Mohon tunggu...
Teguh Suandi
Teguh Suandi Mohon Tunggu... profesional -

Software Developer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri Poros Imajiner Yogyakarta

8 Juni 2013   20:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:20 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengawali start dari Jalan Parangtritis KM 3,5 Yogyakarta, pagi ini saya berencana untuk menyusuri poros imajiner Yogyakarta. Tempat tinggal saya tak jauh dari Panggung Krapyak, salah satu cagar budaya yang merupakan titik paling selatan dari wilayah kota tua Yogyakarta. Apabila berjalan kearah selatan akan tiba di Pantai Parangtritis yang terkenal dengan Legenda Nyi Roro Kidulnya.

Namun perjalanan kali ini saya fokuskan dari tempat tinggal dengan destinasi utama di wilayah Kaliurang, jalan masuk menuju Gunung Merapi. Pada kesempatan kali ini saya berjalan kaki, meskipun cuaca nampak sedikit kurang mendukung karena mendung sudah menggelayut dilangit Yogyakarta dan hujan sempat turun ketika adzan shubuh.

Berjalan kaki sudah menjadi rutinitas untuk saya pribadi, kebiasaan ini adalah warisan dari bapak yang memang waktu muda dulu beliau suka berjalan kaki. Fakta ini saya ketahui justru ketika saya sudah beranjak 23 tahun.

Jalan Parangtritis nampak sepi pagi ini, meskipun sesekali tetap ada bus-bus pariwisata yang berlalu lalang. Pasar Prawirotaman sudah nampak sepi, mungkin karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 ketika saya sampai disana, beruntung warung soto daging yang jadi langganan saya masih buka dan masih belum habis. Seporsi soto daging + nasi seharga Rp. 6.000,- saya pesan untuk sarapan pagi ini. Beberapa turis sesekali nampak di sekitar kawasan ini yang memang dikenal dengan sebutan Kampung Turis.

Selesai sarapan saya kembali beranjak menyusuri Jalan Parangtritis dan kemudian melewati Jalan Brigjen Katamso. Jogjatronik nampak masih sepi, dan sepertinya belum buka. Tak jauh dari Jogjatronik ada satu destinasi yang cukup menarik, sebuah bangunan yang sering disebut sebagai Gereja Gothic Sayidan. Bangunan ini akan terlihat sesaat setelah melewati Jogjatronik di sebelah kanan dari arah selatan. Saya hanya sempat melihat dari kejauhan bangunan tersebut karena memang itu bukan destinasi utama saya kali ini. Lagipula, sebagai seorang muslim saya akan lebih tertarik untuk mengunjungi Masjid dibandingkan dengan Gereja, meskipun menurut beberapa blog yang pernah memuat tulisan tentang Gereja Gothic Sayidan, bahwa bangunan itu sebetulnya bukan bangunan Gereja, hanya kebetulan saja arsitekturnya mirip, bangunan ini dulunya dipakai sebagai pabrik batik dan sekaligus museum batik.

Melewati perempatan yang mengarah ke Taman Pintar dan Jalan Malioboro, saya tetap lurus melewati jalan Mayor Suryotomo. Kali ini saya menggunakan bantuan GPS untuk mencari rute yang tercepat ke arah Kaliurang. Ketika melewati Jalan Mataram saya belok kanan ke arah Jalan Mas Suharto dan kemudian Jalan Tukangan. Menurut saya pribadi Yogyakarta masih sangat nyaman untuk para pejalan kaki, beberapa trotoar nampak diperbarui dan tidak ditempati oleh pedagang-pedagang.

Stasiun Lempuyangan nampak sepi, tak seramai Stasiun Tugu seperti ketika saya pertama tiba di kota ini dulu. Beberapa kereta barang nampak terparkir dan sesekali petugas stasiun mengumumkan lewat pengeras suara tentang kedatangan kereta api. Tidak ada suasana Stasiun yang ramai seperti yang dapat saya temukan di beberapa stasiun di Jakarta, atau mungkin saya yang berada di sisi yang tidak tepat?

Perjalanan berlanjut menyusuri Jalan Suroto sampai ke perempatan Jalan Jendral Sudirman, sesekali saya cek posisi menggunakan GPS agar tidak salah ambil jalan. Tepat di halaman depan Gedung Gramedia di Jalan Jendral Sudirman sedang diadakan bazar buku, tapi fokus saya tetap untuk ke Kaliurang terlebih dahulu dan rencana akan mampir ke Gramedia nanti setelah pulang.

Saya sengaja tidak mengambil Jalan A.M Sangaji tapi jalan lurus terus menuju kampus Universitas Gadjah Mada untuk menghemat waktu berhubung saya start sudah terlalu siang. Rintik hujan sempat turun ketika memasuki kawasan UGM, beberapa tukang becak sempat menawarkan jasanya namun saya tolak. Ada sms masuk dari atasan yang menanyakan salah satu software yang beberapa waktu lalu sempat saya buat, "Did you upload the code for the Dashboard somewhere? Just need a url and login so I can show it to my partners". Entah kenapa meskipun hari libur masih saja ditanya tentang kerjaan. Saya hanya jawab kalau tidak bawa laptop dan "I'm going to Kaliurang, the area is like Lembang in Bandung" dan pastinya saya bilang kalau saya berjalan kaki. Sesaat kemudian dia membalas lagi "Ngga buru2, take ur time.. its your weekend.. u r 'the wandering hacker' today :D".

Jalan C. Simanjuntak nampak sepi, entah karena hari libur atau memang biasanya seperti ini, atau mungkin karena saya terbiasa melihat kemacetan sewaktu masih tinggal di Bandung dulu. Beberapa lapak yang menawarkan jasa stel velg motor berjejer di samping jalan tepat disebrangnya yang dibatasi dengan pagar adalah komplek UGM.

Langkah kaki saya melewati Jalan Ring Road Utara, kali ini jalanan nampak ramai dan didominasi dengan sepeda motor, seorang ibu-ibu nampak berdiri ditengah jalan ketika lampu merah dan menunjukkan keahliannya dalam menari. Panas terik kini menjadi kawan saya mengawali perjalanan berikutnya, sesekali saya ambil tissue dari tas ransel untuk mengelap keringat dan membersihkan kacamata. Langkah kaki saya ternyata sudah menapaki jalan Kaliurang.

Beberapa rombongan konvoi sempat membuat gaduh jalan Kaliurang yang relatif ramai, konvoi mobil-mobil toyota itu sepertinya punya destinasi yang sama dengan saya. Menjelang dzuhur selama berjalan kaki di jalan Kaliurang saya mencari-cari bangunan masjid namun entah kenapa tak satupun yang saya dapatkan, agak heran karena yang saya tahu masjid di daerah saya saja ada sekitar 5 yang jaraknya cukup berdekatan.

Waktu menunjukkan pukul 11.40 WIB, saya numpang beristirahat sejenak sambil menunaikan sholat dzuhur di mushola milik SPBU di Jalan Kaliurang. Ada seorang pemuda ketika saya hendak masuk ke mushola, saya perhatikan dia nampak sibuk dengan gadgetnya. Setelah terdengar suara adzan yang entah dari arah mana, saya wudhu dan menunggu pemuda tadi agar bisa sholat berjamaah, namun ternyata dia langsung sholat sendiri tanpa mengajak berjamaah terlebih dahulu.

Beberapa gerbang perumahan yang nampak mewah menjadi pemandangan ketika menyusuri Jalan Kaliurang, daerah ini memang memiliki udara yang cukup dingin jika dibandingkan dengan pusat kota apalagi daerah selatan yang berdekatan dengan laut. Sebagian kawasan Kaliurang sepertinya sudah diguyur hujan, nampak beberapa pengendara sepeda motor yang menggunakan jas hujan.

Rasa pegal nampaknya sudah cukup menjalar terlebih dibagian telapak kaki ketika saya mencapai KM 10, sejenak beristirahat untuk makan siang dengan semangkuk bakso bakwan seharga Rp.5.000,- saya berusaha untuk meregangkan otot-otot kaki yang sudah kaku. Sepertinya tuhan memang belum mengizinkan saya untuk berjalan lebih jauh lagi ke sampai ke ujung kawasan Kaliurang, hujan deras mengguyur sesaat setelah saya menghabiskan satu porsi bakso bakwan. Waktu sudah menunjukkan pukul 1.00, satu sms masuk yang ternyata dari atasan dikantor lagi, "Now thunder and rain here, I hope u don't get big rain while ur walking there!" katanya. Sepertinya Bandung dan Yogyakarta diguyur hujan pada saat yang bersamaan.

Setelah memperhitungkan waktu dan kondisi, akhirnya saya memutuskan untuk kembali turun dan pulang. Kali ini saya terpaksa naik mobil sejenis elf karena tidak mungkin untuk menerobos guyuran hujan. Menunggu hujan reda? Ah entah kapan.

Mobil berjalan pelan ditengah derasnya hujan, ada beberapa anak sekolah, dua orang ibu-ibu dan dua orang mbak-mbak yang naik ketika itu, saya sempat bertanya kepada salah satu mbak-mbak yang kebetulan duduk berdekatan, menanyakan arah sambil menunjukkan GPS. Mbak-mbaknya bilang 'Ini lewat UGM kok, mas, tapi nanti mobilnya belok kiri.'.

Kawasan UGM masih basah ketika saya sampai disana, kali ini perjalanan saya lanjutkan kembali dengan berjalan kaki. Entah kenapa kalau sampai ada orang-orang yang tidak suka terlebih membenci berjalan kaki, salah satu hikmah ketika saya berjalan kaki adalah saya tidak berhenti berpikir, selalu saja ada hal yang dipikirkan ketika berjalan kaki, entah itu masalah-masalah pekerjaan sampai ide-ide yang kadang terlintas ketika berjalan kaki. Ketika melewati kawasan padat dan cenderung kumuh, saya dapat bersyukur dengan kondisi saya sekarang yang lebih baik. Saat berjalan kaki, saya bersyukur karena  masih diberikan nikmat mensyukuri kaki yang masih bisa saya pergunakan dengan kondisi normal. Entah ada berapa hikmah yang terjadi ketika seseorang berjalan kaki. Dan, saya pikir jika budaya jalan kaki ini diterapkan oleh sebagian besar individu di kota-kota besar dampaknya bisa jadi mengurangi kemacetan.

Tak banyak dokumentasi yang bisa saya dapatkan kali ini, namun jika berkenan mungkin bisa dilihat beberapa foto berikut:

[caption id="attachment_266332" align="aligncenter" width="599" caption="Jarak menurut GoogleMaps ketika perjalanan dari Jl parangtritis sampai KM 10 jalan Kaliurang sekitar 13 KM."][/caption]

[caption id="attachment_266334" align="aligncenter" width="591" caption="Jarak menurut GoogleMaps ketika perjalanan pulang dari UGM sampai ke Jalan Parangtritis sekitar 6 KM"]

13706958192099963003
13706958192099963003
[/caption]

[caption id="attachment_266335" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan Parangtritis"]

13706960131083087868
13706960131083087868
[/caption] [caption id="attachment_266336" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan Mas Suharto"]
1370696086739560932
1370696086739560932
[/caption] [caption id="attachment_266337" align="aligncenter" width="614" caption="Tak jauh setelah melewati Stasiun Lempuyangan"]
1370696231850468266
1370696231850468266
[/caption] [caption id="attachment_266338" align="aligncenter" width="614" caption="Jalanan yang mengarah ke UGM"]
13706963161638567765
13706963161638567765
[/caption]

[caption id="attachment_266340" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan C Simanjuntak, tepat berada di tengah-tengah komplek UGM"]

1370696422563468374
1370696422563468374
[/caption]

[caption id="attachment_266342" align="aligncenter" width="614" caption="KM 10 Jalan Kaliurang, hujan deras memaksa saya untuk turun dan pulang"]

1370696515215824096
1370696515215824096
[/caption]

[caption id="attachment_266343" align="aligncenter" width="614" caption="Oleh-oleh ketika mampir ke Gramedia, buku ketiga dari Trilogi Negeri 5 Menara karya mas Ahmad Fuadi"]

1370696577437132907
1370696577437132907
[/caption] Yogyakarta, 08 Juni 2013. M Teguh A Suandi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun