Hari mulai beranjak siang ketika aku buka media sosial. Terpampang tampangmu menghiasi halaman medsos. Masih seperti hari-hari yang lalu. Congkakmu berbalut teori-teori yang entah diambil dari mana.
Apa yang kau rasakan? Mungkin dunia ini terlalu sempit bagimu. Hingga tidak ada yang lebih besar selain pemikiranmu yang sempit itu.Â
Entahlah, untuk yang kesekian kalinya aku mendengar suaramu. Lantang seperti akan memecahkan dunia. Hingga gemuruhnya mampu menyibak keyakinan kawan-kawanmu.Â
Aku hanya bosan dengan kecongkakanmu, egomu yang tinggi setinggi langit biru. Namun hampa tanpa apa-apa. Kosong seperti isi kepalamu. Tanpa makna.
Adakah kesadaranmu untuk tenang sejenak. Membangun lagi jati diri yang baru. Yang selaras antara kenyataan dan egomu. Belajar dari nasihat cerdik pandai.
Aku tahu engkau terlalu bangga dengan ego dan pikiranmu, yang menurutmu pintar. Lantas kemudian sikapmu menjadi semena-mena. Oh bukan begitu kawan.Â
Pintar dan cerdas itu tatkala tindakanmu bisa memberi manfaat bagi orang lain. Cerdas itu bukanlah dilihat dari sederet gelar yang kau miliki. Tapi seberkas cahaya yang bisa menyinari orang lain ketika dalam kegelapan.
Wahai sahabatku, ini hanyalah sebuah nasihat dari seorang kawan yang risi dengan perilakumu. Semoga kamu bisa cepat berubah. Bisa menggapai bintang di langit dengan sayapmu. Hingga cahayamu mampu menyinari hati semua temanmu, semua orang disekitarmu. Â Lihatlah dunia pun akhirnya tersenyum.
Penulis : Teguh Wiyono
KBC-50 Kombes Jateng