Mohon tunggu...
Teguh Nugroho
Teguh Nugroho Mohon Tunggu... Social Media Project Manager - Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api

Second account, akun pertamanya udah lupa email saking terlalu lama nggak aktif. Kalo mau kenalan, silakan terbang ke blog thetravelearn.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tak Hanya Rebahan, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Membantu Negara Saat New Normal

4 Agustus 2020   21:53 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:57 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto di Victoria Peak, Hong Kong/dokpri

Awal bulan seperti ini adalah waktu yang saya nanti-nantikan! Betul, awal bulan berarti gajian. Tapi, sedikit plotted twist, yang membuat saya seneng gajian bukan karena mau buru-buru checkout belanjaan yang udah 3 minggu diendapkan. Bukan, bukan. Saya udah nggak sabar untuk segera menabungnya, mengelolanya, dan membayar tagihan.

Halo, perkenalkan. Nama saya Teguh Nugroho, tapi biasa dipanggil Nugi. Pemuda tanggung yang baru saja menginjak kepala 3, belum menikah, lahir dan besar di Yogyakarta namun saat ini bekerja di sebuah kantor digital agency di Bandung. 

Sudah sekitar 4 bulan saya bekerja dari rumah (eh, tepatnya dari kost) alias work from home karena situasi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Selama 4 bulan terakhir ini jugalah, aktivitas saya sebagian besar dihabiskan di dalam kamar untuk bekerja dari pagi hingga malam, lalu beristirahat. Sesekali beli makan di warung-warung sekitar, ke ATM, atau ke minimarket/supermarket untuk belanja.

Karena Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di fase New Normal, saya yang sebelumnya memang sudah melek internet jadi semakin memberdayakan sistem layanan daring untuk melakukan rutinitas sehari-hari saya, termasuk mengelola finansial dalam beragam produk keuangan. Ternyata, nggak cuma seharian rebahan aja yang saat ini bisa membantu menjaga stabilitas negara, namun juga terus aktif memanfaatkan produk keuangan.

Menabung di Bank

Saya adalah nasabah dari 6 bank yang ada di Indonesia, yaitu: CIMB Niaga, Mandiri, BCA, BTPN Jenius, DBS, dan Danamon. Dari 6 bank tersebut, 2 di antaranya saya pilih untuk kartu kredit, yaitu CIMB Niaga (sejak 2016) dan DBS (sejak 2019).

Masing-masing memiliki saldo dengan jumlah berbeda-beda. Rekening saya di Bank Mandiri adalah rekening dengan pergerakan paling dinamis karena difungsikan sebagai payroll kantor. Selain itu, aplikasi mobile banking-nya saya gunakan untuk mengisi saldo GOPAY, membayar tagihan listrik rumah dan pascabayar seluler, dan transfer antarbank.

Secara tidak langsung, uang yang saya tabung di bank ternyata bermanfaat untuk orang lain. Secara umum untuk negara, dan secara khusus untuk nasabah yang lain (misal yang membutuhkan pinjaman) dan bank itu sendiri.

Mengembangkan Dana di Deposito

Jenius saya gunakan sebagai salah satu rekening menabung, dan saya bangga bahwa fungsi ini bisa saya pertahankan sampai sekarang di tengah banyaknya program promo Jenius dan kemudahan transaksinya. Hampir semuanya saya simpan di FlexiSaver agar bunganya lebih besar tapi masih bisa ditambah setiap bulan, biasanya Rp500 ribu/bulan.

Sejak beberapa bulan lalu, pendapatan dari gaji juga saya bagi ke rekening DBS. Bunga depositonya lumayan, sayangnya minimal penempatan Rp10 juta dan nggak bisa ditambah secara fleksibel seperti di Jenius. Jadi saya tabung-tabung dulu, lalu setelah jumlahnya cukup akan saya pindah ke deposito.

Tertib Membayar Tagihan Kartu Kredit

Saya pernah berada di masa di mana saya seperti terjebak dalam lilitan hutang kartu kredit yang tak kunjung habis. Saya nggak bisa menabung, dan gaji saya habis begitu saja untuk hidup sehari-hari dan membayar tagihan kartu kredit. Sampai akhirnya, saya paksa diri saya untuk berhenti traveling dulu dan mengendapkan seluruh penghasilan untuk melunasi seluruh tagihan kartu kredit. Hasilnya, tahun 2019 saya jelang dengan bebas hutang!

Setelah itu, bukan berarti terus saya berhenti memakai kartu kredit. Mei 2019 saya traveling ke Hong Kong dan November 2019 saya melakukan perjalanan ke Hainan. Tapi, semua tagihan segera saya bayar lunas. Saya mengubah pola pikir saya. Kartu kredit bukan jalan untuk bebas berhutang, tapi sebagai metode pembayaran dan mengelola keuangan. 

Jadi, dari 2019 hingga saat ini (dan seterusnya), tagihan-tagihan kartu kredit selalu saya lunasi atau hampir lunasi setiap bulannya. Jumlah tagihannya pun, seingat saya, tak pernah lebih dari Rp3 juta. Berbeda dengan sebelumnya, tagihan saya pernah nyaris menyentuh angka limit!

Berfoto di Victoria Peak, Hong Kong/dokpri
Berfoto di Victoria Peak, Hong Kong/dokpri

Dari webinar Makroprudensial Aman Terjaga pada hari Selasa, 21 Juli 2020 lalu, di akun Youtube Kompasiana, saya baru sadar bahwa ternyata yang saya lakukan itu secara tidak langsung menjaga kestabilan keuangan. 

Pihak bank sebagai pemberi pinjaman mendapatkan dana dari saya sebagai nasabah, sehingga bisa digunakan untuk memberikan pinjaman kepada nasabah lain yang lebih membutuhkan. Cukuplah mereka saja yang menunda-nunda pelunasan hutang karena situasi yang sedang sulit. Saya yang masih berkecukupan nggak ada alasan untuk menunda membayar tagihan.

Bertransaksi dengan Uang Elektronik

Salah satu sektor bisnis yang terkena dampak secara luar biasa dari pandemi COVID-19 adalah layanan ojek online. Karena dianjurkan untuk menjaga jarak, layanan GORIDE dan GrabBike dilarang di kota-kota besar Indonesia, termasuk Bandung. Di Jakarta, GORIDE bahkan sampai dihapus sementara dari aplikasi GOJEK.

Makanya, untuk membantu para driver ojek online khususnya GOJEK, saya memesan makanan melalui GOFOOD setiap beberapa hari sekali, misalnya saat males masak atau pas ngidam makanan tertentu. Untuk meminimalisir risiko tertular COVID-19, saya hanya membeli di beberapa tempat makan tertentu di sekitar kost, radius 2 kilometer. Jadi, secara nggak langsung saya membantu perekonomian 2 pihak: ojek online dan tempat makan.

Selain GOPAY, saya juga punya Flazz dan MegaCash (yang saya beli untuk naik busway TransJakarta). Tapi berhubung saya nggak tinggal di Jakarta dan juga nggak lagi sering bolak-balik Jakarta, jadi sementara Flazz dan MegaCash nggak terpakai. Saya juga punya akun di DANA, kadang saya gunakan kalau pas lagi ada promo makanan menarik.

Asuransi Kesehatan

Saya terdaftar sebagai nasabah sebuah perusahaan asuransi untuk salah satu produk asuransi jiwanya. Kalau nggak salah sejak 2015 atau 2016, dan masih bertahan sampai sekarang. Sengaja pilih produk paling ekonomis karena saat itu saya masih bekerja di jajaran entry level, jumlah premi per bulannya memang sangat rendah, tapi tidak ada pengembalian dana sekian persen dalam sekian tahun seperti produk yang lebih mahal. Untuk itu, saya mempertimbangkan untuk beralih ke produk yang menyediakan fitur pengembalian dana, meski preminya lebih tinggi. Itung-itung dipaksa nabung lagi di tempat lain.

Beberapa hari lalu, rencana tersebut saya realisasikan di sebuah perusahaan asuransi yang lain. Sebagai bagian dari sandwich generation, menurut saya sebuah asuransi jiwa atau asuransi kesehatan tetap diperlukan.

Berinvestasi

Terakhir, produk keuangan yang saya gunakan adalah investasi, tepatnya reksa dana, emas, dan peer to peer (P2P) lending platform. Belum banyak sih. Maklum, karena baru mulai dan masih mau mengamankan dana darurat dulu sebesar 6 kali biaya hidup per bulan (yang mana saya bulatkan di angka Rp20 juta), tapi minimal saya sudah berani memulai.

Syukurlah, jaman sekarang kita sudah bisa melakukan investasi dengan sangat mudah! Nggak cuma bisa berbasis digital, tapi juga bisa mulai dari nominal kecil, bahkan ada bank yang menerima investasi mulai dari Rp10.000,00. Saya sendiri mengelola reksa dana di Bukareksa-nya Bukalapak karena rekomendasi teman-teman dan membaca testimoni salah satu driver ojek online. 

Saya memilih Pendapatan Tetap yang risikonya rendah, dan sejauh ini sudah 2 kali melakukan pembelian. Uang tersebut adalah dana dingin, alias dana yang tidak akan terpakai dalam waktu dekat dan, kalau boleh saya bilang, nggak akan saya sesali kalau kehilangan. Namanya juga investasi, harus berani ambil risiko.

Untuk emas, saya mengelolanya di Tokopedia. Awal mulanya simpel banget. Tiap kali kita melakukan proses pembayaran di situ, Tokopedia menyediakan opsi untuk membulatkan pembayaran. Selisih pembulatan tersebut digunakan untuk menabung emas. Lama-lama, saya jadi sengaja melakukan pembulatan dalam jumlah besar dan bahkan sengaja membeli emas di Tokopedia. Sedikit-sedikit, tapi rutin. Lama-lama jumlahnya akan melebihi limit kartu kredit, amin.

Saya melakukan pendaftaran di Akseleran, sebuah start-up P2P Indonesia, beberapa bulan lalu. Motivasinya, saya mau membantu proyek yang sedang membutuhkan bantuan dana, meski nggak banyak yang bisa saya pinjamkan. Setelah memulai dari satu pendanaan dengan nominal kecil dan saya sudah menerima bunganya, saya kayaknya jadi ketagihan. Ternyata seru! Saya jadi berencana untuk melakukan pendanaan lagi dengan jumlah lebih besar.

Perputaran dana saya tersebut ternyata mendorong negeri ini untuk bertahan dan bertumbuh bersama. Semua produk keuangan tersebut, termasuk investasi, merupakan bagian dari Kebijakan Makroprudensial yang dijalankan oleh Bank Indonesia. Dengan memanfaatkan produk keuangan, melakukan kewajiban pembayaran, dan mengenali cara mengelola risikonya membuat saya, juga kamu, berkontribusi untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan.

Di tengah pandemi COVID-19 ini, saya sangat bersyukur karena saya masih punya pekerjaan, masih digaji secara penuh, dan bahkan ditambah insentif dan pendapatan sampingan. Semua itu hanya karena kemurahan dan kasih Tuhan, sama sekali bukan karena kerja keras atau kemampuan saya. Di luar sana, saya yakin banyak yang bekerja lebih keras dengan kemampuan yang lebih baik dari saya, namun saat ini harus berjuang dengan gaji yang dipotong atau, lebih buruk, nggak digaji sama sekali (unpaid leave) dan bahkan diberhentikan sepihak.

Untuk itulah, gaji yang saya miliki saat ini harus diputar untuk kepentingan bersama, bagaimana saya bisa membantu perekonomian orang lain tetap berjalan.


Selain memiliki beberapa teman kerja yang sudah melek keuangan dan mengikuti webinar-webinar Kompasiana dengan Bank Indonesia, beberapa bulan terakhir ini kantor saya juga sedang melayani  klien baru yang merupakan sebuah perusahaan bank ternama di Indonesia. Literasi keuangan saya jadi meningkat. Saya yang 2 tahun lalu masih berjuang untuk menabung, sekarang bersyukur sudah bisa move on ke tahap pengelolaan keuangan yang lebih lanjut.

Jadi, yuk tetap manfaatkan beragam produk keuangan di tengah pandemi. Dengan menabung, berinvestasi, tertib membayar tagihan, dan pengelolaan keuangan lainnya, kita sama-sama membantu negeri. Meskipun nggak secara langsung memberi sumbangan, kita tetap berkontribusi untuk menjaga beragam industri di negara ini tetap bertahan. Dengan manfaatkan produk keuangan, makroprudensial aman terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun