kacamata, alat untuk membantu penglihatan agar jelas. Sedangkan bathok artinya tempurung kelapa. Arti secara umum adalah orang yang mengaku pandangannya luas, berpengalaman, serta sudah menjelajah kemana saja namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Pengalamannya justru seperti katak dalam tempurung. Dia tidak punya pengalaman sama sekali.

Sebenarnya ini bermula dari tidak adanya rasa malu dalam dirinya sehingga dia berani sesumbar bahwa pengalamannya sudah luas, padahal hanya omong kosong belaka. Biasanya orang seperti ini menutupi kelemahannya dengan penampilan. Padahal penampilan adalah bukan segalanya. Penampilannya bagus namun isinya kosong.

Dalam bahasa Indonesia pepatah ini mirip dengan tong kosong berbunyi nyaring. Suara yang nyaring menandakan isinya yang kosong.

Jujurlah 

Apapun yang terjadi lebih enak rasanya jika kita berkata jujur. Jujur membawa hati kita tenang, dan tidak beresiko. Bayangkan apabila anda berbohong maka anda akan menutupi kwbohongan itu dengan kebohongan yang lain. Kebohongan akan semakin banyak dan menumpuk. Kebohongan menggambarkan watak dasar yang sangat buruk. Apapun kebohongan itu tidak akan membuat orang dipercaya. Sekali saja berbohong maka tercorenglah kepercayaan anda. Begitulah adanya semoga kita selalu menanamkan kejujuran dalam hati kita, dalam diri kita.

Penulis : Teguh Wiyono

KBC-50

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun