Anda mungkin pernah mendengar bahwa masyarakat jawa sangat percaya terhadap mitos yang menyebutkan bahwa perhitungan weton bisa mendatangkan kebaikan atau keberuntungan. Dengan dasar itulah setiap kali melakukan acara atau hajat tertentu pasti terlebih dahulu melakukan hitungan nggathukake weton atau neptu.
Acara pindah rumah, acara mantu, jodoh, dan acara apapun pasti melakukan perhitungan. Tujuannya tidak lain adalah mencari hari atau waktu yang tepat agar diberi keselamatan dan menghindari keburukan.Â
Menurut budaya Jawa tidak semua hari baik, ada hari yang buruk. Jika sebuah acara dilangsungkan pada hari yang baik maka akan mendapatkan kebaikan dan kelancaran rezeki, tapi jika dilangsungkan pada saat yang tidak tepat akan menuai celaka.Â
Weton dan neptu
Weton memiliki makna wetu atau keluar, dalam hal ini adalah kelahiran seseorang. Jadi kelahiran seseorang, saat dia keluar di dunia ini memiliki waktu atau hari. Hari disini adalah hari yang sama dengan nama hari nasional, seperti senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan ahad.
Begitu pula dengan pasaran. Pasaran ada lima yaitu : pon, kliwon, legi, paing, wage. Maka ketika seseorang lahir akan ditentu hari dan pasaran saat kelahiran itu, misalnya selasa kliwon, rabu pahing, jumat wage, dan sebagainya. Jadi weton adalah penggabungan nama hari dan nama pasaran.
Sedangkan neptu adalah perhitungan atau penjumlahan angka dari weton tersebut. Setiap satu nama hari memiliki jumlah nilai tertentu, begitu juga dengan pasaran. Kemudian nilai angka tersebut dijumlahkan sehingga didapatkan jumlah nilai. Istilah lainnya adalah sebuah besaran yang memiliki nilai.Â
Pasaran juga memiliki watak, yaitu :
Pon : Bijaksana dan penuh nasihat yang baik
Kliwon : Mandiri, kuat, teganan
Legi : manis, memiliki pesona dan kewibawaan seperti priyayi
Paing : Suka menggunting dalam lipatan, mudah berkhianat
Wage : sering berkata yang manis-manis, tapi jarang juga ditepati
Cara menghitung neptu
Neptu jawa memiliki nominal angka antara 7 sampai 18. 7 adalah angka yang paling kecil sedangkan 18 angka yang paling besar. Perhitungan itu didasarkan pada : senin 4, selasa 3, rabu 7, kamis 8, jumat 6, sabtu 9, ahad 5. sedangkan angka pasaran adalah : pon 7, wage 4, kliwon 8, legi 5, pahing 9. Jadi orang lahir pada hari selasa wage akan memiliki neptu 7 yaitu nilai yang paling rendah. Neptu yang paling tinggi ada pada sabtu pahing yaitu 18.Â
Weton seseorang memiliki karakter dan sifat tertentu. Dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah otak-atik gathuk, artinya mengutak-atik agar cocok. Neptu seseorang akan menghasilkan sifat yang oleh orang jaman dahulu telah dititeni selama ratusan tahun.Â
Neptu 7:Â
sifatnya suka berkelana, suka berpetualang, dan suka melakukan bepergian kemana yang ia suka.
Neptu 8 :Â
Api memiliki karakter yang panas membakar, keras, dan kadang memiliki amarah yang meledak sehingga orang memiliki karakter ini harus punya kendali yang kuat.
Neptu 9 :Â
Sifatnya lembut seperti semilir angin, namun mudah dipengaruhi orang lain, sehingga dia tidakmemiliki pegangan.
Neptu 10 :Â
Wataknya orang ini senang menasihati orang lain namun dia sendiri tidak pernah mau dinasihati, menang sendiri, merasa dirinya lebih tinggi.Â
Neptu 11 :Â
Orang ini tidak punya pendirian alias plin-plan sehingga tidak bisa diandalkan, tidak bisa memimpin.
Neptu 12 :Â
Menebar kebaikan, harum seperti bunga, bisa menyejukkan dan memberi rasa damai. dia suka mengalah.
Neptu 13 :Â
Bintang adalah memberi petunjuk arah, kharismanya tinggi namun tidak bisa memimpin.
Neptu 14 :Â
Menerangi dalam kegelapan, dia bisa memberi penerang, bisa membimbing, memecahkan segala masalah.
Neptu 15 :Â
panas seperti bara, memiliki emosi yang tinggi
Neptu 16 :
Sangat baik untuk jadi pemimpin, bisa mengayomi, bisa memberi contoh yang baik.Â
Neptu 17 :Â
Mudah diatur, kalau anda bisa meraih hatinya, namun harus berhati-hati biasanya suka modus.
Neptu 18 :Â
Neptu yang paling tinggi, dia mempunyai sifat otoriter dan menang sendiri, dia merasa paling bisa dan mendominasi dalam kekuasaannya dan keras.
Begitulah watak seseorang dari neptunya. ini hanya sekedar utak-atik dan terserah anda untuk meyakininya. Penulis hanya menulisnya dari segi budaya saja.Â