Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepenggal Kisah Penjual Pecel yang Menghidupi Dua Anaknya

7 April 2020   18:33 Diperbarui: 7 April 2020   18:38 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya Mak", jawab Anton.

"Tuh, kakakmu masih tidur, yuk kita bangunin", Tumini mendekati Amir.

"Amir, Amir, bangun dong, yuk kita sholat subuh", Emaknya membelai lengan Amir

"Oahhhm.... Waduh udah pagi ya mak", matanya nanar mencoba melihat keluar jendela menembus kegelapan pagi.

Amir pun beranjak diikuti Emak dan adiknya, mereka pergi ke jedhing tempat air wudhu yang tak jauh dari dapur.

Begitulah gambaran kejadian di pagi buta ini, sesuatu yang sungguh biasa dalam rumah tangga Tumini. Baginya, anaknya adalah pusaka yang sangat berharga. Yang selalu membuatnya tegar, yang selalu membuatnya hidup dengan cahaya yang indah berkilauan.

Hari pun beringsut pagi tatkala sang surya tersenyum menyapa, dan burung pun bersenandung di atas pohon mangga di depan rumahnya. Saat itu begitu cerah saat Tumini mengemasi dagangannya. 

Dia hanya seorang penjual pecel yang menghidupi dua anaknya. Di benaknya tak ada yang bisa membuatnya bahagia selain bisa memberi makan anak-anaknya. 

Jaman ini adalah jaman yang serba susah, harga-harga semakin melambung tinggi. Untuk membeli beras saja harus beras yang paling murah dan banyak kutunya. Tak apalah, yang penting anak-anakku bisa makan. Ada juga tetangganya yang menggoda, namanya Warti.

"Hei Tumini, kamu kan masih muda, apa enggak kepikiran untuk mencari suami lagi....", tanya Waginem tetangganya yang gemuk itu.

"Wah, enggak kepikiran yu, saya masih ingin merawat anak saya dulu", Tumini menyahut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun