Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepenggal Kisah Penjual Pecel yang Menghidupi Dua Anaknya

7 April 2020   18:33 Diperbarui: 7 April 2020   18:38 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi masih gelap gulita di luar, adzan subuh baru saja terdengar merdu ketika Tumini bangun tidur. Dibukanya tirai kelambu kamarnya yang sudah usang itu. Alunan puji-pujian terdengar dari surau terdekat. Hingga jika dirasakan dengan hati maka subuh ini terasa khidmat.

 "Ah sudah subuh to ini", gumamnya.

Dilihatnya ranjang anaknya yang paling kecil, masih tertidur pulas. Sebentar dia tersenyum "Ah si ganteng masih pulas", kembali dia bergumam.

Sejurus kemudian dia menatap ke luar jendela, lampu jalanan yang masih menyala terang di tengah gelapnya pagi. Mentari masih tertidur pulas di peraduannya. 

Sebentar kemudian dia menghela nafas, ah andai saja suaminya masih ada di sisihnya mungkin dia tidak merasakan sesusah ini. Kini dia harus berjuang sendiri menafkahi kedua anaknya yang masih kecil.

Si kecil masih terlalu kecil untuk mengerti. Apa yang terjadi pada orang tuanya. Di kecil masih terlalu kecil untuk bisa membantu orang tuanya mencari nafkah. Ya, dia berjuang seorang diri di tengah ganasnya dunia. 

Dunia kini yang sudah banyak berubah, dunia kini yang sangat kejam. Disingsingkannya lengan baju, lemah tangannya menyibak hari-hari. Menapaki waktu yang semakin tua.  Semua yang sudah lewat tidak akan pernah bisa kembali. Aku harus kuat

"Mak, apakah ini sudah pagi?", tanya Anton anaknya yang paling kecil.

"Wah, Anton sudah bangun ya? Sini dekat sama Emak. Ini sudah pagi sayang", Tumini bangkit sambil mendekati anaknya. 

"Mak, sudah sholat subuh?", Anton bertanya

"Belum sayang, yuk kita Sholat dulu". Emaknya menyahut sambil menggandeng tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun