Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hanya BPKB yang Masih "Sekolah" di Saat yang Lain Libur

21 Maret 2020   08:54 Diperbarui: 21 Maret 2020   08:59 3738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak kebutuhan yang mesti dipenuhi oleh manusia untuk memenuhi kehidupannya. Dari mulai kebutuhan yang sangat vital seperti sandang, pangan, dan papan sampai kebutuhan akan kepuasan atau kemewahan seperti mobil, TV, sepeda motor, dan lain-lain. 

Manusia tak lepas dari hasratnya untuk mewujudkan eksistensinya. Disini dibutuhkan kedewasaan diri untuk memilah-milah dan menentukan mana kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Kebutuhan mana yang lebih penting dan kebutuhan mana yang hanya sebagai kepuasan belaka. 

Ini perlu digarisbawahi karena pemenuhan kebutuhan tersebut harus disesuaikan dengan pendapatan kita. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Kita harus memenuhi kebutuhan yang akan datang dengan menabung, untuk biaya sekolah anak, dan masa depan. Kebijakan menjadi hal yang sangat penting.

Dikepung oleh iklan

Ketika kita melihat acara di TV banyak sekali tayangan iklan. Iklan adalah sponsor dari suatu acara. Semakin bagus acaranya maka semakin banyak iklannya. Tujuannya adalah untuk menawarkan produk dan mencari keuntungan. 

Dari mulai iklan bahan pokok seperti beras,makanan, sampai barang tersier atau kemewahan. Yang jelas iklan tersebut menggugah hasrat pemirsa untuk menjadi orang kekinian dengan membeli barang tersebut. 

Kalau tidak memiliki barang ini smartphone misalnya anda adalah orang jadul. Disini pertarungan dimulai, anda harus bijak membatasi iklan, menepis iklan, karena walau bagaimanapun iklan itu menggoda. 

Besar pasak daripada tiang

Kita harus punya tujuan hidup, itu sangat penting. Jangan sampai kita menjadi objek bujukan pihak lain. Dalam peribahasa ada yang berbunyi besar pasak daripada tiang. Mempunyai keinginan yang besar atau muluk-muluk sehingga pengeluarannya lebih besar dari pendapatannya. 

Akhirnya minus, keuangan kacau, segalanya akan menimbulkan masalah serius. Karena tidak terkendali akhirnya berhutang atau menjual apa saja yang dimiliki, menggadaikannya. Perilaku semacam ini memiliki ciri-ciri : 

- selalu kebingungan kemana uangnya habis

- banyak jalan-jalan

- tidak memiliki tabungan

- di rumahnya banyak barang-barang yang sebenarnya tidak penting

- hasrat selalu ingin shoping

- banyak jajan

- selalu kekurangan uang

Dan masih banyak lagi perilaku buruk yang mesti harus dibenahi dengan segera, sebab jika tidak maka akan merugi. 

Banyak finansial bermunculan

Dewasa ini banyak perusahaan bergerak dibidang pinjaman finansial. Dari yang umum disekitar kita sampai yang online. Kita disuguhkan banyak tawaran yang menarik. Mulai cara pencairan uang yang sangat mudah dan persyaratan yang mudah pula. Bahkan dijamin cepat cair secepat kilat. 

Anda cukup membawa benda yang bisa dijadikan jaminan. seperti sertfikat atau BPKB. Umumnya menurut pengamatan penulis banyak yang menggunakan BPKB sebagai jaminan karena mudah dan sebagian besar orang punya sepeda motor. 

Kalau istilah orang-orang menyebutnya disekolahkan. Sekolah di pegadaian. Sesuai slogan pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah. Walaupun hanya sebatas jargon tapi itu adalah bahasa iklan yang bisa mengajak anda untuk mengatasi masalah anda dengan menggadaikan BPKB anda. Memang gadai menggadai adalah hal yang lumrah. Tapi itu menjadi sebuah masalah jika anda tidak bisa menebusnya kembali. 

Tetap sekolah walaupun sekolah libur

Meluasnya wabah corona membuat masyarakat ekstra hati-hati dalam menjaga kesehatannya. Semua yang menyangkut kehidupannya serba dibatasi, bahkan tidak sama sekali. Dari mulai membeli kebutuhan di pasar, pergi ke mall, perkumpulan arisan, dan kerumunan lain pun kini sangat terbatas. 

Pemerintah mengeluarkan edaran untuk membatasi kerumunan, kalaupun bisa minimal tidak lebih dari 30 orang saja, social distance, dan meliburkan pelajar atau istilahnya belajar jarak jauh dari rumah. Itu sangat efisien untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Yang paling terasa adalah anak sekolah, disamping anak sekolah adalah generasi penerus bangsa yang mesti dilindungi juga anak-anak sangat rentan terkena virus. 

Tapi untuk urusan kebutuhan yang mendesak beda lagi ceritanya. BPKB tetap harus berangkat sekolah di pegadaian. Mengingat kebutuhan yang banyak dan aktifitas ekonomi yang semakin sulit maka jalan yang ditempuh adalah nalangi dengan menghadai. 

Nanti jika sudah punya uang lagi maka akan ditebus. Yoh hanya sementara saja. Akhirnya disaat sekolah libur,BPKB justru harus sekolah di pegadaian. Semoga jadi anak yang sukses dan cerdas.

Penulis : Teguh Wiyono

Kompasianer Brebes

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun