Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paribasan "Abot Anak Tinimbang Telak", Wujud Kasih Sayang Orangtua yang Tanpa Batas

14 April 2020   20:31 Diperbarui: 14 April 2020   20:26 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasih sayang adalah karunia yang tak terhingga yang Allah sematkan dalam hati manusia. Kasih sayang adalah fitrah yang menjadi dasar keberlangsungan hidup manusia. 

Secara naluri semua makhluk hidup memiliki kasih sayang yang dapat di ekspresikan dengan caranya masing-masing. Bukan hanya manusia namun hewan pun memiliki naluri untuk meluapkan kasih sayangnya. 

Sebuas apapun makhluk hidup itu pasti memiliki kasih sayang. Singa yang sangat lapar tidak akan pernah tega memakan anaknya sendiri. Tentunya itu menjadi gambaran bahwa makhluk yang tidak dikaruniai akal pun sanggup memiliki kasih sayang begitu rupa, apalagi manusia yang dikaruniai kelebihan lain yaitu akal. 

Kasih sayang yang paling tulus sepanjang hidup hanyalah kasih sayang seorang ibu. Dari mulai mengandung sampai dengan membesarkan anak selalu diliputi rasa cinta.

Abot anak tinimbang telak

Paribasan Jawa ini memiliki arti orang tua yang selalu mementingkan keperluan anaknya sehingga kebutuhannya sendiri pun tidak dipikirkannya. Dari kecil sampai sekarang penulis selalu menangis jika ingat pengorbanan orang tua yang tiada tara. Sementara penulis belum sempat membahagiakan mereka.

Semua orang tua di dunia ini pasti lebih mengutamakan anaknya. Apapun yang dilakukan dengan bekerja hanya untuk memberi sesuap nasi bagi anaknya. Bahkan ketika tidak memiliki uang sekalipun tetap berusaha agar anaknya tetap bisa makan, sementara orang tua rela tidak makan sama sekali. 

Ketika penulis masih kecil ibu selalu menyuapi dengan makanan yang enak, namun pernah beberapa kali kali memergoki ibu makan hanya dengan garam. Betapa perih hati ini bila teringat semua. Rasa itu berlangsung sampai dewasa, bahkan sampai penulis menikah.

Ketika lebaran tiba, orang tua selalu membelikan baju yang bagus agar anaknya bisa berbahagia dengan teman-temannya. Sementara orang tua hanya menggunakan baju lama yang masih terlihat bagus. 

Orang tua kita rela menahan keinginannya untuk membeli semua kebutuhan pribadinya demi anak. Bahkan ketika anak sudah masuk masa sekolah, orang tua rela melalukan apapun agar anaknya sekolah dengan layak.

Pengorbanan itulah yang terkadang luput dari pandangan kita. Kita sama sekali tidak menghargainya. Bahkan kita tidak menghormati pengorbanan mereka. Padahal ada surga yang menanti bila kita memuliakan orang tua kita. 

Abot anak tinimbang telak, begitulah adanya. Orang tua lebih berat mementingkan keperluan anaknya daripada kerongkongannya sendiri. Orang tua tidak peduli kerongkongannya sendiri kehausan dan menahan sakitnya perih. 

Cinta kasih sayang yang suci menghantarkan sampai anaknya sukses bahkan sampai saatnya meninggal. Kasih sayang itu akan tetap terpatri dengan kuat. Marilah kita muliakan mereka.

Penulis : Teguh Wiyono

KBC-50

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun