Mohon tunggu...
Teguh Nugroho
Teguh Nugroho Mohon Tunggu... Social Media Project Manager - Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api

Second account, akun pertamanya udah lupa email saking terlalu lama nggak aktif. Kalo mau kenalan, silakan terbang ke blog thetravelearn.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Perjalanan di 5 Negara ASEAN, Ribet Nukerin Duit?

12 Juni 2023   14:54 Diperbarui: 12 Juni 2023   14:58 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuktuk di Siem Reap, Kamboja [dokpri]

Sopir taksi itu menggeleng ketika saya sodorkan lembar-lembar USD padanya. Saya dan seorang rekan perjalanan baru saja melakukan perjalanan yang cukup panjang dari District 1 ke District 9 di kota terbesar Vietnam, Ho Chi Minh City. Saat itu sudah tengah malam ketika kami tiba di rumah host kami. Sialnya, perjalanan yang jauh membuat argo taksi meroket hingga ke angka 300 ribuan VND dan saya belum sempat menukarkan uang USD saya ke mata uang Dong Vietnam. Dicky, teman saya, malah belum membawa cash sama sekali.

Gawat, gimana ini, batin saya kala itu. 

Akhirnya, dengan muka setebal kulit badak bercula satu, saya menjelaskan kondisinya kepada King, host kami, dan dia bersedia meminjamkan uangnya dulu pada kami untuk membayar ongkos taksi. Gile lu, Gie. Udah mah lo nebeng gratis di rumahnya, masih ngutang pula, pikiran saya berkecamuk. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada jalan lain. Andai sistem pembayaran di ASEAN sudah terintegrasi, pasti drama perjalanan seperti yang saya alami ini tak akan terjadi.

Makanya, ketika mendengar berita bahwa sekarang QRIS Indonesia dan QR Code di Thailand sudah terintegrasi, saya senang sekali. Wah, nampaknya angan-angan saya 8 tahun yang lalu pelan-pelan terwujud.

Perjalanan Melintasi 5 Negara Berbeda

Saya masih teringat pengalaman tahun 2015 silam ketika saya pertama kalinya melakukan perjalanan overland di luar negeri, tepatnya 3 negara ASEAN: Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Oh, ditambah 2 kali layover masing-masing di Kuala Lumpur dan Singapura. Praktis, saya harus menyiapkan 5 mata uang berbeda untuk perjalanan besar ini: Baht Thailand, USD untuk Kamboja, Dong Vietnam, Ringgit Malaysia, dan Dollar Singapura. 

Usaha saya mempersiapkan 5 mata uang tersebut juga cukup berliku karena money changer di Indonesia, apalagi di Bandung tempat saya tinggal, tidak melayani penukaran untuk Dong Vietnam. Nilai tukarnya memang kecil sih. Jadi, saya berangkat dengan membawa Ringgit Malaysia dan Dollar Amerika Serikat.

 

Andai bisa bayar MRT dan kereta api pake QRIS di Bangkok [dokpri]
Andai bisa bayar MRT dan kereta api pake QRIS di Bangkok [dokpri]

Kegiatan tukar-menukar mata uang ini juga cukup tricky, kita harus memilih tempat penukaran uang yang tepat agar mata uang yang kita bawa dihargai setinggi-tingginya. Bahkan perbedaan beberapa puluh rupiah saja harus menjadi bahan pertimbangan! Belum termasuk waktu dan tenaga yang harus kita sediakan sebelum memulai perjalanan agar ada uang di tangan. 

Saya sendiri tipe orang yang baru merasa tenang dengan menyiapkan beberapa lembar uang tunai dalam genggaman saat melakukan perjalanan luar negeri. Iya, memang di bandara pasti ada banyak ATM, merchant-merchant juga pasti menerima pembayaran dengan kartu debit/kredit. Tapi gimana kalau kita udah butuh duluan sebelum sempat menemukan mesin ATM mana pun? Gimana kalau kartu debit/kredit kita nggak diterima di negara itu atau nggak bisa dipakai di luar negeri? Gimana kalau ada minimum jumlah transaksi untuk bisa menggunakan kartu debit/kredit, sementara kita cuma transit sebentar aja di negara itu? Nah, pemikiran-pemikiran cemas itu lah yang membuat saya nggak tenang melenggang menembus batas negara dengan hanya bermodalkan kartu gesek.

Angkor Wat, destinasi wisata utama di Kamboja [dokpri]
Angkor Wat, destinasi wisata utama di Kamboja [dokpri]

Saya cukup sering melakukan perjalanan di dalam region Asia Tenggara ini, dan memang senang melakukannya. Sementara, kita sendiri tahu, bahwa kesepuluh negara anggota ASEAN ini memiliki mata uang yang berbeda-beda. Andai ada sistem pembayaran yang terintegrasi di dalam negara-negara ASEAN, saya dan jutaan orang lainnya akan  terbantu sekali.

Pentingnya Sistem Pembayaran Terintegrasi di Asia Tenggara

Tahun lalu, saya mengajak istri melakukan perjalanan di 3 negara ASEAN: Singapura, Vietnam, dan Malaysia. Perjalanan yang berkesan baginya, karena untuk pertama kalinya sejak membuat paspor 4 tahun lalu, dia akhirnya melakukan perjalanan lintas negara. Tidak seperti di tahun 2015, saat ini kita sudah berada di era digital. Kalau dulu hanya bisa naik taksi konvensional yang seringkali menetapkan harga tinggi untuk turis, sekarang sudah ada aplikasi ride hailing yang bisa dipakai di beberapa negara sekaligus. Itu juga lah yang kami lakukan di Vietnam dan Malaysia.

Di Ho Chi Minh City, kendaraan daring adalah tumpuan [dokpri]
Di Ho Chi Minh City, kendaraan daring adalah tumpuan [dokpri]

Sayangnya, meski aplikasinya sudah terintegrasi antarnegara, sistem pembayarannya masih sendiri-sendiri. Kami masih harus membayar dengan uang tunai karena uang elektronik yang digunakan di Indonesia tidak berlaku di negara itu. Lucu yekan. Pesan transportasinya sudah digital, tapi bayarnya masih manual. Seringkali ribet karena tidak ada uang pas, denominasi terlalu besar, atau bahkanseperti drama perjalanan saya di atasnggak ada uang tunai sama sekali hehe. 

Itu baru alasan pertama.

Bagi sebagian (atau malah banyak?) orang di Indonesia, Asia Tenggara adalah tempat bermain sehari-hari. "Besok malem mingguan di Singapore yok," atau, "Aku mau sarapan nasi kandar dulu di KL." Gampang banget ye ngomongnya, sultan mah bebaass.

Eh tapi emang bener. Ada yang bolak-balik Singapura buat meeting. Ada yang datang ke Penang buat berobat. Ada yang kulakan baju di Bangkok. Ada yang jajan cokelat favoritnya di KL. Pun sebaliknya. Orang Malaysia memborong baju di Bandung, orang Singapura healing ke Bali, atau orang Thailand yang ziarah ke candi-candi Indonesia. Belakangan saya juga sering menemukan Youtuber Thailand yang jalan-jalan di Indonesia. Kehadiran Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) juga kelak akan menjadi daya tarik wisata tersendiri. Tingginya frekuensi perjalanan orang-orang di dalam kawasan Asia Tenggara membutuhkan terintegrasinya sistem pembayaran agar semakin mulus perjalanan.

Bangkok dengan pusat perbelanjaan, skytrain, dan MRT [dokpri]
Bangkok dengan pusat perbelanjaan, skytrain, dan MRT [dokpri]

Orang-orang Johor, Malaysia, yang bolak-balik masuk Singapura buat kerja aja punya special pass sehingga mereka nggak harus ikut antre panjang di jalur imigrasi biasa bersama ratusan wisatawan lain. Nah, kita bisa mengimplementasikan konsep serupa untuk sistem pembayaran kita. Setidaknya bisa diberlakukan dulu di antara Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. 

Harapan yang Mulai Menjadi Nyata

Dua jempol saya berikan kepada Bank Indonesia dan pemerintah yang sudah berhasil mengupayakan terwujudnya kerjasama pembayaran lintas negara berbasis kode QR dengan Thailand sejak Agustus 2022 lalu. Per Februari 2023, BI mencatat total transaksi senilai lebih dari Rp8,5 milyar dari wisatawan Indonesia dengan QR Code di Thailand. Di Negeri Gajah Putih itu, Bangkok Bank dan Bank of Ayudhya adalah 2 institusi finansial yang menerima pembayaran dengan QRIS. Kabar baiknya, sejak 8 Mei 2023 Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia (BNM) sudah meresmikan implementasi interkoneksi pembayaran antarnegara menggunakan QR Code. Asyik, nggak perlu lagi ribet tukar Ringgit dan Baht!

Hore, muter-muter KL bakal makin praktis pake QRIS [dokpri]
Hore, muter-muter KL bakal makin praktis pake QRIS [dokpri]

Sementara itu, implementasi penggunaan QRIS di Singapura ditargetkan terlaksana pada kuartal IV tahun ini. Kerjasama dengan Filipina pun sedang dijajaki. Wah, siap-siap QRIS kita bisa praktis digunakan di 4 negara tetangga!

Kalau sudah begini, bukan nggak mungkin sistem pembayaran satu ASEAN akan terintegrasi, senada dengan keketuaan Indonesia tahun 2023 ini dengan misi menjadikan ASEAN sebagai "the epicenter of growth". Prediksi saya, Vietnam akan menjadi mitra berikutnya, melihat pesatnya perkembangan Negeri Paman Ho ini dalam beberapa tahun terakhir. Dengan meningkatkan konektivitas, terutama dalam sektor finansial, perekonomian kawasan juga akan maju karena semakin besar kesempatan kita untuk melakukan transaksi jual-beli antarnegara secara langsung. 

Vietnam surganya ngopi, bakal seru kalo bisa pake QRIA
Vietnam surganya ngopi, bakal seru kalo bisa pake QRIA

Sukses untuk ASEAN menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia! Mari kita dukung dengan menciptakan situasi yang kondusif, saling akur dan saling membantu untuk kemajuan satu sama lain. Salam satu ASEAN, keep learning by traveling~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun