Indonesia kaya akan khasanah budaya, salah satunya yaitu bahasa yang setiap hari kita gunakan untuk berkomunikasi. Kini di Indonesia bahasa lebih kurang ada 546 bahasa yang tentunya beragam dan unik.Â
Dengan bahasa itu sudah menjadikan semboyan Bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Terkadang sesama Bahasa Jawa saja dapat terbagi lagi, yaitu Bahasa Jawa halus dan juga Bahasa Jawa kasar, alangkah kayanya Bahasa Indonesia ini.
Berbicara Bahasa Jawa, tentu semua orang jawa sudah tidak asing lagi dengan kata 'jancuk'.Â
Menurut Kamus Daring Universitas Gadjah Mada, istilah "jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok" memiliki makna "sialan, brengsek yaitu ungkapan berupa perkataan umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa".
Tetapi menurut sebagian orang arti kata 'jancuk' juga bisa membuat persaudaraan semakin erat dan lebih akrab, tergantung pada seseorang itu mengucapkannya.Â
"Jancuk merupakan simbol keakraban, simbol kehangatan, dan simbol kesantaian. Lebih-lebih di tengah khalayak ramai yang kian munafik, keakraban dan kehangatan serta santainya "jancuk" kian diperlukan untuk menggeledah sekaligus membongkar kemunafikan itu. (Sujiwo Tejo, 2012 : 397)".
"Jancuk" itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau sangat tergantung dari penggunanya dan suasana psikologis si pengguna. Kalau digunakan oleh penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau digunakan oleh seorang istri yang berbakti pada keluarganya, bisa jadi alat memasak.Â
Begitupun "jancuk", bila diucapkan dengan niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh dendam maka akan dapat menyakiti.
Tetapi bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan.
"Jancuk" laksana pisau bagi orang yang sedang memasak. "Jancuk" dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi di meja makan(Sujiwo Tedjo, 2012, halaman x).