Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Mbuwang Rase Nemu Kuwuk", Nasihat untuk Perilaku Sehari-hari

26 Maret 2020   16:39 Diperbarui: 26 Maret 2020   16:59 2679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Budaya jawa sungguh adiluhung. Banyak pitutur atau nasihat dari orang tua kita terdahulu untuk mengingatkan tentang sebuah perilaku yang baik. Perilaku baik yang sesuai dengan budi pekerti dan etika pergaulan masyarakat Jawa. 

Mbuwang rase nemu kuwuk

Mbuwang atau ngguang itu artinya membuang. Rase berarti hewan buas seperti musang. Hewan ini liar dan biasanya suka memangsa unggas atau hewan apa saja yang bisa dimangsa. Kuwuk itu sebangsa kucing jantan tua yang liar dan suka mencuri. Kucing ini hidup liar berkeliaran dan merupakan kucing jagoan yang juga suka memangsa apa saja. 

Orang sunda menyebutnya kucing garong atau kucing mandung. Makna lengkapnya adalah Membuang atau menyingkirkan sesuatu yang buruk tapi malah mendapatkan yang lebih buruk lagi. Ini menggambarkan perilaku orang yang tidak berfikir lebih dahulu. terhadap apapun yang diperbuatnya. Sembrono, sehingga apapun yang diperbuatnya malah merugikannya. 

Contoh dalam sebuah cerita

Diceritakan tersebutlah seorang wanita muda dan kaya. Namanya Suripah. Dia memiliki usaha yang cukup besar dan sukses. Usaha itu dulunya milik orang tuanya yang diwariskan untuknya. Saat ini Suripah belum menikah alias masih sendiri. Suatu ketika dia bertemu dengan seorang pria yang ganteng seperti artis Korea. Kontan ini menjadikan teman-temannya kagum sekaligus bangga bisa punya calon suami yang begitu kekinian. Akhirnya beberapa saat kemudian menikahlah dengan pria itu.

Awal mulanya pernikahannya berjalan lancar tidak ada masalah apapun. Suatu ketika mulailah muncul masalah. Suripah sering menerima aduan perihal kelakuan buruk suaminya. Bahkan dia pernah dilabrak seseorang karena suaminya merebut pacar seseorang. Namun Suripah tidak percaya dan lebih percaya omongan suaminya dari pada omongan orang. 

Suatu ketika semua keburukan suaminya terbongkar. Suaminya tertangkap polisi ketika sedang mesum di hotel bersama wanita lain. Eh tidak hanya itu, ternyata suaminya itu lelaki thukmis (bathuk klimis). Suka berganti-ganti wanita dan pacarnya banyak. Bahkan sampai ada wanita yang hamil karena perbuatannya. Semakin hari thukmisnya semakin menjadi-jadi dan bertambah parah. Akhirnya Suripah memutuskan untuk bercerai dengannya.

Beberapa waktu kemudian Suripah memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang pria yang lebih santun dari pada bekas suaminya yang dulu. Suripah tidak ingin kejadian buruknya terulang lagi. Kali ini dia lebih selektif lagi. Saya tidak ingin cari yang ganteng tapi cari yang santun, begitu katanya dihadapan teman-temannya. 

Ya kali ini dia menikah lagi dengan seorang pria yang tidak brgitu ganteng jika dibanding suami terdahulunya. Dia lebih santun dan sopan. Namun setelah beberapa tahun menikah ternyata suaminya yang baru punya tabiat yang lebih buruk lagi.  Dia ditangkap oleh polisi karena melakukan penggelapan dan penipuan. 

Banyak aduan sari masyarakat yang akhirnya suaminya dipenjara. Tidak hanya itu, ternyata suaminya juga pemakai narkoba. Kesopanan suaminya hanya sebuah kedok belaka untuk menutupi keburukannya. Akhirnya Suripah memutuskan bercerai dengan suaminya.  Teman-temannya tak henti hentinya menasihatinya 

"Sabar jeng, jadikan itu hikmah, kamu kan masih muda masih bisa cari cowok lagi yang lebih baik tapi hati-hati ya jeng," kata temannya. 

"Iya jeng, kejadian yang saya alami ini seperti pepatah jawa ngguwang rase nemu kuwuk" jawab Suripah.

Begitulah para sahabat arti paribasan jawa yang adiluhung ini. Semoga bisa dipahami nasihat yang tertuang didalamnya. 

Penulis: Teguh Wiyono

KBC-50 Brebes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun