Mohon tunggu...
Teguh Teguh
Teguh Teguh Mohon Tunggu... wiraswasta -

Freelancer menulis dan memotret agar dapur tetap ngebul

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Masa Depan Kurir Oranye Belum Pupus

20 November 2009   18:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_27773" align="alignleft" width="150" caption="Halaman Hasil Pelacakan Kiriman"][/caption] Anda pasti tak merasa asing dengan kantor jasa pengiriman barang ini. Berlogo burung merpati dengan latar belakang warna orange menyala yang khas. PT. Pos Indonesia, yang selama puluhan tahun melayani masyarakat dan sempat terpuruk dalam layanan pengiriman surat, kini sepertinya masih punya harapan untuk tetap bertahan. Harapan ini muncul dari kesan saya terhadap layanan pengiriman paketnya. PT. Pos Indonesia, si Kurir Oranye, memberikan layanan pelacakan terhadap barang yang dikirimkan. Fasilitas pelacakan ini disediakan lewat laman perusahaan di http://www.posindonesia.co.id dan layanan pesan pendek ke nomor 8161. Dengan memasukkan barcode kiriman, saya bisa melacak sudah sampai proses apa dan dimana kiriman dikelola. Beberapa hari yang lalu, saya menitipkan sebuah paket kecil untuk dikirimkan dari Jakarta ke Salatiga kepada petugas pos jaga di bilangan Kantor Pos Jakarta Selatan. Untuk sebuah paket seukuran buku, tarif yang dikenakan cukup murah, hanya sebesar Rp13.500. Jauh lebih murah dari jasa pengiriman swasta yang terkenal itu. Sempat saya bertanya-tanya bagaimana cara mengecek sejauh mana keberadaan paket yang telah diserahkan kepada si Kurir Oranye. Saya baru tercerahkan ketika mengamati bukti kiriman berwarna kuning setelah sampai di rumah. Di lembaran itu tercantum informasi status kiriman yang dapat di lacak melalui dua cara di atas. Penasaran dengan layanan itu, segera saya rambah laman si Kurir Oranye. Tampilan halamannya tergolong sederhana dan tak membingungkan. Fasilitas pelacakan kiriman ada di lajur kanan yang menyuruh kita memasukkan nomor kiriman [barcode] yang ada di bukti pengiriman. Setelah tombol cari di klik, akan terpampang halaman baru berisi status kiriman kita sejak dicatat petugas pos pada hari penyerahan hingga keberadaannya sekarang. Fasilitas SMS belum saya coba, mengingat informasi dari website sudah cukup melegakan. Melihat hal ini, saya menarik sebuah pemikiran. PT. Pos Indonesia telah menerapkan manajemen yang mampu mengadopsi kemajuan teknologi informasi. Memungkinkan setiap masyarakat melakukan kontrol dengan fasilitas yang terbilang mutakhir. Fenomena inilah yang menumbuhkan keyakinan bahwa kantor pos akan masih bisa eksis di masa depan. Tentu saja jika pihak pengelola tetap konsisten melakukan berbagai inovasi layanan. Memang untuk jasa pengiriman surat sepertinya kurang menarik minat masyarakat. SMS dan telepon pribadi sudah merubah tren menulis surat  menjadi usang. Inovasi dalam layanan pengiriman paket dan uang kini menjadi sandaran utama pangsa pasar PT. Pos Indonesia. Indonesia dengan kurang lebih 17.000 pulaunya tetap menjanjikan PT. Pos Indonesia yang memiliki jaringan luas sampi ke pelosok kecamatan. Sebagai gambaran Kecamatan tempat kelahiran saya, di wilayah Kab.Temanggung, sampai saat ini belum terdapat ATM bank. Setiap bulan saya bergantung kepada si Kurir Oranye untuk keperluan mengirim uang kepada orang tua di kampung. Bisa dibayangkan jika salah satu kecamatan di Jawa saja belum ada ATM, bagaimana kondisi kecamatan-kecamatan lainnya di pulau lain yang terpencil. Lewat tulisan ini, saya berharap banyak agar PT. Pos Indonesia dapat terus berkembang maju tidak tenggelam di tengah jaman. Selain sebagai badan usaha yang menjadi salah satu lumbung penghasilan negara, saya masih bergantung kepada layanan jasa kantor pos, terutama nasib paket saya yang sampai hari ini belum sampai di alamat tujuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun