Stasiun Bandung dulu pun belum senyaman sekarang. Bahkan di November 2019 ketika aku naik kereta api Argo Parahyangan menuju ibukota, skybridge itu belum ada. Penumpang masih harus menyeberangi peron melalui jalur kereta api yang tak rata, terkadang harus menunggu kereta api lain melintas atau menyeberang melalui armada kereta api yang sedang berhenti.Â
Ah, betul. Selain menjadi penghubung antara aku dengan Jogja, Stasiun Bandung juga menjadi kawan baikku untuk urusan pekerjaan dan bepergian lintas negara. Ia mempertemukanku dengan mitra-mitraku di ibukota, sekaligus menjadi titik awal perjalananku melihat dunia. Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah November 2019 dalam upayaku menuju Hainan, Tiongkok. Aku tiba di Stasiun Bandung dalam kondisi basah kuyup setelah menerabas hujan deras dan banjir bersama ojek daring, dan ternyata aku ketinggalan kereta karena salah mengingat jadwal keberangkatan. Akhirnya aku naik kereta api lain yang masih tersedia agar bisa tiba sesegera mungkin di Bandara Soekarno-Hatta.
Sekarang, ingin rasanya berkata pada Stasiun Bandung, "Hei, aku sekarang udah nggak sendiri lagi, sudah ada satu pendamping dan dua putri yang menjadi pelengkap bahagiaku. Jadi, makasih ya udah punya skybridge. Pintu selatanmu pun sudah dipercantik. Kereta-keretamu sudah kian nyaman dan aman, aku bisa membawa serta seisi keluargaku untuk berkenalan denganmu dan menjadikanmu sahabat mereka juga."
Oh, maaf, sepertinya ucapan terima kasih tersebut lebih tepat kuhaturkan pada Bapak Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT KAI yang menjalankan baktinya di tahun-tahun yang sama dengan tahun-tahun aku memasuki fase baru hidupku. Seiring dengan aku yang terus menempa diri agar bisa menjalankan fungsi sebagai seorang suami dan ayah yang lebih baik, perkeretaapian Indonesia pun membenahi dirinya agar bisa memberikan layanan dan fasilitas yang lebih baik untuk pelanggan. Tak hanya Stasiun Bandung, Stasiun Kiaracondong pun kini sudah bersolek, pun dengan stasiun-stasiun kecil di sepanjang koridor Padalarang-Cicalengka yang kian memantaskan diri.
Mendidiek Jadi Lebih Baik
Menarik bila melihat justru mulai di tengah masa pandemi, ketika sektor transportasi menjadi salah satu yang terimbas signifikan, Stasiun Bandung dan perkeretaapian Indonesia pada umumnya justru semakin #MendidiekJadiLebihBaik. Aku bersyukur untuk pemimpin yang mampu meneruskan tongkat estafet pemimpin sebelumnya. Bukan hanya mempertahankan, namun hingga meningkatkan.
Dalam kepemimpinan Bapak Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT Kereta Api sejak 2020 inilah, kelas-kelas perkeretaapian kita berinovasi. Kalau dulu hanya ada kelas Ekonomi, Bisnis, dan Eksekutif, sekarang ada Kereta Api Priority, Luxury, Panoramic, sampai Compartment Suite. Aku belum berkesempatan menjajal kelas-kelas baru kereta api kita karena sedang menikmati peran baru sebagai seorang ayah, namun semoga disegerakan seiring usia si kembar yang sudah menginjak 1,5 tahun.
Stasiun Bandung saat ini pun terus berbenah, seperti yang kulihat September lalu. Petunjuk arah semakin banyak, ada akses khusus untuk penumpang Feeder KA Cepat Jakarta-Bandung, ada area bermain anak, dan akses masuk penumpang dengan face recognition. ATM Center dan Layanan Pelanggan dipindahkan di sisi kiri halaman depan stasiun. Akses di sisi kanan menuju masjid pun sudah dibuka, dan masjid juga sudah beroperasi. Tinggal bagian kita, para pengguna dan masyarakat, untuk menjaga kebersihan, kerapian, dan fungsi fasilitas yang sudah diberikan. Stasiun Bandung semakin berseri, nyaman menyambut setiap pelancong dalam dan luar negeri. Melalui tulisan Didiek Hartantyo x Kompasiana ini, aku nyalakan semangat kita semua untuk terus mendukung transformasi positif Kereta Api Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H