Dalam cerita wayang kita mengenal kisah Wahyu Makutharama, menceritakan Rama Wijaya yang memberikan nasihat kepada adiknya Bharata ketika ia hendak naik tahta di Ayodya. Cerita wayang Jawa sedikit berbeda dengan cerita aslinya dari India. Ada dua cerita induk pewayangan yaitu Mahabharata dan Ramayana.Â
Dua cerita ini sebenarnya berbeda dan tidak ada hubungannya sama sekali, karena didasarkan pada pengarang yang berbeda yaitu Walmiki dan Bhagawan Wyasa. Namun dalam cerita wayang Jawa, Mahabharata dan Ramayana bercampur. Kedua cerita tersebut bisa saling mengisi. Cerita Wahyu Makutharama kemudian dijadikan pedoman bagi orang-orang yang hendak menjabat sebagai pemimpin. Didalamnya banyak mengandung filosofi yang dalam.
Filosofi Hastabrata
Sebagai seorang pemimpin atau raja selayaknya dia bertindak sebagai dewa. Sabdanya didengar oleh bawahan atau rakyatnya, jika salah dalam berbicara maka akan memberi dampak bagi masyarakat luas. Dampak yang terjadi tidak biasa dianggap enteng. Atau kalau terlalu otoriter bisa-bisa mendapat perlawanan dari bawahannya. Disini diperlukan sifat dan perilaku yang baik layaknya pemimpin. Itu pula yang terjadi pada Bharata ketika naik Tahta, dia merasa sesungguhnya tidak layak menjadi raja sehingga memohon pada Rama untuk menjabat sebagai raja Ayodya.Â
Sang Rama tidak berkenan menjadi raja karena sudah berjanji untuk tidak menjadi raja hingga ia diberi nasihat kepada adiknya untuk tetap menjadi raja namun dia harus mempunyai sifat-sifat pemimpin yang baik hingga akhirnya Ramawihaya yang sekaligus titisan Dewa Wisnu memberi nasihat Hastabrata. Nasihat ini berupa lambang : matahari, bulan, bintang, angin, awan, api, samudera, dan bumi.
Matahari / Surya
Matahari selalu bersinar sepanjang hari, sebagai penguasa matahari adalah Dewa Surya. Maksudnya disini seorang pemimpin harus selalu memberi cahaya kehidupan untuk rakyatnya tanpa pandang bulu. Â Tanpa membedakan siapa dia dan darimana dia apakah orang miskin dan pejabat semua dipandang sama, semua diberi peluang yang sama untuk bisa hidup yaitu bekerja dan mendapat pekerjaan yang layak sehingga taraf hidup akan menjadi lebih baik berkecukupan sandang dan papan.
Bulan / Chandra
Bulan adalah benda langit yang bersinar ketika malam hari. Disini pemimpin mampu memberi cahaya pada rakyatnya ketika dalam kegelapan. Ketika bawahan sedang gelap atau sedang punya masalah maka pemimpin mampu memberi solusi atau penyelesaian yang baik. Rakyat akan merasa nyaman terlepas dari permasalahan itu. Pemimpin harus bisa berperan sebagai Dewa Chandra.
Bintang / Kartika
Bintang pada jaman dahulu digunakan sebagai penunjuk arah. Ingat nenek moyang kita adalah pelaut handal yang mengarungi samudera. Negara kita adalah negara kepulauan, sangat pantas apabila sebagian penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan. Tidak pernah terjadi seorang nelayan tidak bisa pulang karena tidak tahu arah. Mereka menggunakan bintang sebagai penunjuk arah. Begitu pun yang dimiliki seorang pemimpin, maka harus mempunyai sifat sebagai Kartika. Memberi arah atau petunjuk yang bijak bagi bawahannya. Harus bisa berwatak menjadi seperti Dewa Kartika.
Angin / bayu
Penguasa angin dalam pewayangan adalah Dewa Bayu. Pemimpin harus bisa menghidupi atau memberi hidup bagi bawahannya. Maksud disini adalah memberi peluang atau memberi jalan terhadap semua permasalahan yang dihadapi bawahannya. Mampu berwatak seperti angin, seperti yang diketahui bahwa angin adalah hal yang paling vital dalam kehidupan ini. Perannya tak bisa tergantikan.
Awan / himanda
Awan berada dalam tempat yang tinggi. Awan memberi keteduhan ketika bumi ini dalam keadaan panas yang terik. Awan adalah seperti payung yang mengayomi. Keberadaannya menjadi peneduh dan memberi kesejukan semua orang. Pada sisi lain menggambarkan pemimpin yang tinggi ilmunya dan mendedikasikannya untuk khalayak ramai. Menjadi tempat untuk berlindung dan tempat untuk bertanya.Â
Api / Brama
Api mempunyai sifat panas membakar, akan membakar apa saja disekelilingnya yang bisa terbakar. Disini pemimpin harus mempunyai ketegasan pada bawahannya. Mampu mengobarkan semangat disaat semangat bawahannya sedang rendah. Semangat juang yang tinggi tanpa mengenal lelah dan keteguhan hati.
Samudera / BarunaÂ
Hal yang kita dapat ketika mendengar kata samudera adalah limpahan air yang luas membentang. Keluasan hati dan kesabaran yang lapang. Apapun keadaan yang diperoleh harus dijalani dengan sabar dan lapang. Begitu juga dengan karakter air yang dingin dan sejuk. Segalanya mesti dilakukan dengan kepala dingin apapun permasalahannya, semarah apapun. Segala tuturnya bisa menenangkan bawahannya.
Bumi / PratalaÂ
Bumi adalah satu-satunya tempat untuk berpijak, tempat untuk hidup dan melakukan aktifitasnya. Pemimpin harus mempunyai watak bisa memberi tempat dan sarana rakyatnya untuk bertahan hidup. Memberi peluang untuk bekerja sesuai kebiasaannya. Pekerjaan adalah hal yang sangat vital dan mendasar, walaupun kenyataannya di setiap negara mesti ada pengangguran tetapi paling tidak memberikan solusi pekerjaan yang baik.Â
Begitulah filosofi kepemimpinan menurut cerita wayang Jawa. Pemimpin adalah pemimpin dari semua golongan sehingga dia bisa mengayomi memberi petunjuk semua bawahannya tanpa kecuali. Semoga ini bisa mencerahkan
Penulis KBC-50
Kompasianer Brebes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H