Fahmi menegaskan tata kelola migas Indonesia yang lemah telah membuka jalan masuk bagi mafia migas untuk mengeruk keuntungan. Penyelidikan tidak hanya berakhir di siapa dalang mafia migas Petral, namun tim juga akan memberikan rekomendasi nasib Petral selanjutnya. Apakah akan dibubarkan, dipindahkan ke Indonesia, atau tetap berkantor di Singapura.
Kendati telah berkomitmen untuk menyelidiki, lanjut Fahmi, Tim tidak memiliki wewenang untuk menangkap pelaku mafia migas. “Kami dalam waktu dekat akan meminta bantuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kebetulan mereka juga sedang meneliti mafia migas. Kami hanya punya waktu enam bulan, kami akan all out,” tegasnya.
Terkait mafia migas, Abraham Samad Ketua KPK, juga pernah mengatakan saat menjelang lengsernya SBY dari jabatan Presiden, bahwa dirinya tidak takut menyeret presiden SBY jika memang ternyata SBY terlibat permaianan mafia migas yang menyengsarakan rakyat dan membangkrutkan negara.
Sementara itu ada keanehan terjadi terkait pasca kenaikkan harga BBM premium bersubsidi. PT Pertamina (Persero) mencatat konsumsi BBM nonsubsidi jenis pertamax mengalami kenaikan hingga 137 persen.
Wakil Presiden Senior Pemasaran dan Distribusi BBM Pertamina Suhartoko di Jakarta, Rabu (3/12), mengatakan pantauan selama satu pekan menunjukkan konsumsi pertamax menjadi 5.200 kiloliter per hari. “Naik 139 persen dibandingkan sebelum kenaikan yang rata-rata 2.200 kiloliter,” ujarnya.
Menurut dia, pantauan selama seminggu sudah cukup menggambarkan kecenderungan konsumsi ke depan. Konsumsi BBM subsidi pada Senin-Jumat lebih tinggi dibandingkan Sabtu-Ahad. “Kalau mau hitung benar, maka mesti selama satu minggu,” katanya.
Suhartoko memperkirakan, konsumsi pertamax bakal terus meningkat lebih dari 5.200 kiloliter per hari ke depan. “Sebab, orang semakin menikmati memakai pertamax,” ujarnya.
Meski demikian, ia memperkirakan, konsumsi premium bersubsidi tetap melebihi kuota APBN Perubahan 2014. “Hanya mungkin prediksi habis premium subsidi pada 22 Desember mundur menjadi 24 Desember 2014 atau ada pengurangan sekitar 160 ribu kiloliter,” katanya.
Kenaikan konsumsi pertamax tersebut, lanjutnya, mesti diimbangi tambahan impor, karena produksi kilang Pertamina tidak mencukupi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H