Mohon tunggu...
Teguh Muflih Rizky
Teguh Muflih Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Elektro

masih mencari jawaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembantaian Nanking, Kisah Sungai Yangtze yang Memerah

21 Juli 2020   18:30 Diperbarui: 21 Juli 2020   18:33 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nanjing atau dahulu dieja Nanking adalah ibukota provinsi Jiangsu, Republik Rakyat Tiongkok. Nanjing sempat menjadi ibukota Tiongkok pada periode Republik Tiongkok  di bawah pimpinan Chiang Kai Shek dari partai Kuomintang, kota Nanjing terletak di selatan sungai Yangtze, kota yang kini berpenduduk lebih dari sebelas juta jiwa ini menyimpan cerita kelam pembantaian manusia, saat meletusnya perang Tiongkok-Jepang kedua (second Sino-Japanese war) yang merupakan bagian perang dunia kedua di Asia.

Pada 7 juli 1937 pasukan Jepang menyerang sebuah kota bernama Wanping di utara Tiongkok dekat Beijing, kejadian yang dikenal sebagai Insiden jembatan Marco Polo. Selanjutnya pada 13 agustus, Jepang menyerang Shanghai kota pusat keuangan dan pelabuhan utama Tiongkok. Kejadian inilah yang memicu perang tiongkok-jepang kedua  yang akan menjadi bagian dari perang dunia kedua di asia.

Nanjing akhirnya jatuh ke tangan jepang pada 13 desember 1937. Setelah itu setelah delapan minggu para prajurit Tiongkok dan warga sipil menjadi korban dari kekejaman lebih dari 50.000 perwira dan prajurit jepang. 

Dunia mengenal kejadian ini sebagai pembantaian Nanjing (Nanjing massacre) dan Rape of Nanjing, orang yang bertanggung jawab sebagai komando tertinggi di Nanjing adalah pengeran Yasuhito Asaka yang merupakan paman dari kaisar berkuasa saat itu Hirohito. 

Namun, pada pengadilan kejahatan perang pengeran Asaka tidak dihukum atas aksinya  karena mendapatkan hak imunitas keluarga kaisar dari sekutu pada pengadilan perang internasional , banyak perbuatan biadab yang dilakukan oleh tentara kekaisaran Jepang dengan membunuh warga sipil, menusuk para bayi dengan bayonet, memperkosa para wanita secara massal, penyiksaan seksual, dan pembunuhan terhadap semua tahanan yang ada.

Gambar di atas adalah surat kabar yang memberitakan pertandingan antara dua letnan untuk membunuh, Mukai 106 -- 105 Noda (chinatimes.com)
Gambar di atas adalah surat kabar yang memberitakan pertandingan antara dua letnan untuk membunuh, Mukai 106 -- 105 Noda (chinatimes.com)

"saya begitu membenci Jepang" ujar Li Xiuling kepada harian Newsweek (20/7/1998), Li adalah salah satu korban pembantian Nanjing saat itu LI sedang mengandung anaknya tujuh bulan, tiga tentara menikamnya sebanyak 37 kali, alhasil bayi dalam kandungan Li meninggal namun Li masih hidup.

Foto John Rabe seorang anggota partai NAZI yang bersimpati pada penderitaan rakyat Nanjing (kurir.rs)
Foto John Rabe seorang anggota partai NAZI yang bersimpati pada penderitaan rakyat Nanjing (kurir.rs)

Pertolongan kepada para korban datang dari beberapa orang amerika dan eropa yang memilih bertahan di Nanjing, mereka mendirikan komite internasional untuk menetapkan daerah aman di kota Nanjing. 

Salah satu tempatnya berada di universitas Nanjing, kedutaan Amerika, dan beberapa gedung pemerintahan, salah satu orang berpengaruh yang berani memberikan pertolongan adalah seorang pengusaha dan anggota partai NAZI Jerman bernama John Rabe. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun