Mohon tunggu...
Teguh setiawan
Teguh setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Email: teguhpangerankegelapan@gmail.com

Seluruh tulisan ini saya persembahkan untuk anak saya yaitu Fathan pratama setiawan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vihara Avalokitesvara, Vihara Tertua di Banten Lama yang Didirikan oleh Sunan Gunung Jati

20 Februari 2022   14:46 Diperbarui: 20 Februari 2022   14:55 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berkunjung ke vihara Avalokitesvara setahun yang lalu. Saat itu saya sedang tugas belajar mengikuti pelatihan pariwisata yang diselenggarakan oleh Dinas pariwisata kabupaten Lebak, Banten.

Bangunan Vihara Avalokitesvara ini merupakan bangunan bersejarah karena merupakan vihara tertua dibanten didirikan sejak abad ke 16. Vihara ini berlokasi dikawasan banten lama tepatnya di jalan tubagus raya banten,Kampung pamarican,desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota serang, Banten.

Vihara ini menjadi simbol warisan masa lalu bagaimana toleransi kerukunan antar umat beragama berjalan harmonis karena Vihara ini didirikan oleh Sunan gunung jati. Lalu bagaimanakah awal mulanya sunan gunung jati yang merupakan tokoh islam bisa mendirikan vihara ini, kenapa bisa terjadi? Awal mulanya banten merupakan pelabuhan dagang yang sangat terkenal pada masanya, ketika itu banyak para pedagang asing singgah ke banten untuk melakukan perdagangan atau transit menuju pelabuhan lainnya di wilayah nusantara. 

Salah satu yang datang ialah para pedagang cina, Rombongan pedagang cina dipimpin oleh putri Ong tien yang merupakan keturunanan kaisar tiongkok, awalnya ia hendak melakukan perjalanan dagang ke surabaya namun ditengah perjalanan ia singgah di Banten. Melihat Banten sangat ramai aktivitas perdagangannya ia memutuskan untuk tinggal lebih lebih lama seraya melakukan perdagangan karena Banten juga merupakan daerah yang kaya akan lada dan merica sebagai salah satu komoditas rempah-rempah yang saat itu dicari banyak orang. 

Lama tinggal di banten akhirnya Putri Ong tien berkenalan dengan Syarief Hidayatullah (sunan gunung jati), lambat laun perkenalan mereka semakin dekat sehingga Sunan gunung jati menikahi Putri Ong tien yang saat itu sudah memeluk agama islam. Pengikut putri Ong tien yang berjumlah ribuan orang itu terbagi dalam dua kelompok, kelompok pertama beragama islam mengikuti putri Ong tien dan kelompok kedua masih memegang kepercayaan lamanya yaitu agama budha.

Melihat adanya kelompok kedua ini, akhirnya sunan gunung jati berinisiatif mendirikan vihara untuk para pengikut putri ong tien yang masih memeluk kepercayaan lamanya. Vihara ini didirikan dekat masjid agung tepatnya di desa dermayon kemudian pada tahun 1774 vihara ini dipindahkan ke kawasan pamarican dan hingga kini masih berdiri kokoh.

Keberadaan Vihara ini merupakan buktinya nyata bahwa nuansa toleransi umat beragama berjalan harmonis di banten, dimana antar para pemeluk agama berbeda bisa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kerukunan umat antar agama benar-benar terjadi saat itu. Tak hanya itu keberadaan Vihara ini juga sangat dihormati oleh masyarakat Banten karena menurut catatan sejarah Vihara ini banyak memberikan kontribusi positif bagi masyarakat banten saat itu. 

Sebut saja ketika banten mengalami pandemi wabah penyakit perut vihara ini memainkan perananya yang apik dalam menanggulangi wabah yang terjadi, Vihara melakukan ritual mengarak patung dewi kwan im guna melakukan prosesi tolak bala, selain itu para tabib pun senantiasa berusaha mengobati masyarakat yang sakit sehingga upaya ini mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat, konon disebut penanganan wabah saat itu yang dilakukan oleh fihak vihara mengalahkan upaya penanganan wabah yang dilakukan oleh pemerintah hindia belanda.

Selain itu pada tahun 1883 saat gunung kratau meletus, Vihara avalokitesvara ini menjadi tempat pengungsian yang aman bagi warga yang terkena dampak meletusnya gunung krakatau. Bangunan yang megah,kokoh dan luas dari vihara ini melindungi warga yang mengungsi dari deburan awan panas pasca gunung krakatau meletus.

Sampai saat ini bangunan vihara masih berdiri kokoh dan keaslianya masih terjaga. Vihara ini ditetapkan sebagai Bangunan cagar budaya dan juga tempat destinasi wisata religi dan budaya. Jika kita berkunjung ke Vihara ini kontan kita sedang terbawa menuju suasana negeri cina dimana semua pola arsitekturnya mirip negeri tirai bambu.

Vihara ini berdiri diatas lahan seluas 10 Hektare, ketika kita masuk ke vihara ini kita akan disambut oleh gerbang dengan atap berhiaskan dua naga yang sedang memperebutkan mustika sang penerang (matahari), masuk lebih ke dalam vihara ini memiliki nama lain juga yaitu klenteng Tridarma, kenapa disebut tridarma karena Vihara ini melayani tiga agama sekaligus untuk beribadah yaitu penganut agama Budha, kong hu cu, dan taoisme. Arsitektur lainnya yang tersaji di vihara ini ialah kita bisa melihat kolam-kolam yang indah yang didalam kolam itu terdapat kura-kura yang sedang berenang. Sementara di aula utama ada altar utama dewi kwan im dan sisi kanan dan kiri ada berjejer patung dewa berjumlah 16 buah.

Bangunan vihara ini sangat indah dan sampai sekarang selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik dalam dan luar negeri. [TS]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun