Tari, atau bahasa kerennya "dance", adalah potensi yang selama ini belum tergali. Saya ingat betul, waktu saya kecil saya ngambek melihat teman-teman perempuan saya tampil menari diiringi lagu-lagu modern di panggung 17an kampung di Yogyakarta. Ih, saya 'kan mau juga, kok nggak diajak? batin saya kala itu.Â
Waktu SMP, ada pelajaran seni tari, dan saat itu adalah masa-masa film Bollywood berjaya. Saya ikut nontonin film-filmnya gara-gara ketularan kakak perempuan saya. Saya  sampai hafal gerakan beberapa lagunya saking seringnya menonton film India berulang-ulang. Ketika guru kami memberikan tugas untuk mempersiapkan pertunjukkan tari, saya menampilkan koreografi lagu India yang saya tahu, sukses bikin guru saya senang dan membuahkan nilai 80an.
Tapi ya sudah, sampai di situ saja saya menggali minat saya terhadap dance. Bahkan buat penampilan dance di gereja pun hanya sekali, karena memang pada dasarnya jarang banget penampilan dance yang melibatkan anak laki-laki saat saya remaja.
K-pop menjadi momentum saya menggali dan menumbuhkan minat saya terhadap dance. Sebagian orang mungkin akan menganggapnya terlambat karena saya baru nyemplung di dunia K-pop cover dance Bandung di tahun terakhir saya kuliah. Tapi, bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?
Di cover dance K-pop juga lah untuk pertama kalinya saya terlibat begitu dalam dan intens dalam aktivitas sebuah komunitas. Bahkan ketika menekuni dunia cosplay saat SMA pun, saya nggak seaktif ini. Cover-dance adalah sebuah kerjasama tim, bukan penampilan tunggal. Saya harus sesering mungkin berlatih dengan tim untuk memelajari koreografi dan menyelaraskan gerakan karena KOMPAK ITU SUSAAAHHH, hahaha. Di bulan-bulan awal, saya harus menempuh perjalanan dari Jatinangor ke tempat latihan yang berubah-ubah di kota Bandung. Kemudian, kami menyewa sebuah studio di daerah Ujungberung untuk berlatih, yang sayangnya saat itu saya sudah tinggal di Jalan Siliwangi, Bandung.
K-pop Membawakan Pengalaman Tak Terlupakan
Pada kenyataannya, 40fy mengalami perjalanan yang cukup berliku. Kami beberapa kali mengalami pergantian member hingga kurang lebih satu tahun kemudian. Selama itu, kami hanya tampil sebanyak 5 kali. Penampilan terakhir kami ada di Miko Mall, Kopo, sekaligus menjadi penampilan terbaik kami. Di sini, saya tak lagi menjadi Kevin, namun Soohyun. Personilnya pun berganti, Rian dan Adryan juga tak lagi ada di dalam formasi.
Dengar bagaimana para penonton bersorak, "40FY, 40FY!!!" Saat mendengarnya, jantung saya berdesir. Wah, saya merasa sebagai idol K-pop sungguhan yang menerima fanchant dari para penggemarnya.Â
Videonya bisa disimak di atas, tapi sayang sekali kualitas audio dan videonya tidak bagus. Lagu dari Chris Brown yang menjadi intro hanya terdengar seperti dentuman bass tidak jelas, diikuti lagu Bingeul-Bingeul dan Man Man Ha Ni yang kami bawakan.Â
Korean Wave makes me dig my potential, saya tidak menyangka bahwa minat saya di bidang dance akan tergali dan bertumbuh melalui K-pop. Dari sekadar stan, menjadi superfans. Tak hanya seorang KissMe, namun seorang U-KISS cover dancer. Tak lama waktu saya di komunitas ini karena Oktober 2013 saya diwisuda dan di akhir tahun saya sudah merantau di ibukota. Namun pengalaman sebentar ini melekat kuat pada diri saya hingga sekarang. Di mata teman-teman kantor, saya identik dengan cover-dance. Terima kasih sudah mewarnai hidup saya, K-pop. Saya hanya berharap sudah berkenalan denganmu lebih lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H