Mohon tunggu...
Putu Teguh Satria Adi
Putu Teguh Satria Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Part time traveller and writer // Full time Mechanical Engineering Student // mail: putuh_teguh@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lambaian Duka

17 Maret 2015   18:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:31 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu begitu lekat Tanpa genggaman erat, tiada yang mampu menghempas Hariku indah abaikan hinanya realita Terombang-ambing hasratku, terbalut emosi jiwa Hingga acuhku melanda Dirinya mulai tersayat Detik demi detik Hadir merah ronta penanda luka Dan kala itu datang Air semakin keruh, surya pun mendekap Kering mata seketika basah Penyesalan tak terelakan Dirinya sirna lambang kelalaian Aachen, 17 Maret 2015 Putu Teguh Satria Adi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun