Mohon tunggu...
Teguh Nugroho
Teguh Nugroho Mohon Tunggu... Social Media Project Manager - Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api

Second account, akun pertamanya udah lupa email saking terlalu lama nggak aktif. Kalo mau kenalan, silakan terbang ke blog thetravelearn.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Seluk Beluk Social Media Agency, Industri yang Kini Menggeliat

14 Juli 2022   21:10 Diperbarui: 14 Juli 2022   21:25 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di kantor digital agency saya, 2017 [dokpri]

Walaupun geliat bisnisnya sebenarnya sudah banyak menjamur di Pulau Jawa, istilah "digital agency" atau "social media agency" masih belum banyak dipahami masyarakat. Seringkali ketika saya ditanya, "Kerja di mana, mas?" oleh orang-orang yang nggak sefrekuensi, saya harus mencari istilah lain, atau menjelaskan panjang-lebar, tentang di industri apa saya bekerja. Biasanya, saya akan menjawab, "Marketing," atau, "Periklanan," yang cenderung lebih mudah dipahami oleh orang awam. 

Nah, sebenarnya pemasaran dan periklanan memang termasuk dalam 2 aktivitas yang dilakukan sebuah social media agency, tapi mari kita akui saja bahwa kedua bidang itu memiliki konotasi sendiri dalam benak pikiran masyarakat Indonesia. 

Mendengar kata "marketing", orang akan membayangkan mas-mas sales yang bagi-bagi brosur di pinggir jalan, menawarkan produk dari rumah ke rumah, atau mencegat pengunjung mal. Kalau periklanan, biasanya identik dengan agensi periklanan yang kerjaannya memang hanya terfokus dengan membuat iklan di baliho, koran, TV, radio, dsb. 

Dua bidang tersebut belum bisa mewakili apa itu sebenarnya social media agency. Jadi, izinkan saya yang sudah berkenalan dengan industri ini sejak 1 dekade silam di bangku kuliah untuk memperkenalkannya di sini.

Apa Itu Social Media Agency

Gampangannya, social media agency mengelola seluruh kegiatan media sosial suatu akun brand atau persona di media sosial. Ruang lingkupnya dari hulu ke hilir, komprehensif. 

Dimulai dari mempersiapkan konten atau postingan, upload konten, menganalisis konten, mengevaluasi konten, merespon komentar dan direct message (DM), hingga membuat online activity seperti kuis dan campaign. 

Channel-nya? Semua media sosial. Entah itu Instagram, Twitter, TikTok, Facebook, Youtube, disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, atau (ehem) duit kliennya. 

Dengan kata lain, social media agency adalah perpanjangan tangan perusahaan (atau seseorang, kalau kliennya satu persona) untuk menjalankan seluruh kegiatan digital marketing-nya. 

Bisnis ini tumbuh dan berkembang di dunia sebagai bentuk optimalisasi manfaat internet. Ketika masyarakat beralih dari radio dan pesawat TV ke smartphone dan layar komputer, strategi pemasaran pun harus disesuaikan. Brand demi brand nggak hanya sekadar membuat iklan di internet, namun juga berbaur dengan netizen melalui akun media sosial mereka sendiri. Media sosial telah merekatkan hubungan antara konsumennya dengan brand.

Pun di Indonesia, internetnya Indonesia sudah sama berkembangnya dengan negara-negara tetangga. Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia per Q1 2022 ini sudah mencapai 220 juta pengguna dari yang sebelumnya hanya 175 juta pengguna di era sebelum pandemi! 

Tingginya konsumsi internet oleh masyarakat Indonesia tentu menjadi ladang subur untuk digital marketing. Sudah banyak sumber mencatut Jakarta sebagai kota yang paling banyak di-tag di media sosial seluruh dunia!

Selama ada internet, di situ kami bisa bekerja [dokpri]
Selama ada internet, di situ kami bisa bekerja [dokpri]

Kenapa nggak memekerjakan timnya sendiri di kantor? Ada beberapa alasan, yang pertama adalah ketiadaan tim internal yang berkompeten sementara perusahaan nggak mau membentuk tim baru khusus digital marketing.

 Kedua, efisiensi biaya, di mana biaya kontrak agency dalam setahun masih lebih terjangkau daripada memekerjakan karyawan baru dengan jumlah yang sama. Ketiga, supaya bisa mendapatkan ide-ide inovatif dengan memekerjakan agency berbeda-beda tiap tahunnya. 

Nah, alasan ketiga di atas biasanya dilakukan oleh perusahaan yang sudah punya tim digital marketing sendiri namun tetap membutuhkan digital agency sebagai eksekutor. Jumlah tim internal mereka nggak banyak, hanya beberapa orang untuk melakukan fungsi supervisi dan komunikasi dengan agency.

Pembagian Kerja Dalam Social Media Agency

Di dalam sebuah social media agency, setidaknya ada tim copywriter, designer/illustrator/animator, admin, analyst, strategist, project manager, finance, dan account executive. Selebihnya, terutama fungsi-fungsi manajemen atau director, tergantung dengan kebutuhan masing-masing agency.

Project Manager ini seperti ketua tim, dia yang membuat timeline dan memastikan tim menyelesaikan tugas sesuai target waktu dan arahan yang diberikan klien. Copywriter dan desainer bekerjasama membuat konten atau postingan. 

Kalau copywriter bertanggung jawab dengan elemen teks (caption, teks di gambar, script, dsb) maka desainer/ilustrator/animator bertanggung jawab dengan elemen visual. Sebagian agency juga mungkin punya staf fotografer dan videografer.

Setiap konten yang akan dipos sudah kami siapkan dulu sebelumnya, biasanya membuat content plan bulanan. Jadi bukan yang tinggal posting gitu aja kayak di akun Instagram pribadi kita sendiri ya. Content plan bulanan juga harus melalui approval klien lebih dulu. 

Kadang ada revisi, tergantung bagaimana karakter kliennya. Ada yang woles, ada yang micromanaging mengatur setiap kata dan elemen. Nah, tim yang posting dan berinteraksi dengan netizen adalah admin, atau kadang disebut social media officer.

Saya sendiri adalah Content Director di sebuah digital agency yang berbasis di Bandung, bernaung di bawah perusahaan game developer. 

Saya yang memimpin tim copywriter, berkoordinasi dengan Project Manager dan Art Director (yang memimpin tim desainer dan ilustrator). Saya memantau pekerjaan tim dari awal hingga akhir, memastikan kreativitasnya, kualitasnya, dan kesesuaian dengan arahan klien.

Saat WFH di kamar kost, Bandung [dokpri]
Saat WFH di kamar kost, Bandung [dokpri]

Analyst adalah tim yang mengevaluasi performa konten yang sudah terunggah. Report-nya diberikan secara bulanan, kuartal, dan tahunan (di akhir periode kerjasama) dengan klien. Sebelum laporannya dilempar ke klien, biasanya disajikan dulu ke tim internal agar kami juga mendapat evaluasinya. Di agency saya, analyst juga menjadi tim riset yang mencari-cari informasi dan data seputar klien, kompetitor, dan tren media sosial terkini.

Strategist merancang strategi komunikasi apa yang akan kita gunakan dalam sebuah project, mencakup tipe konten, gaya bahasa, alur berkomunikasi, campaign, hingga kuis atau digital activity untuk mendongkrak jumlah followers dan engagement (likes, komentar, share, dsb). 

Iya, meskipun kami tidak bertanggung jawab dengan penjualan, namun kami tetap memiliki target yang sudah ditetapkan klien. Kami menyebutnya KPI, key performance indicator. 

Terakhir, account executive adalah tim yang bertugas menjembatani komunikasi antara klien dengan tim internal, biar satu pintu aja. Seorang AE juga bertanggung jawab untuk menjaga hubungan baik dengan klien dan calon klien.

Anak Agency dan Lembur

Sebagian dari teman-teman mungkin sudah sering mendengar betapa anak agency akrab dengan begadang dan lembur di hari libur. Kenapa bisa terjadi? Apakah jam kerjanya memang ambyar? Segitu beratnya kah bekerja di social media agency?

Kita semua tentunya paham, bahwa media sosial itu sangat dinamis. Apa yang sedang terjadi di negara ini dan di planet ini dapat kita pantau di media sosial. 

Dari sini, terbayang sudah bila terkadang klien menginginkan ada postingan dadakan agar bisa berbaur dengan tren di masyarakat, atau kalau dalam bahasa anak agency disebut: riding the hype. Trennya bisa macam-macam, contohnya: tontonan, meme, video joged, atau berita apa pun.

Lembur atau begadang juga bisa disebabkan karena adanya perubahan arahan atau pendapat dari level manajerial di pihak klien, membuat konten atau campaign yang semula sudah approved jadi harus direvisi kembali.

Di kantor lama [dokpri]
Di kantor lama [dokpri]

Kalau mau lebih mendalami soal lembur anak agency dan sambat-sambat lainnya di dunia social media agency, temen-temen bisa simak akun @overheardahensi di Instagram atau @plastikmicin di Twitter. 

Bagaimana Social Media Agency Bekerja

Ada 2 hal esensial yang dibutuhkan untuk bekerja di sebuah social media agency: personal computer (PC) dan internet. Cara kami bekerja memang tidak terbatas pada jarak (dan juga waktu, hiks). Selama ada PC dan koneksi internet, di situ kami bisa bekerja. 

Koordinasi pekerjaan dilakukan dengan Google Drive dan fitur-fitur di dalamnya, seperti Google Slides yang menjadi tempat kami membuat caption, insert gambar yang sudah diproduksi, dan memberikan feedback dengan Add Comment. Kami rasakan manfaat internet dengan sebaik-baiknya!

Namun, bukan berarti agency-agency di Indonesia nggak punya kantor. Biar bagaimana pun, kami tetep butuh satu lokasi untuk koordinasi langsung saat dibutuhkan dan untuk korespondensi dengan klien atau pihak eksternal lainnya. 

Kantor social media agency biasanya nggak besar-besar amat karena memang timnya tidak sebanyak korporat dan dirancang senyaman mungkin untuk orang-orang kreatif di dalamnya.

Sejak akhir 2017 hingga Februari 2020, agency saya berkantor di tengah kota Bandung, tak jauh dari Lapangan Gasibu dan gedung kantor Telkom Indonesia pusat Bandung. Kantor menyediakan akses internet, air minum, katering makan siang, dapur, shower room, smart TV yang biasa kami pakai buat nobar dan main nintendo, bahkan kamar tidur. Feels like home banget pokoknya. 

Kiri: saya nge-dance pake nintendo switch, kanan: kejutan saat ultah [dokpri]
Kiri: saya nge-dance pake nintendo switch, kanan: kejutan saat ultah [dokpri]

Sejak pandemi merebak di Indonesia, kami semua bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). Saya berusaha bertahan di kamar kost saya di Bandung hingga bulan Desember, sebelum akhirnya jenuh, boros, dan memutuskan pulang ke rumah di Yogyakarta. 

Untungnya konektivitas nggak jadi masalah, karena internetnya Indonesia sudah tersebar luas di semua provinsi. Bahkan, kontrakan saya dan istri di Jogja (kami menikah September 2021) juga menyediakan wifi gratis dengan IndiHome sebagai provider-nya. Jadi, pekerjaan saya tak terkendala meski jauh di Jogja, cuma kadang iri aja kalau pas anak-anak di Bandung ngumpul atau main bareng.

___

Sampai di sini, saya harap teman-teman sudah lebih memahami apa itu social media agency atau digital agency. Terkuak sudah, bahwa yang ngerespon DM teman-teman di akun brand, yang bikin kontennya, atau yang ngontak kalian sebagai influencer/buzzer, mungkin adalah anak agency alih-alih perusahaannya langsung. 

Kalau ada yang membaca tulisan ini terus terinspirasi untuk membuat tim social media agency sendiri, boleh banget, karena agency saya juga lahir dari sekumpulan orang yang konsisten mengerjakan proyek demi proyek lalu menjadi perusahaan sendiri berbadan hukum. 

Kompetisinya memang tidak mudah, apalagi sudah banyak pemain di industri ini. Nggak cukup terampil, tapi harus sangat sangat kreatif! Selamat berkarya, Kompasianers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun