Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembatasan Sosial dan Terbatasnya Kebutuhan Pokok

17 April 2020   13:40 Diperbarui: 17 April 2020   13:48 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk menunjang hidupnya manusia memiliki beberapa kebutuhan, dari mulai kebutuhan pokok sampai kebutuhan untuk bermewah-mewah. Kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. 

Kebutuhan primer adalah kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar manusia bisa bertahan hidup, contohnya makanan, baju, dsb. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer seperti sepeda, kursi, meja, dll. Sedangkan kebutuhan tersier adalah kebutuhan akan barang mewah, seperti mobil, emas, permata, dan lain sebagainya. Itu semua adalah kebutuhan manusia akan barang fisik yang berwujud. 

Tersebut di atas adalah kebutuhan yang sidasarkan pada jasmaniah atau fisik. Di sisi lain manusia juga memiliki kebutuhan akan rohaniah atau batiniah, kebutuhan yang tidak nampak akan tetapi ada. Contohnya adalah kebutuhan akan kasih sayang, kepuasan batin. 

Manusia juga butuh siraman rohani untuk menyegarkan jiwanya. Mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai ketenangan batin. Ketenangan yang paling hakiki adalah didapat hanya ketika manusia mendekatkan diri kepada Illahi, kepada sang Pencipta. 

Tidak hanya itu saja manusia juga butuh sekolah agar dia menjadi cerdas, menimba ilmu sebagai tuntutan perkembangan zaman yang semakin canggih. Apalagi sekarang ini adalah era digital, era teknologi yang mengatakan bahwa dunia ada dalam genggaman. Semua kejadian di dunia bisa kita lihat lewat genggaman, dan kita pula bisa bekerja dan jual beli tanpa kita beringsut dari tempat duduk kita.

Perlunya kebutuhan pokok selama karantina lokal

Saat Lockdown seperti sekarang ini (ini lockdown apa bukan ya?) kita dituntut untuk tetap tinggal di rumah untuk membatasi ruang gerak kita guna menangkal penyebaran covid-19. Namun selama kita membatasi dengan lingkungan tentunya kita harus mempersiapkan segala kebutuhan tersebut untuk terpenuhi. Terlebih kebutuhan pokok yaitu makan dan minum. 

Sejauh ini pemerintah kita tidak menerapkan lockdown, bahkan melarangnya. Seandainya lockdown diterapkan maka masyarakat sama sekali tidak boleh keluar rumah. Praktis kebutuhan pokoknya ya harus dipenuhi selama lockdown diterapkan. Mungkin yang jadi pertimbangan adalah jumlah warga kita yang banyak.

Pembatasan sosial dan keterbatasan kebutuhan pokok

Memang selama pembatasan sosial ini pergerakan ekonomi berjalan lambat. Masyarakat tetap keluar rumah, diperbolehkan untuk keluar rumah namun dalam skala terbatas. Warga boleh berjualan namun tidak boleh dimakan di tempat, jadi makanan harus dibungkus dibawa pulang. Yang jelas tidak boleh berkerumun. 

Pemerintah hanya membolehkan pembatasan sosial berskala besar. Jadi pada prinsipnya tidaklah menutup semua akses seperti lockdown tapi hanya membatasi saja. Warga boleh untuk bekerja memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan primer maupun sekunder. Contohnya adalah kebutuhan akan kesehatan, setiap manusia butuh sehat. 

Untuk menumbuhkan imunitas dalam tubuhnya maka perlu keluar rumah sambil berjemur atau berolahraga. Dalam kondisi seperti ini boleh akan tetapi harus dilakukan sesuai standar dari pemerintah yaitu menggunakan perlindungan diri seperti memakai masker dan selalu jaga jarak yang aman.

Dalam keadaan seperti ini kita sebenarnya dilatih untuk berpuasa, mengurangi segala kebutuhan kita. Seperti dalam puasa romadhon, kita perlu untuk makan namun kita juga perlu mempertebal iman dengan cara mengurangi makan dan minum. 

Mengurangi makan dan minum adalah salah satu cara mengekang hawa nafsu duniawi. Kita ambil saja dari sisi positifnya, jangan lantas kita bermurung durja memikirkan semua dari sisi negatif nanti justru akan membuat terpuruk, maka imunitas tubuh menjadi tidak kuat. Mendingan kita berfikir positif untuk menciptakan rasa nyaman agar imunitas dalam tubuh kita bertambah kuat. 

Penulis: KBC-50

dok. Kombes
dok. Kombes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun