Mohon tunggu...
Teguh Nugroho
Teguh Nugroho Mohon Tunggu... Social Media Project Manager - Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api

Second account, akun pertamanya udah lupa email saking terlalu lama nggak aktif. Kalo mau kenalan, silakan terbang ke blog thetravelearn.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bijak Berenergi ala Pekerja Digital Agency

6 Februari 2024   23:57 Diperbarui: 7 Februari 2024   00:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekal makan siang Ara nggak cuma sekotak nasi dengan lauk pauk yang ditata dengan cantik. Ia juga membawakan camilan (biasanya berupa kue-kue basah atau jajanan pasar), kopi, bahkan buah. Bekal makan siang Ara tak hanya membuat saya merasa ia ikut hadir menemani saya bekerja, namun juga membantu saya menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Coba bayangkan kalau setiap hari saya membeli makan, berapa banyak kantong plastik, kertas, karet, dan sedotan yang saya buang?

Infografis pribadi [dok: Canva]
Infografis pribadi [dok: Canva]

Membawa bekal makan sendiri juga berarti meminimalisir makanan sisa yang terbuang. Istri saya sudah tahu betul porsi makan saya, lauk yang saya sukai, citarasa yang saya sukai, sehingga bekal makannya customized untuk saya! Kalau beli makan di luar, kadang karena porsinya kebanyakan atau rasanya nggak cocok, akhirnya ada sisa makanan yang tak dihabiskan. Padahal, sampah sisa makanan Indonesia termasuk salah satu yang terbesar di dunia!

Bagaimana aksi saya saat ini akan menentukan masa depan lingkungan berkelanjutan (sustainable) yang saya impikan.

Gaya Hidup Urban yang Berkelanjutan

Sistem pangan berkelanjutan melibatkan pertanian berkelanjutan, penanggulangan kecukupan gizi, dan mengurangi sampah makanan. Sebagai konsumen, kita dapat mendukung sistem ini dengan mengadopsi pola makan yang sehat dan ramah lingkungan, memperhatikan label pada makanan, menghindari pembuangan makanan, dan mengubah narasi menjadi lebih positif.

Sebagai orang dengan tingkat penerimaan yang tinggi terhadap rasa, biasanya saya nggak menyisakan makanan, jadi akan saya habiskan. Kalau sampai saya nggak bisa menghabiskan, berarti sudah kekenyangan, rasanya sangat tidak enak (sampai saya saja sudah susah memaklumi), atau susah saya makan (seperti: ceker ayam, kepala ikan, dan kepiting). Makanya, sebisa mungkin saya juga menghindari makan makanan seperti itu. 

Mungkin sebagian dari kita belum memahami, bahwa pemilihan menu makan kita sangat berdampak pada lingkungan. Pola makan seimbang tak hanya baik untuk tubuh kita, namun juga untuk bumi. Inilah yang disebut dengan sistem pangan berkelanjutan, alias sustainable food system. Sistem ini menjaga ketahanan pangan dan gizi sedemikian rupa sehingga ekonomi, sosial, dan lingkungan terjaga. Dengan kata lain, sistem pangan berkelanjutan menjaga agar stok makanan bernutrisi tetap tersedia di masa depan untuk generasi mendatang. 

Ngomong-ngomong selain gaya hidup urban, penggunaan transportasi adalah hal yang lekat selain pola makan. Saya senang bepergian, terutama ke kota-kota di luar sana yang sudah lebih maju dari kota-kota kita. Sebutlah Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong. Dari sistem bus yang bisa diandalkan, MRT, LRT, monorel, bahkan trem, ada semua. Jalur bawah tanahnya tak kalah meriah daripada lintasan di atas sana tempat kereta angkasa merayap dengan mantap. 

Makanya, saya sangat antusias ketika beberapa waktu lalu Bandung menggulirkan wacana dibangunnya LRT Bandung Raya. Ternyata sampai saat ini belum terlaksana, dan Parijs van Java ini belum memiliki moda transportasi umum yang bisa diandalkan. Andai saja ada, saya akan dengan senang hati bepergian di dalam Bandung Raya menggunakan bus kota atau kereta api, seperti yang saya lakukan di Jakarta dan Yogyakarta. Saya senang konektivitas Jakarta sudah terhubung baik dengan TransJakarta, KRL Commuter Line, MRT Jakarta, LRT Jabodebek, dan LRT Jakarta. Sebagai putra asli Jogja, saya juga senang kampung halaman saya itu sekarang sudah punya TransJogja, KA Bandara, bahkan KRL Commuter Line yang telah dielektrifikasi. 

Infografis pribadi
Infografis pribadi

Andai pemanfaatan energi berkelanjutan kita sudah berkembang, kita bisa memadukan sistem transportasi dengan energi terbarukan. Jawa barat sendiri patut berbangga, karena memiliki Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata, salah satu yang terbesar di Asia! Baru-baru ini saya membaca tentang kota Utsunomiya di Perfektur Tochigi, Jepang, sebagai salah satu acuan di mana transportasi dan energi terbarukan berkolaborasi. Akhir Agustus 2023 lalu, Utsunomiya mengoperasikan sebuah LRT atau light rail transit yang energi listriknya diproduksi dari panel surya dan tenaga biomassa pusat pengelolaan sampah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun