Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar kata akhir bulan? Ngenes, dompet tipis, tagihan, atau hal-hal mengerikan lainnya. Pantas saja, saat akhir bulan menyerang pasti kondisi keuangan kita tengah dilanda krisis dan kestabilan ekonomi terganggu. D
ompet menjadi tipis dan lambung ikutan meringis. Terkadang kita menganggap bahwa hidup hanya berjalan 3 hari saja, kemarin, hari ini, dan juga esok pagi. Sehingga seringkali kami sebagai mahasiswa menghamburkan banyak uang di awal bulan tanpa mempertimbangkan dampak terburuknya.
Saya sebagai mahasiswa yang memutuskan untuk merantau ke Jogja juga sempat terkejut dengan keadaan di sini. Jogja yang dikatakan oleh banyak orang sebagai kota dengan biaya hidup yang murah, kota yang tenang, dan juga sebagai tempat menetap di usia senja mungkin statement itu hampir sudah tidak berlaku. Karena pada dasarnya biaya hidup di Jogja juga sama dengan sebagian kota besar lainnya. Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jogja yang rendah sangat kontradiktif dengan statusnya sebagai daerah istimewa.
Namun disini yang ingin saya bahas bukan keresahan saya ketika menginjakkan kaki dan tumbuh di Jogja. Melainkan sebuah tempat makan yang tak jauh dari Jalan Gejayan ini.
Jalan Gejayan sendiri merupakan jalanan yang paling padat seantero Yogyakarta. Namun dibalik kemacetan yang menguras kesabaran terdapat rumah makan yang menyediakan menu nasi kulit ayam.
Rumah makan tersebut bernama “Nasi Kulit Akhir Bulan”. Nasi Kulit Akhir Bulan terletak di Gang Mawar No. 2, Santren, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY. Warung ini menyediakan berbagai menu nasi kulit dengan varian saus seperti mentai, gochujjang, dan juga cheedar.
Konsep dari rumah makan ini adalah prasmanan, atau ambil semuanya sendiri. Siapa yang tidak tertarik coba? Apalagi pas akhir bulan. Kita dapat mengambil nasi, kubis goreng, sambal dan es teh sesuai keinginan kita. Bahkan untuk nasi dan esteh bisa refill atau isi ulang. Selain itu terdapat dua jenis nasi, yaitu nasi putih biasa dan juga nasi daun jeruk. Disini yang tidak prasmanan hanya kulit ayam gorengnya saja, yaitu dengan ditimbang oleh mbak penjualnya sesuai dengan harganya.
Rumah makan yang menyediakan menu secara prasmanan mungkin menjadi sebuah hidden gem bagi para mahasiswa. Karena dengan bermodalkan uang pas-pasan sudah dapat menghibur perut yang keroncongan. Nah, yang istimewa dari Nasi Kulit Akhir Bulan adalah harganya yang sesuai dengan keadaan di akhir bulan.
Tatkala kita tengah mengalami kanker (kantong kering) atau krisis ekonomi, kita masih bisa merasakan makan makanan enak dengan harga yang ramah di kantong. Kalian hanya perlu menebus sebesar Rp. 15.000 untuk satu porsi nasi kulit dan segelas es teh. Bagaimana tidak puas, dengan hanya menggelontorkan uang Rp. 15.000, sudah dapat makan secara prasmanan hingga perut tak mengenal rasa lapar lagi.
Selain itu dengan menambah budget sebesar Rp. 3.000, kalian juga bisa merasakan paket nasi kulit ditambah dengan telur dadar. Entah itu telur ceplok, telur dadar setengah matang atau yang orak-arik bisa ditebus hanya dengan mahar Rp. 18.000 saja.
Pemberian nama rumah makan yang sesuai dengan keadaan memang sebuah branding yang sempurna. Karena pada dasarnya kami sebagai mahasiswa tidak mencari makanan yang enak di lidah saja. Namun juga dapat bertahan lama seiring metabolisme tubuh tengah berlangsung. Dengan hadirnya Nasi Kulit Akhir Bulan, seolah bukan hanya dapat mengonsumsi makanan secara kenyang tetapi dilengkapi dengan rasanya yang memanjakan lidah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H