Mohon tunggu...
Teguh Wahyudi
Teguh Wahyudi Mohon Tunggu... Relawan - Guru Produktif SMK, (Pensiunan PNS) Relawan Sosial Kemanusiaan Palang Merah Indonesia

Pensiunan Guru Produktif SMK, Relawan Sosial Kemanusiaan Palang Merah Indonesia kabupaten Bekasi , berkerja dengan Prinip: PERIKEMANUSIAAN, KESAMAAN, KENETRALAN, KEMANDIRIAN, KESATUAN, KESUKARELAAN, dan KESEMESTAAN...Siamo Tutti Fratelli

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter dari Waktu ke Waktu

23 Februari 2024   06:55 Diperbarui: 23 Februari 2024   07:34 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran Pendidikan Karakter dari waktu ke waktu, Soekarno memiliki tesis bahwa kemerdekaan bangsa  Indonesia hanya dapat dicapai dengan cara revolusi, dan revolusi akan berhasil jika ditopang oleh nasionalisme. Soeharto mencanangkan pendidikan karakter dengan  Gerakan Disiplin Nasional; BJ. Habibie, pendidikan karakter  dengan menguatkan Iman dan Taqwa (Imtaq) serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek); Gus Dur memiliki konsep tentang pendidikan karakter dengan mengedepankan moralitas; Megawati Pembangunan Karakter harus berbasis Pancasila; Susilo Bambang Yudoyono, Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa; Joko Widodo Program pendidikan kaakter denga Revolusi mental.

 Dari waktu ke waktu  kepemimpinan nasional pendidikan karakter telah di canangkan dengan berbagai program Pemerintah antara lain: (1) Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar  melalui Inpres No. 1 tahun 1994; (2) Program Wajib Belajar 9 Tahun yang tercantum dalam peraturan pemerintah No. 47 tahun tahun 2008;  (3) Wajib Belajar 12 Tahun atau yang lebih dikenal dengan Pendidikan Menengah Universal (dianulir), (4) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Perpres nomor 87 tahun 2017. 

Secara formal pelaksanaan  program-program   tersebut dinyatakan berhasil, namun kenyataannya belum mampu menyentuh esensi pendidikan  bangsa Indonesia, persoalan disiplin masyarakat kita  dalam berbangsa dan bernegara masih jauh dari harapan, seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara bahwa kehidupan  masyarakat saat ini adalah buah pendidikan yang kita peroleh di masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun