Mohon tunggu...
Teguh Teguh
Teguh Teguh Mohon Tunggu... wiraswasta -

Freelancer menulis dan memotret agar dapur tetap ngebul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Oh !

2 Desember 2009   16:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:06 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terminal Lepak Bulus, tempat bus AKAP berjajar. Dalam sebuah bus jurusan Solo kisah tentang ekspresi setengah kaget, 'oh..!' menjadi semacam pemakluman untuk memaafkan.

Sore itu, dalam hari perayaan kambing dan sapi disembelih, aku memutuskan pulang. Tiket seharga 140 ribu kutebus meski mbak-mbak penjualnya menunjuk kursi persis di samping toilet bus. Terpaksa kulakukan karena harga tiket PO bus ini terbilang murah dibanding yang lainnya.

Setengah jam lagi bus akan berangkat. Satu batang kretek Kudus tampaknya masih sempat kunikmati. Aku sudah perkirakan tak ada smoking room nanti di dalam kendaraan.

Tepat 16.30, aku masuk ke dalam bus. Sepuluh orang lainnya sudah duduk bosan menunggu. Termasuk salah seorang wanita berwajah bening duduk dengan antengnya. Sayang, ada bocah dan laki laki yang berperan seperti suaminya.

Aku terus menyusur ke bagian belakang bangku jatahku. Pada deret terakhir sebelah kananku, seorang gadis remaja dengan santainya tidur menguasai kursi yang harusnya untuk dua orang. Dia tersenyum melihatku. Aku pura pura tak acuh.

Tempat dudukku persis di belakang gadis itu. Di antaranya ada pintu belakang bus. Di samping kiriku teronggok seorang bapak paruh baya berkumis.

'Mandhap pundi, Mas? [turun mana, Mas] tanyanya.
'Ambarawa, Pak?'
'Kulo, Solo' [saya, Solo]
'Tiyang Solo, Pak?' [orang Solo, Pak]
'Mboten, Sragen, Mas' [bukan, sragen, Mas]

Obrolan tidak berlanjut, aku sibuk berkirim pesan pendek, sementara bapak tadi tampaknya segera ingin membenamkan matanya.

Menit ke menit, pemandangan lalu Lalang yang tampak hanya para pedagang minuman, tahu Sumedang, dan tentu saja pengamen. Pengamen pertama berisik dengan lagu banyak menyebut kata Suminah. Gadis yang tidur-tiduran di depanku menggumam kesal.

Pengamen berikutnya agak enerjik dan berusaha menikmati nyanyiannya sendiri. Lagu-lagu dari Andra and the Backbone dia lantun dengan gitar. Gadis di depanku turut bernyanyi.

Orang ketiga yang datang menghibur membawa ukulele. Hanya bunyi Srek! srek! srek! dengan nada naik turun yang terdengar. Gadis di depanku cuma bernyanyi 'sri.. Sri.. Ndang baliyo'

Sejak pengamen pertama tadi, aku hanya memberi isyarat minta maaf ketika ditodong pengamen- pengamen itu dengan kantong plastiknya. Tak terkecuali pengamen ketiga. Dengan kaca mata hitamnya aku jadi teringat seorang penyanyi dangdut terkenal yang [maaf] buta. Cuma pengamen ini kalah keren.

Sejak pertama kali duduk, aku perhatikan seorang bapak yang tampak selalu menengok gadis di depanku. Sesekali dia betulkan bantal di kepala gadis itu. Tampak lembut kebapakan dan penuh welas asih. Bapak itu cuma duduk di lantai bus mengalah kursinya dibuat rebahan gadis yang selalu bersenandung. Dari gelagatnya sang bapak tampak begitu cemas dengan keadaan si gadis.

Seperti biasa, dalam setiap kesempatan pulang, bus menjadi kendaraan yang mau tak mau kugunakan. Kota asalku tidak dilewati kereta. Pesawat tidak pernah masuk alternatif sebab terlalu tidak logis harga tiket pesawat bagiku. Dan dalam perjalanan pulang, aku lebih banyak diam menyumpal kuping dengan lagu dari pemutar MP3.

Aku dalam rumusan tipe kepribadian Carl Jung masuk kategori introvet. Lebih suka diam dan memerhatikan. Menjadi tidak nyaman dengan keriuhan dan suara suara yang tidak kehendaki. Termasuk suara gumam dan senandung gadis di depanku tadi. Aku merasa sebal.

Lalu sekonyong konyong sang bapak gadis senandung di depanku datang menghampiriKu. Agak canggung dia mau mengajak bicara.

' Mohon maaf, mas. Anak saya agak berisik dan bernyanyi-nyanyi. Anak saya sedang "sakit".

'Oh!' cuma itu tanggapanku setengah terkejut dan maklum.

Dan bapak itu melakukan hal serupa kepada penumpang di sekitar tempat duduknya.

Ada yang cuma melongo ketika bapak itu bicara, Namun tak sedikit pula yang berekspresi sama denganku. 'oh..!!!'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun